Liputan6.com, Jakarta - Penanganan sampah menjadi salah satu program prioritas Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada 2025. Dengan menumpuknya masalah dan waktu yang tak banyak, kementerian dituntut untuk membuat prioritas, khususnya menangani sampah plastik di sungai sebelum mengalir ke laut.
Menteri Lingkungan Hidup (MenLH) Hanif Faisol Nurofiq menyebut ada enam sungai yang jadi prioritasnya tahun ini, empat berada di Jawa, dua lainnya di Bali. Sungai Ciliwung lah yang disebutkannya pertama kali.
Advertisement
Baca Juga
"Yang terutama itu Sungai Ciliwung, menyumbang 20--30 persen sampah di laut," kata Hanif di sela aksi bersih sampah laut di Pantai Kedonganan, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (19/1/2025), dilansir dari Antara.
Advertisement
Sungai Ciliwung yang berhulu di puncak Gunung Pangrango, Kabupaten Bogor itu dikatakan Hanif sebagai kontributor utama sampah plastik di laut karena membelah kota-kota besar dari Jawa Barat hingga Daerah Khusus Jakarta. Selanjutnya, ia menyebut Sungai Citarum sebagai prioritas lainnya.
Sungai yang pernah dinobatkan sebagai sungai terkotor di dunia pada 2018 telah menjadi perhatian pemerintah sejak dikeluarkannya Perpres Nomor 15/2019. Perpres itu mejadi dasar hukum bagi Satgas Citarum Harum yang dipimpim Kemenkomarves untuk bertugas menangani sampah di hulu Sungai Citarum, yakni kawasan Situ Cisanti. Dengan bubarnya Kemenkomarves di bawah pemerintahan Prabowo Subianto, tidak jelas lagi kelanjutan satgas dimaksud.
Dua sungai di Jawa lainnya yang juga jadi prioritas KLH menangani sampah plastik adalah Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Wonogiri hingga ke Laut Jawa serta Sungai Brantas yang berhulu di Kota Batu, Kabupaten Malang, hingga ke Surabaya. Kedua sungai merupakan nadi bagi masyarakat di bagian tengah dan timur Jawa.
2 Sungai Prioritas di Bali
Sedangkan, dua sungai yang jadi prioritas penanganan sampah plastik di Bali adalah Sungai Badung dan Tukad (sungai) Mati. "Kedua sungai itu tidak terlalu panjang sekitar 20 kilometer dan 22 kilometer," katanya.
Pihaknya akan memasang jaring-jaring penangkap sampah dan kemudian akan dipungut agar tidak bermuara hingga ke laut. Pemerintah menggandeng Badan PBB Bidang Program Pembangunan (UNDP) dan didukung sejumlah negara lain, di antaranya Norwegia dan Uni Emirat Arab (UEA), dalam upaya tersebut.
Pemerintah UEA memberikan bantuan jaring penangkap sampah atau trach boom yang rencananya akan ditempatkan di 14 titik lokasi sungai di Bali. "Saya minta di Tukad Mati dan Tukad Badung tahun ini harus selesai tidak boleh ada lagi sampah, tidak ada lagi pencemaran karena kami sudah memiliki sumber daya manusia, tim dan dana yang cukup," katanya.
Aksi bersih sampah laut tersebut kembali diadakan sejumlah menteri Kabinet Merah Putih setelah perdana diadakan pada Sabtu, 4 Januari 2025, di Pantai Kuta, Kabupaten Badung. Hingga saat ini, sampah plastik masih terus mengotori sepanjang kawasan pantai wisata di antaranya Jimbaran, Kelan, dan Kedonganan.
Advertisement
Gerakan Wisata Bersih Kemenpar
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) juga menganggap kebersihan adalah masalah penting sektor pariwisata di Indonesia yang harus dibenahi. Mereka pun meluncurkan program Gerakan Wisata Bersih yang diprioritaskan digarap di delapan destinasi percontohan, termasuk Provinsi Bali, guna meningkatkan kualitas dan daya tarik wisata tanah air.
"Gerakan ini nantinya membentuk ekosistem bersih sampah dan kesadaran masyarakat pentingnya menjaga kebersihan," kata Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa di kesempatan yang sama, dikutip dari Antara.
Kedelapan destinasi wisata itu terbagi dalam dua, yakni destinasi wisata super prioritas (DPSP) yang meliputi Mandalika di Nusa Tenggara Barat (NTB), Borobudur di Jawa Tengah, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT), Likupang di Sulawesi Utara, dan Danau Toba di Sumatera Utara. Kemudian, tiga destinasi utama penyumbang jumlah besar wisatawan yakni Bali, Jakarta, dan Kepulauan Riau.
"Kami fokus di sana dulu. Kalau itu berhasil, tahun ini kami bisa garap, diteruskan dan menambah lokasi lain," ujarnya. Dalam gerakan tersebut, kata dia, ada dua indikator yang ditekankan, yakni sampah dan kebersihan toilet di destinasi wisata.
Demi Dongkrak Rangking TTDI
Ni Luh menjelaskan gerakan wisata bersih dilakukan mengingat pilar kesehatan dan higienitas yang diukur dalam indeks pembangunan pariwisata dan perjalanan (TTDI) masih belum optimal. Saat ini, pilar kesehatan dan higienitas destinasi wisata Indonesia berada di peringkat 89 dari 114 negara.
Padahal secara keseluruhan, peringkat TTDI Indonesia menduduki posisi ke-22 pada 2024 atau naik sepuluh peringkat dibandingkan periode sebelumnya. "Itu sebabnya gerakan wisata bersih kami inisiasi agar bisa menaikkan pilar kesehatan dan higienitas," imbuhnya.
Ni Luh pun mengapresiasi penerapan dan tata kelola kebersihan yang dilaksanakan daya tarik wisata di Bali, di antaranya Desa Taro dan Monkey Forest, di Kabupaten Gianyar. Ia berharap kedua destinasi wisata itu dapat menjadi percontohan tata kelola kebersihan di destinasi wisata lain di tanah air.
"Monkey Forest dan Desa Taro itu mereka punya sistem pengelolaan sampah yang baik sehingga kami bisa tiru ke daerah lain kemudian kami bisa intervensi atau membantu meningkatkan pengelolaan," ucapnya.
Khusus di Monkey Forest, masyarakat desa mengelola sampah organik mereka di Rumah Kompos Desa Adat Padangtegal. Kompos yang dihasilkan tak hanya bisa menjaga keberlanjutan lingkungan kawasan, namun juga bermanfaat bagi sektor pertanian masyarakat.
Advertisement