Liputan6.com, Jakarta - Singapura akhirnya mengangkat Perdana Menteri (PM) baru dalam dua dekade. Lawrence Wong dilantik pada Rabu, 15 Mei 2024, menggantikan Lee Hsien Loong yang tetap ada dalam kabinet sebagai menteri senior, dengan merangkul kultur lokal.
Sekitar 700 orang pejabat dan tamu acara pelantikan dijamu makanan yang dimasak pedagang pujasera, yang umum dikenal sebagai hawker centre, alih-alih chef terkenal. Lima juru masak disebut "dengan senang hati" menerima tantangan ini, menurut Mothership, dikutip Kamis, 16 Mei 2024.
Advertisement
Tiga di antara pedagang pujasera itu mengungkap bahwa mereka sangat menantikan momen ini. Masing-masing dari mereka mengungkap makanan yang telah disiapkan untuk para tamu acara pelantikan. Ponamah Shunmugam dari Sky Lab Cooked Food bercerita bahwa ia bangun pukul 4 pagi pada Rabu, 15 Mei 2024, untuk menyiapkan adonan vadai udang khas kedainya.
Advertisement
Dijelaskan bahwa adonan itu harus dibiarkan sekian lama untuk berfermentasi. "Jika tidak, adonan itu akan keras, tidak lembut," sebut dia. "Tidak semua orang bisa mengunjungi Istana. Jadi, kami merasa beruntung berada di sana."
Sky Lab Cooked Food didirikan ayah Ponamah pada 1960-an, dan mereka awalnya menjajakan dagangan di sepanjang Short Street. Kedai tersebut menemukan namanya saat ini pada 1970-an. Suami Ponamah, yang mencari nama yang unik dan mudah diingat, menemukan stasiun luar angkasa Skylab yang sekarang sudah dinonaktifkan sebagai inspirasinya.
Cerita lainnya datang dari Quan Xin Vegetarian Food. "Sangat senang dan bersemangat," jawab pemiliknya Lai Yeong Oon saat ditanya bagaimana perasaannya terhadap acara pelantikan PM Wong. Gerai berlokasi di Bedok 538 Market & Food Centre itu menyiapkan mee siam vegetarian.
Cerita Pedagang Pujasera Lain
Lai adalah seorang veteran, baik dalam menyajikan makanan untuk acara resmi maupun bisnis pujasera secara keseluruhan. "Ini kelima kali saya melakukan hal seperti ini," katanya sambil menunjuk foto dirinya berpose bersama mantan Presiden Halimah Yacob dan tamu VIP lain di stannya di Istana.
"Saya melakukan ini (menyiapkan makanan) saat pelantikan Tharman dan Halimah, dan pada dua perayaan Tahun Baru. Semuanya di Istana," ia menyambung. Lai telah menjalankan kedai vegetariannya sejak 1988, dan mewariskan keterampilan memasak dan resepnya pada putra dan putrinya, yang menjalankan kedai makanan mereka sendiri di Aljunied.
Lai bercerita bahwa kiosnya ditutup untuk pelanggan tetap pada hari pelantikan, sehingga ia bisa fokus menyiapkan ratusan porsi mee siam untuk disajikan di Istana. Ia juga memutuskan bahwa setelah kerja keras malam itu, ia libur pada Kamis, 16 Mei 2024.
Sementara itu, di Old Airport Road Hawker Centre, Doreen Lim dari Whitley Road Big Prawn Noodles menyiapkan mi udang untuk acara spesial tersebut. Nama kedainya sudah tidak asing, baik di kalangan warga lokal maupun wisatawan.
Advertisement
Dukungan terhadap Produk Lokal
Gerai mi udang, yang namanya diambil dari pusat makanan yang sekarang sudah tidak ada lagi di bawah Jembatan Layang Whitley Road, direkomendasikan Michelin Guide. Tidak asing lagi dengan penyediaan makanan di acara-acara, Doreen juga telah foto bersama Halimah dan pejabat lain di depan booth-nya.
Setelah mengikuti dua acara pada 2019, ia tidak bisa mengambil lebih banyak event karena pandemi COVID-19. Pelantikan PM Wong adalah acara pertamanya sejak saat itu, dan ia jelas bersemangat untuk kembali lagi.
Ketiga pedagang pujasera tersebut menggunakan bahan-bahan lokal dalam masakan mereka. Inisiatif ini dipimpin bersama oleh Kementerian Keberlanjutan dan Lingkungan Hidup Singapura (MSE), Badan Pangan Singapura, dan Badan Lingkungan Hidup Nasional negara itu yang berkonsultasi dengan Istana.
Dalam lembar fakta media, MSE menjelaskan bahwa inisiatif ini "menunjukkan dukungan pemerintah terhadap produk lokal dan komitmen memperkuat ketahanan pangan Singapura." Untuk mee siamnya, Lai menggunakan tauge dari Bean Farm Pte Ltd, serta telur puyuh yang dipasok N&N Agriculture.
Dukung Penggunaan Bahan Lokal
Lim juga menggunakan tauge dari Bean Farm dalam mi udangnya, sementara Ponamah membuat vadai udang menggunakan udang segar dari Peternakan Ikan Qian Hu. Ketiga pedagang sepakat bahwa bahan-bahan lokal cenderung lebih segar, karena mereka menghabiskan lebih sedikit waktu dalam rantai pasokan.
Harganya masuk akal, tambah Lai, sementara Lim mengatakan, ia menemukan "jaminan kualitas" jika menyangkut bahan-bahan lokal. "Kita harus dukung bahan-bahan lokal karena ini dari Singapura lho," kata Ponamah. "Kita harus mendorong orang lain untuk melakukan hal itu dan kita juga memperkenalkan hal itu pada pelanggan kita."
Penggunaan bahan-bahan lokal dibandingkan produk impor cenderung lebih ramah lingkungan, karena pengangkutan bahan-bahan tersebut menghabiskan lebih sedikit sumber daya dan menghasilkan lebih sedikit emisi karbon. Pembelian produk-produk tersebut juga mendukung bisnis lokal.
Badan Pangan Singapura telah menetapkan target yang dikenal sebagai "30 by 30," yaitu Singapura dapat memproduksi 30 persen pangannya sendiri pada 2030. Hal ini bukan hanya tentang ramah lingkungan, namun mengurangi ketergantungan Singapura pada impor asing.
Advertisement