Menhan: Keamanan Maritim, Masalah Rumit Tapi Bisa Dituntaskan

Keamanan maritim adalah permasalahan rumit yang dapat diselesaikan dengan kerja sama internasional.

oleh Tia Fitriyyah diperbarui 19 Mar 2014, 12:31 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2014, 12:31 WIB
menhan_purnomo_yusgiantoro_inbox_121006b

Liputan6.com, Jakarta - Masalah keamanan maritim menjadi pokok bahasan banyak negara. Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan, keamanan maritim merupakan permasalahan rumit, namun dapat diselesaikan.

"Keamanan maritim dengan permasalahan yang rumit, membutuhkan kerja sama dan kolaborasi antarnegara serta badan-badan regional dan internasional," kata Purnomo dalam sambutan perhelatan Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) ke-4 2014 di Jakarta Covention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Rabu (19/3/2014).

Purnomo menjelaskan, laut adalah pusat geostrategis Asia Pasifik, yang berpotensi mempersatukan namun juga berpotensi menjadi sumber perselisihan di antara negara-negara Asia Pasifik.

Lebih jauh Purnomo memaparkan, selain kerja sama antarnegara, dibutuhkan suatu aturan perdagangan dan keimigrasian. "Serta, pengerahan kekuatan militer di wilayah perairan guna memperketat keamanan maritim," urai Purnomo.

Purnomo menambahkan, nantinya hal itu dapat mendorong kontribusi positif wilayah laut dalam perluasan perdagangan internasional, peningkatan mobilitas masyarakat di kawasan serta dalam rangka mencukupi peningkatan tuntutan pemenuhan kebutuhan dasar manusia.

Perhelatan JIDD 2014 dibuka Wakil Presiden Boediono. Dalam pertemuan negara-negara militer di JCC ini sebanyak 46 delegasi dari negara-negara anggota ASEAN, China, India, Australia, Amerika Serikat dan negara-negara lain dari Eropa dan Afrika hadir dan mengikuti forum JIDD yang berlangsung pada 19-20 Maret 2014 di JCC, Jakarta.

Para partisipan yang hadir dalam dialog ini terdiri dari para pejabat pemerintah dan pejabat militer, akademisi, serta pemimpin organisasi maritim seperti International Maritime Organization (IMO), Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Hadir pula 5 menteri pertahanan dari Australia, Bangladesh, Belanda, Papua Nugini, dan Timor Leste. Termasuk, 4 panglima angkatan bersenjata dari Australia, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Timor Leste. (Raden Trimutia Hatta)

Baca juga:

TNI AL Terima Puluhan Alutsista Baru
SBY Nonton Perang Laut di Mako Armatim Surabaya
Indonesia Pimpin Pencarian Malaysia Airlines MH370

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya