Liputan6.com, Jakarta - Pasar wisatawan muslim yang potensial mendatangkan cuan mendorong negara untuk berlomba-lomba meyakinkan destinasi mereka sebagai ramah muslim. Tak terkecuali dengan Singapura yang dengan terang-terangan menyebut wisatawan muslim menjadi salah satu target pasar utama mereka pada tahun ini.
Dalam Media Gathering di Jakarta, Selasa, 11 Maret 2025, Area Director Singapore Tourism Board (STB) Indonesia, Mohamed Hafez Marican menjelaskan alasannya baru kali ini mempromosikan negaranya sebagai destinasi yang ramah muslim.
Advertisement
Baca Juga
"Kami memang ramah muslim tapi selama ini kami tidak pernah benar-benar mempromosikannya karena kami berasumsi bahwa kami sudah ramah muslim," ucapnya.
Advertisement
Namun berdasarkan temuan di lapangan, terutama saat mempromosikan pariwisata Singapura kepada orang-orang di luar Jakarta, ternyata tidak semua orang Indonesia familiar dengan itu. Berangkat dari situasi tersebut, kampanye tentang Singapura sebagai destinasi ramah muslim pun digencarkan.
"Kami putuskan bahwa kami perlu untuk mempromosikannya sebagai cara meningkatkan awareness. Kami sendiri sudah ramah muslim. Tidak seperti destinasi lain seperti Jepang dan sebagainya yang mereka beradaptasi agar menjadi ramah muslim, kami sudah ramah muslim," ia menekankan.
Klaim itu tak lepas dari populasi umat Islam di Singapura yang jumlahnya sekitar 15 persen dari total penduduk. Karena itu, ketersediaan makanan halal dan tempat ibadah bukan lah sesuatu yang benar-benar asing bagi warga Singapura.
"Singapura ada lebih dari 6000 toko kuliner halal. Jadi, it's easy to get halal food in Singapore. Not just in the city center or places like Kampong Glam where it's historically moslem area, but around Singapore," ujarnya.
Restoran Ramah Muslim Tak Selalu Bersertifikat Halal MUIS
Ketersediaan makanan halal juga menjadi aset Singapura menarik pelancong muslim. Hafez menyebut sejumlah restoran cepat saji yang beroperasi di Singapura sudah bersertifikat halal dari Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), seperti KFC, McDonald's, dan A&W. Logo halal pun dipajang di restoran tersebut.
Di luar itu, ia mengklaim banyak toko kuliner atau restoran dan kafe yang juga ramah muslim karena dimiliki dan dikelola oleh orang Islam. Ada pula tempat makanan yang tidak mendapat sertifikat halal dari MUIS yang menyediakan makanan berbahan dasar daging yang halal, walau tetap menjajakan alkohol. Mereka pun berhak menyatakan tempatnya sebagai ramah muslim.
"Di Singapura itu, halal tidak berarti harus bersertifikasi halal dari Majelis Ulama Islam Singapura. Tapi, dia juga bisa owner-nya adalah muslim atau prosesnya menggunakan daging yang sudah bersertifikat halal, dan lain-lainnya. Kalau itu sudah dikenakan oleh F&B, itu sudah bisa kita masukkan sebagai moslem friendly," Zahwa Abigail Kamilia, Manager of Media Partnership and Brand Campaign STB, menerangkan.
Advertisement
Hotel Ramah Muslim hingga Keberadaan Masjid-Mushola
Label ramah muslim juga diberlakukan di sektor akomodasi. Zahwa mengurai elemen-elemen yang diperlukan untuk hotel bisa diidentifikasi sebagai ramah muslim meliputi keberadaan restoran/dapur halal, alat shalat atau tempat shalat, dan bidet di toilet.
"Bidet itu kan sebenarnya bukan kebutuhan cuma orang muslim saja ya. Orang Indonesia memang senangnya menggunakan bidet," kata Zahwa seraya memaparkan beberapa hotel yang masuk kategori tersebut, seperti Village Hotel Bugis, Holiday Inn Singapore Atrium, dan Grand Hyatt Singapore.
Tak kalah penting untuk menunjang kebutuhan umat muslim adalah tempat ibadah, baik masjid maupun mushola, di berbagai tempat. Menurut Zahwa, Singapura memiliki lebih dari 70 masjid yang tidak hanya terpusat di satu tempat.
"Kalau teman-teman notice, di Chinatown bahkan berjajar sama pagoda dan juga ada Buddha Tooth Relic Temple. terus di Little India pun sama. Letaknya di belakang dari pagoda itu, jadi berdekatan juga. Di Masjid Sultan, yaitu ada di Kampong Glam, ini favoritnya orang-orang Indonesia," ia menguraikan.
Hafez juga menambahkan sejumlah atraksi wisata di Singapura juga mulai menyediakan tempat ibadah berwujud musala. Salah satunya berlokasi di Bird's Paradise di Mandai yang baru dibuka sekitar 1,5 tahun lalu.
Tidak Ada Kebijakan Khusus untuk Pelancong Muslim
Meski demikian, STB mengaku tidak memiliki angka terkait kontribusi yang dihasilkan pelancong muslim terhadap pendapatan Singapura di sektor pariwisata. Salah satunya, kata Hafez, karena mereka tidak menanyakan agama masing-masing pelancong ketika berkunjung ke Singapura.
"Kami tidak begitu tahu berapa persen pengunjung kami yang muslim, tetapi dengan melihat data lima pangsa pasar terbesar itu termasuk Malaysia dan Indonesia. Dan kami tahu bahwa secara sejarah, Malaysia dan Indonesia, mayoritas penduduknya adalah muslim, sehingga kami tahu bahwa kami mendapat peningkatan lebih dari pelancong muslim," ia menjelaskan.
Selain itu, ia menegaskan bahwa Singapura tidak memiliki kebijakan khusus yang memudahkan pengunjung muslim. Kebijakan yang ada, kata dia, tidak membeda-bedakan antara pemeluk agama yang satu dan lainnya. Pihaknya hanya berusaha memfasilitasi para pelancong agar lebih mudah datang ke Singapura.
"Dari awal, ketika kamu datang ke Singapura, kamu bisa menggunakan gerbang otomatis. Kami membuatnya mudah untuk semua pelancong, tidak hanya pelancong muslim saja yang datang ke Singapura," Hafez menekankan.
Advertisement
