Liputan6.com, Surabaya - Pesawat maskapai AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 hilang kontak pada Minggu pagi tadi, sekitar pukul 06.17 WIB. Titik terakhir pesawat diduga di antara Pulau Belitung dan Pulau Kalimantan.
Kasubid Pengelolaan Citra Satelit BMKG Ana Oktavia mengatakan, cuaca ekstrem, yakni badai dan petir sedang terjadi di area sekitar pesawat AirAsia hilang kontak Minggu (28/12/2014) tadi.
"Jadi saat itu, ada awan cumulonimbus (yang pekat). Sementara di Belitung sedang terjadi hujan ringan," kata Ana, seperti ditayangkan Metro TV.
Dia menjelaskan, pihak BMKG sebelumnya telah memberikan peringatan bagi para maskapai agar berhat-hati, untuk pesawat yang hendak menuju Singapura.
"Dengan adanya awan cumulonimbus, itu berbahaya bagi penerbangan. Bisa terjadi turbulensi yang membahayakan pesawat itu.
Hal senada juga dilaporkan WeatherBug, Badan Pemantau Cuaca Swasta yang bermarkas di Germantown, Maryland. Pihaknya menemukan bahwa di sekitar lokasi AirAsia QZ8501 terbang, tengah terjadi badai dan petir.
"Dalam data kami, tengah terjadi sambaran petir di jalur penerbangan AirAsia QZ8501," kicau @WeatherBug. "Citra satelit kami menunjukkan ada badai di sana."
Citra satelit menunjukkan sedang terjadi badai di jalur penerbangan AirAsia QZ8501 (Sumber: Weather Bug)
Pesawat AirAsia type Airbus A320-200 yang berangkat dari Bandara Internasional Juanda Surabaya pukul 05.20 WIB itu seharusnya tiba di Bandara Internasional Changi, Singapura pukul 08.30 WIB, namun hilang kontak pada pukul 07.55 WIB.
Jumlah penumpang terdiri dari 155 orang. Selain itu, ada 2 pilot, 4 pramugari, dan 1 teknisi pesawat. Dengan demikan, ada 162 orang yang berada di pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut. Dari total penumpang, pilot dan kru pesawat tersebut, ada sebanyak 156 WNI di dalamnya. Selain itu, ada 3 warga Korea Selatan, 1 Malaysia, 1 Singapura, dan 1 Prancis.
Sementara itu, AirAsia menginformasikan nomor telepon yang bisa dihubungi pihak keluarga penumpang, yakni 02129850801. "AirAsia akan terus memberikan informasi terbaru secepat mungkin."
Advertisement
Menghindari Awan
Plt Dirjen Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo menjelaskan kronologi hilangnya pesawat AirAsia tersebut. Dia mengatakan, pesawat berangkat dari Surabaya pada pukul 05.36 WIB dengan ketinggian 32 ribu kaki atau flight level plan 320.
"Pesawat terbang dengan jalur M635. Pesawat kontak ATC (Air Traffic Controller/menara pengawas) radar Jakarta pada pukul 06.12 pada frekuensi 125 megahertz (MHz)," kata Djoko dalam konferensi persnya di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten
Saat itu, lanjut dia, pesawat dapat diidentifikasi oleh layar radar Jakarta. Namun saat kontak tersebut, pesawat meminta untuk naik ke ketinggian 38 ribu kaki demi menghindari awan.
"Jadi tak ada masalah. Pada saat kontak, pesawat menyatakan menghindari awan ke arah kiri dari M635 dan meminta naik ke ketinggian 38 ribu kaki," papar dia.
Namun beberapa menit kemudian, pesawat mulai tak terlacak. Djoko menyampaikan, pukul 06.17 WIB, pesawat hanya tampak sinyal HDSP.
"Jadi di radar display, selain data radar juga juga ada data HDSP. Pada saat itu pesawat sekaligus hilang kontak dengan ATC. Jadi dapat diasumsikan pukul 06.17 menit kita hilang kontak (dengan AirAsia)." (Riz)