Liputan6.com, Jakarta - Kondisi keamanan dan politik di Timur Tengah makin tak menentu setelah perang meluas, tidak hanya antara Israel dan Palestina, tetapi juga Lebanon. Bahkan, Iran bersiap meluncurkan serangan balasan setelah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh terbunuh oleh Israel, beberapa waktu lalu.
Dengan ekskalasi ketegangan yang meningkat, sejumlah maskapai memutuskan menghentikan layanan mereka di kawasan Timur Tengah. Ada pula yang menghindari ruang udara di Timur Tengah demi keamanan penerbangan. Mengutip AsiaOne, Selasa (20/8/2024), berikut daftar maskapai yang menghentikan layanan dari dan ke wilayah Timur Tengah:
Baca Juga
Aegean Airlines
Advertisement
Maskapai yang berbasis di Yunani itu memutuskan untuk menghentikan seluruh penerbangan dari dan ke Beirut, Amman, dan Tel Aviv hingga 22 Agustus 2024.
Air Algerie
Maskapai asal Aljazair itu sementara menghentikan penerbangan dari dan ke Lebanon hingga batas waktu yang belum ditentukan.
airBaltic
Maskapai asal Latvia itu juga menghentikan layanan penerbangan dari dan ke Tel Aviv, Israel, hingga 25 Agustus 2024.
Air France-KLM
KLM membatalkan seluruh penerbangan dari dan ke Tel Aviv hingga 26 Oktober 2024. Sementara, Air France kembali melayani rute Paris ke Beirut, pp, pada 15 Agustus 2024, setelah dihentikan selama dua minggu. Unit maskapai berbujet rendah dari grup maskapai itu, Transavia membatalkan penerbangan dari dan ke Tel Aviv hingga 31 Maret 2025, sedangkan penerbangan menuju Amman dihentikan hingga 3 November 2024.
Air India
Maskapai nasional India juga menghentikan seluruh jadwal penerbangan dari dan ke Tel Aviv hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Daftar Maskapai yang Batalkan Layanan Penerbangan ke Timur Tengah
Cathay Pacific
Maskapai yang berbasis di Hong Kong itu juga membatalkan seluruh penerbangan ke Tel Aviv hingga 27 Maret 2025.
Delta Air Lines
Maskapai asal Amerika Serikat itu memperpanjang penghentian penerbangan antara New York dan Tel Aviv hingga 31 Agustus 2024.
Easyjet
Maskapai bujet asal Inggris berhenti terbangan dari dan ke Tel Aviv pada April 2024. Seorang juru bicara mengatakan layanan mereka akan kembali dilanjutkan pada 30 Maret 2025.
Finnair
Maskapai asal Finlandia itu akan terus menghindari ruang udara Iran yang berdampak waktu penerbangan mereka yang lebih panjang dari dan ke Doha, Qatar.
ITA Airways
Maskapai Italia, ITA Airways, memperpanjang penghentian layanan penerbangan dari dan ke Tel Aviv hingga 21 Agustus 2024.
LOT
Maskapai nasional Polandia memutuskan menghentikan layanan penerbangan ke Tel Aviv dan Beirut hingga 26 Agustus 2024.
Grup Lufthansa
Grup maskapai asal Jerman yang meliputi Swiss International Air Lines, Austrian Airlines, Brussels Airlines and Eurowings, memperpanjang penghentian layanan penerbangan dari dan ke Tel Aviv, Teheran, Beirut, Amman, dan Erbil hingga 26 Agustus 2024.
Advertisement
Daftar Lanjutan Maskapai yang Hentikan Penerbangan ke Timur Tengah
Ryanair
Maskapai penerbangan hemat terbesar di Eropa membatalkan penerbangan ke dan dari Tel Aviv hingga 30 September dengan alasan 'pembatasan operasional'.
Singapore Airlines
Maskapai penerbangan Singapura tersebut berhenti terbang di atas wilayah udara Iran dan menggunakan rute alternatif.
Tarom
Maskapai penerbangan Rumania pada 20 Agustus 2024 memperpanjang penangguhan penerbangan ke Beirut hingga 2 September 2024, tapi mereka sementara melanjutkan penerbangan ke Tel Aviv dan Amman hingga 23 Agustus 2024.
United Airlines
Maskapai penerbangan yang berbasis di Chicago menghentikan penerbangan ke Tel Aviv di masa mendatang. Maskapai ini telah menghentikan layanan harian antara Newark, New Jersey, dan Tel Aviv pada 31 Juli 2024 dengan alasan keamanan.
Vueling
Maskapai penerbangan berbiaya rendah Spanyol Vueling, yang dimiliki oleh IAG, membatalkan semua penerbangan ke Tel Aviv dan Amman hingga 26 Oktober 2024.
Sementara itu, Inggris menyarankan agar maskapai penerbangan mereka tidak memasuki wilayah udara Lebanon mulai 8 Agustus hingga 4 November 2024 dengan alasan 'potensi risiko terhadap penerbangan akibat aktivitas militer'. Peringatan yang sama juga dikeluarkan Indonesia dengan mengevakuasi sejumlah WNI di Lebanon ke Indonesia.Â
"Pada 10 Agustus 2024, KBRI Beirut melepas keberangkatan Gelombang I Evakuasi WNI di Lebanon. Sejumlah 13 WNI dipulangkan dengan menggunakan penerbangan Qatar Airways," tulis pihak KBRI Beirut melalui akun Instagram resminya @indonesiainlebanon, Sabtu, 10 Agustus 2024.
Â
Proses Evakuasi WNI dari Beirut
KBRI Beirut menyatakan bahwa proses evakuasi dilakukan melalui koordinasi ketat dengan Direktorat Pelindungan WNI Kementerian Luar Negeri dan K/L terkait guna memastikan keselamatan dan kenyamanan para WNI selama perjalanan dari Beirut hingga menuju daerah asal masing-masing di Tanah Air. Evakuasi ini merupakan bagian dari upaya KBRI Beirut dalam melindungi dan memastikan keamanan WNI di tengah potensi terjadinya eskalasi konflik besar.
"KBRI Beirut terus berkomitmen untuk memberikan perlindungan bagi seluruh WNI di Lebanon".
KBRI Beirut mengimbau WNI untuk meninggalkan wilayah Lebanon, merujuk pada kondisi yang kian memanas di kawasan tersebut. "Kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon untuk sudah memproses Lapor Diri kepada KBRI Beirut dan mempertimbangkan untuk dapat keluar dari Lebanon untuk sementara waktu secara mandiri selama layanan penerbangan komersial masih tersedia," bunyi pernyataan KBRI Beirut di akun Instagram resmi @indonesiainlebanon, Kamis, 1 Agustus 2024.
WNI diimbau untuk berwaspada, meningkatkan kehati-hatian, dan mempersiapkan diri jika terjadi eskalasi konflik. KBRI Beirut juga mengimbau WNI yang berencana berkunjung ke Lebanon untuk menunda perjalanannya.
Advertisement
Imbauan untuk WNI di Lebanon
WNI yang menetap di Lebanon Selatan juga diimbau untuk waspada dan berlindung di KBRI. "Dengan mempertimbangkan buruknya kondisi keamanan di Lebanon Selatan (Saida, Hasbaya, Nabatiyeh, Marjeyoun, Tyre dan Altaroun), telah ditetapkan Status Siaga I di wilayah tersebut sejak Oktober 2023. Dalam kaitan ini, kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon Selatan untuk berlindung di KBRI Beirut (safe house)," lanjut pernyataan itu.
Perwakilan Indonesia itu juga mengingatkan agar seluruh WNI menghindari kawasan rawan, bersikap waspada atas perkembangan keamanan dan situasi, menyimpan barang dan dokumen berharga, hingga menjaga barang berharga. Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha mengatakan berdasarkan data lapor diri KBRI Beirut, terdapat 203 WNI yang menetap di Lebanon.
"Komunikasi terus dijalin untuk memantau kondisi para WNI. Hingga saat ini mereka dalam keadaan baik, tenang, dan selamat. Terdapat 14 WNI yang menetap di wilayah Lebanon Selatan dan mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumah masing-masing karena merasa situasi masih relatif aman," tutur melalui pesan singkat, Selasa, 30 Juli 2024.
Dalam situasi darurat, para WNI diminta untuk segera menghubungi hotline KBRI Beirut +961 7081 7310.Â