Diserbu Ulat, Ratusan Hektare Lahan Padi di Ketapang Gagal Panen

Semestinya padi yang dihasilkan sebanyak 1 ton lebih, tapi hanya tersisa tidak lebih 50 kilogram.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 06 Apr 2014, 18:28 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2014, 18:28 WIB
Dua orang buruh tani penggarap menanam benih padi milik warga di Bubulak, Bogor, Jabar. Buruh tani yang mengelola sawah milik warga tersebut diupah dengan 20% padi dari hasil saat panen nanti.(Antara)

Liputan6.com, Ketapang - Ratusan petani di Desa Tanjung Baik Budi, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, mengalami gagal panen. Ratusan hektare lahan padi siap panen dimakan ulat.

Semestinya padi yang dihasilkan sebanyak 1 ton lebih, tapi hanya tersisa tidak lebih 50 kilogram.

"Ulat-ulat ini memakan padi kita sudah sekitar 5 hari. Ulatnya makan padi siang dan malam, habis padi kita," ujar petani Desa Tanjung Baik Budi, Sabran (36) saat berbincang dengan Liputan6.com, Minggu (6/4/2014).

Sabran menjelaskan, lahan miliknya yang 1 hektar seharusnya menghasilkan sekitar 1.350 ton padi. Namun karena dimakan ulat hanya tersisa sekitar 30 kilogram.

"Tidak hanya padi saya, hampir semua padi di sini dimakan ulat ini," keluhnya.

Karena serangan hama ulat itu, ia mengalami kerugian sekitar Rp 5 juta. Kerugian itu pun menurutnya tidak termasuk tenaganya saat menanam dan merawat.

"Kalau hanya satu lahan masih mending, tapi ini semuanya, mana bisa ada hasilnya. Upah nanam Rp 1 juta lebih belum yang lain dan tenaga mengerjakannya. Jangankan untung, balik modal saja tidak," sesalnya.

Petani lainnya, Runa (54), mengatakan, serangan ulat itu baru pertama kalinya. Sebelumnya beberapa tahun lalu di lahan mereka juga pernah diserang hama belalang. Namun serang ulat kali ini benar-benar menghabiskan padi mereka sangat cepat.

"Ulatnya gemuk-gemuk, berwarna-warni, hijau, coklat, hitam dan merah. Serangan ulat ini sebelumnya tak pernah terjadi baru sekarang lah," jelas Runa.

Menurutnya padi yang dimakan ulat juga adalah padi yang sudah hampir siap panen. Sedangkan yang masih hampa atau belum matang tidak begitu dimakan ulat.

"Kita terkejut melihatnya, dalam satu hari saja mereka bisa menghabiskan padi satu lahan hampir semuanya," ungkapnya.

Ia menegaskan, ulat itu tidak mempan dibunuh dengan berbagai racun serangga. Bahkan terhadap cairan racun yang belum dicampur ketika ulat direndam juga tak mati. "Semoga serangan ulat ini tidak terjadi lagi nantinya, tak makan kita kalau ada lagi," harap Runa.

Sementara, menurut Pelaksana Penyuluh Pertanian Kabupaten Ketapang, Yudo Sudarto, serangan hama ulat itu lebih disebabkan perubahan iklim. Kata dia, Faktor penting ini adalah sebab penggunaan pestisida yang belebihan.

"Sehingga musuh alami dari ulat ini akan mati," ucap Yudo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya