Wamenlu Anis Matta Bicara Diplomasi Indonesia di Timur Tengah Era Prabowo

Apa yang membuat Prabowo menunjuk Anis Matta sebagai wamenlu dengan fokus ke dunia Islam? Berikut selengkapnya.

oleh Khairisa FeridaBenedikta Miranti T.V Diperbarui 03 Mar 2025, 15:45 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2025, 15:45 WIB
Anis Matta
Wakil Menteri Luar Negeri, Anis Matta berpose usai wawancara khusus dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (18/2/2025). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sosok Anis Matta selama ini dikenal publik sebagai politikus yang aktif di panggung nasional. Namun, belakangan, namanya tercatat sebagai salah satu dari tiga wakil menteri luar negeri Republik Indonesia (Wamenlu RI) yang dilantik Presiden Prabowo Subianto pada Oktober 2024.

Munculnya nama Anis sebagai pejabat teras Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI lantas memicu pertanyaan dari sejumlah kalangan: apakah dia memiliki kapasitas memadai untuk mengemban amanah ini?

"Waktu saya ditawarin ini, saya juga kaget. Saya mengerti jalan pikiran Pak Prabowo. Saya bilang sama beliau, pak presiden, bahasa Inggris saya nggak bagus. Bahasa Arab saya bagus. Kata beliau, bahasa Inggris-nya nggak diperlukan, yang diperlukan bahasa Arab-nya karena tugasnya memang untuk dunia Islam dan Timur Tengah," jelas Anis Matta dalam program Bincang Liputan6.

"Kalau yang menyangkut dunia Islam dan Timur Tengah, saya punya lumayan pengalaman puluhan tahun mengelilingi kawasan itu dari dulu dan punya ruang lingkup pergaulan yang cukup luas, baik di kalangan para pemikir strategis, para politisi, para pejabat di banyak negara itu. Kalau itu bisa dianggap sebagai modal, itu modal yang cukup memadai untuk mengemban amanah ini. Tapi yang lebih penting karena visinya selaras dengan presiden."

Anis menambahkan, "Kemlu ini adalah kementerian dengan proses rekrutment yang sangat profesional. Saya cukup bangga bahwa saya menjadi bagian dari Kemlu sekarang yang proses rekrutmennya itu profesional sekali dan begitu saya masuk ke sini saya merasa nyaman karena saya dikelilingi oleh orang-orang yang sangat profesional. Jadi, semua bahan yang saya perlukan itu bisa tersedia dalam waktu yang sangat cepat sekali dan dengan akurasi yang sangat bagus."

"Saya tidak biasa bekerja sendiri. Menurut saya karena (diplomasi) ini merupakan kerja tim, saya punya banyak kelemahan tetapi kelemahan saya insyaallah bisa ditutup oleh banyak sekali kelebihan yang ada pada kelebihan teman-teman di Kemlu. Mungkin juga saya punya kelebihan yang bisa saya kontribusikan. Tapi ini karena kebijakan baru, baru pertama kali ada, di mana ada wamen untuk dunia Islam, sebenarnya saya lebih fokus pada output."

Anis membeberkan bahwa isu Palestina menjadi fokus utamanya mengingat ini merupakan amanat konstitusi.

"Alhamdulillah sekarang, terutama konsolidasi ormas dan NGO untuk menyalurkan bantuan ke Palestina itu sudah berjalan dengan baik. Yang kedua adalah tugas inti diplomasi, yaitu diplomasi ekonomi. Ini saya fokus meningkatkan volume investasi, perdagangan, dan tentu saja turis," ungkap Anis.

"Ada proses ketiga menurut saya. Ini adalah proses integrasi politik Indonesia dengan dunia Islam secara lebih masif dan bersifat jangka panjang. Ini berjalan bersamaan dengan peningkatan integrasi ekonomi insyaallah integrasi politik juga akan ikut."

Tantangan Berdiplomasi dengan Timur Tengah

Anis Matta
Wakil Menteri Luar Negeri, Anis Matta berpose usai wawancara khusus dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (18/2/2025). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Lebih jauh, Anis menjelaskan kebijakan luar negeri Prabowo, khususnya terhadap Timur Tengah.

"Beliau menargetkan pertumbuhan delapan persen. Karena itu kita membutuhkan lebih banyak partner strategis untuk sama-sama ikut membangun Indonesia ... Nah, salah satu asumsi tentang partner strategis itu datangnya dari Timur Tengah dan dunia Islam secara umum. Selama ini, inilah wilayah yang belum mendapatkan perhatian dari kebijakan luar negeri kita secara intensif. Sementara kalau kita melihat misalnya di negara Teluk saja, total dana investasi yang dimiliki oleh negara-negara Teluk mungkin tidak kurang dari dua triliun dolar (dari gabungan negara-negara Teluk ini). Ini semuanya adalah sumber investasi yang sebenarnya mencari destinasi," ujar Anis.

"Karena itu negara-negara di Timur Tengah adalah negara yang dijadikan target oleh Pak Prabowo menjadi partner strategis untuk pembangunan Indonesia ... Untuk itu beliau merasa perlu mengangkat satu wakil menteri luar negeri yang secara khusus bertanggung jawab membangun hubungan Indonesia dengan dunia Islam dan secara khusus dengan Timur Tengah itu."

Ketika ditanya terkait tantangan diplomasi Indonesia di kawasan Timur Tengah dan bagaimana mengelolanya, Anis menggarisbawahi sejumlah hal.

"Kita perlu melihat dulu bahwa kita punya beberapa kelebihan atau keunggulan dalam membangun hubungan dengan teman-teman di Timur Tengah. Ada kesamaan identitas sesama negara muslim. Ini saya kira pengaruhnya besar sekali. Dan Indonesia ditakdirkan menjadi negara muslim terbesar di dunia," kata pria usia 56 tahun ini.

"Jadi, karena itu cara orang memandang Indonesia, tentu dengan keunggulan ini bahwa kalau kita berinvestasi di Indonesia ini, kita berinvestasi di negara muslim terbesar di dunia. Kemudian yang kedua, ada kedekatan historis antara kita dengan negara negara Islam ini. Jadi, hubungan kita ini hubungan yang sangat lama sekali ... Para pendiri bangsa kita itu banyak yang pendidikannya dari Timur Tengah dan sekarang para intelektual, para ulama yang memengaruhi proses pembentukan sosial kita juga banyak yang berasal dari alumni Timur Tengah. Ini semuanya adalah modal dasar yang cukup kuat. Kemudian ada modal berjalan. Hubungan ekonomi kita dengan Timur Tengah sekarang ini relatif cukup baik, walaupun angkanya masih jauh dari volumenya sekitar 10 miliar dolar ... Yang terbesar di antaranya dengan Arab Saudi sekitar 6,5 sampai 7 miliar dolar, ada dengan Emirat (Uni Emirat Arab), ada dengan Mesir misalnya sekitar 1 miliar dolar. Tetapi, secara keseluruhannya ini masih kecil."

Sekarang yang diusahakan, sebut Anis, adalah bagaimana membangun integrasi ekonomi antara Indonesia dengan Timur Tengah dan dunia Islam.

"Langkah-langkah yang kita sudah lakukan itu yang pertama adalah membangun secara langsung hubungan bilateral dalam tingkat strategis. Dan alhamdulillah ini sudah terjadi dengan beberapa negara seperti Arab Saudi, Emirat, kemudian Mesir. Ada juga dengan Maroko dan beberapa negara lain dengan Turki. Jadi, hubungan bilateral yang sampai pada level strategis ini sudah relatif terjadi," tutur Anis.

"Yang kedua itu adalah meningkatkan konektivitas secara keseluruhan. Jadi, kalau kita lihat misalnya sekarang ini untuk memperlancar arus orang arus barang kan sekarang hampir semua penerbangan dari Timur Tengah sudah ada direct flight ke sini dan juga ke ke Bali misalnya. Dan kira kira total turis Arab atau Timur Tengah yang datang ke Indonesia per tahun sekarang hampir 2 jutaan. Ya kira kira ini ada peningkatan yang cukup signifikan dan saya kira angka ini akan terus bertambah di tahun-tahun yang akan datang. Yang ketiga dan saya kira ini tantangan yang terbesarnya sekarang adalah bagaimana menjadikan Indonesia sebagai destinasi investasi, terutama yang berhubungan dengan proyek-proyek strategis pemerintah sekarang ini."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya