Liputan6.com, Jakarta - Kematian mendadak menjadi salah satu penyebab utama kematian di dunia. Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Subspesialis Aritmia di RS Pondok Indah – Pondok Indah, dr. Dony Yugo Hermanto, Sp.J.P Subsp.Ar (K), FIHA, menjelaskan, sekitar 20 persen dari seluruh kematian adalah akibat kematian mendadak.
Secara medis, apa itu kematian mendadak? Kematian ini didefinisikan sebagai kematian yang terjadi secara tiba-tiba dalam kurun waktu 24 jam tanpa adanya riwayat penyakit sebelumnya.
Advertisement
Baca Juga
Usia dan Risiko Kematian Mendadak
Menurut studi yang dilakukan oleh Near Group dan rekan-rekan pada tahun 2009, sekitar 20 persen dari seluruh kasus kematian mendadak disebabkan oleh henti jantung mendadak. Kasus ini lebih sering terjadi pada individu berusia di atas 35 tahun, sementara kematian mendadak pada individu di bawah usia 35 tahun tercatat kurang dari 1 persen.
Advertisement
Pada kelompok usia di atas 35 tahun, penyebab utama kematian mendadak adalah penyakit jantung koroner. Sedangkan pada individu di bawah 35 tahun, penyebab utamanya sering kali terkait dengan gangguan irama jantung primer yang bersifat genetik atau kelainan otot jantung (kardiomiopati).
Penyebab Henti Jantung Mendadak
Dr. Dony Yugo Hermanto menjelaskan bahwa penyebab utama henti jantung mendadak bervariasi berdasarkan wilayah geografis. Di negara-negara Barat, sekitar 75% kasus disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Sementara di Jepang, angka ini lebih rendah, sekitar 50-60%, yang kemungkinan besar dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup yang lebih sehat.
Selain penyakit jantung koroner, beberapa kondisi lain yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak antara lain:
- Kelainan irama jantung (aritmia), termasuk sindrom aritmia primer yang bersifat genetik.
- Kardiomiopati, yaitu kerusakan pada otot jantung yang mengganggu fungsi jantung.
Advertisement
Gejala dan Deteksi Aritmia
Aritmia dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari yang tidak bergejala hingga yang berbahaya. Beberapa karakteristik aritmia meliputi:
- Bisa tanpa gejala atau hanya menyebabkan jantung berdebar.
- Bisa terjadi sesekali atau secara terus-menerus.
- Bisa bersifat jinak atau ganas, di mana aritmia ganas dapat menyebabkan kematian mendadak tanpa peringatan.
Salah satu contoh kasus aritmia fatal adalah yang dialami oleh Christian Eriksen, pesepak bola yang mengalami henti jantung mendadak saat bertanding.
Gejala umum gangguan irama jantung meliputi:
- Jantung berdebar-debar atau palpitasi.
- Rasa tidak nyaman di dada.
- Cepat lelah dan sesak napas.
- Pingsan tanpa penyebab yang jelas, yang bisa menjadi tanda aritmia berbahaya.
Cara Mendeteksi Aritmia
Kemajuan teknologi saat ini membuat deteksi aritmia semakin mudah dilakukan. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain:
1. Memeriksa Nadi Sendiri
Cara paling sederhana adalah dengan meraba denyut nadi secara berkala untuk melihat apakah ada ketidakteraturan.
2. Menggunakan Smartwatch
Smartwatch generasi terbaru dapat memantau laju denyut jantung dan bahkan merekam aktivitas listrik jantung (EKG). Teknologi ini membantu mengidentifikasi gangguan irama jantung lebih dini.
3. Perekaman EKG Ambulatori (Holter Monitor)
Alat ini dapat merekam aktivitas listrik jantung secara terus-menerus selama 24 jam hingga beberapa minggu, berguna bagi pasien yang mengalami gejala aritmia hanya sesekali.
4. Implantable Loop Recorder (ILR)
Alat kecil yang ditanam di bawah kulit untuk merekam aktivitas jantung dalam jangka panjang hingga 3 tahun, membantu mendeteksi gangguan irama jantung yang jarang terjadi.
Dengan memahami apa itu kematian mendadak, faktor risikonya, serta cara deteksinya, kita dapat lebih waspada terhadap kondisi ini. Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Advertisement
