Tradisi Nyekar Sebelum Lebaran, Ketahui Makna dan Sejarahnya

Tradisi nyekar atau ziarah kubur menjelang Lebaran di Indonesia, khususnya Jawa, memiliki makna mendalam sebagai penghormatan leluhur, refleksi diri, dan mempererat silaturahmi keluarga.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi Diperbarui 23 Feb 2025, 16:30 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2025, 16:30 WIB
Tradisi Nyekar Sebelum Lebaran, Ketahui Makna dan Sejarahnya
Ilustrasi nyekar, ziarah kubur. (Foto oleh RODNAE Productions: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-bunga-bunga-pohon-depresi-6841361/)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Tradisi nyekar atau ziarah kubur menjelang Lebaran merupakan tradisi yang sudah mengakar kuat di Indonesia, terutama di kalangan Muslim Jawa. Dilakukan beberapa hari sebelum atau sesudah Idul Fitri, tradisi ini memiliki makna spiritual dan sosial yang kaya. Masyarakat mengunjungi makam keluarga dan kerabat untuk mendoakan mereka, sekaligus mempererat silaturahmi keluarga.

Nyekar bukan sekadar membersihkan dan menaburi bunga di makam. Ini adalah bentuk penghormatan dan doa kepada anggota keluarga yang telah meninggal, memohon agar mereka tenang di sisi Allah SWT dan mendapatkan tempat yang baik di akhirat. Tradisi ini juga menjadi pengingat akan kematian dan kehidupan akhirat, mendorong refleksi diri dan persiapan spiritual menjelang Ramadan.

Selain itu, nyekar seringkali menjadi momen silaturahmi keluarga besar. Anggota keluarga berkumpul, berbagi cerita, dan memperkuat ikatan kekeluargaan. Beberapa orang juga meyakini bahwa nyekar dapat menjadi sarana memohon doa restu dari nenek moyang. Tradisi ini telah mengalami perkembangan seiring waktu, namun inti maknanya tetap sama: penghormatan, doa, dan pengingat akan kematian.

Agar lebih paham, berikut ini Liputan6.com ulas mengenai tradisi nyekar sebelum Lebaran yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Minggu (23/2/2025). 

Makna dan Tujuan Nyekar

Tradisi Nyekar Sebelum Lebaran, Ketahui Makna dan Sejarahnya
Warga berdoa saat berziarah di TPU Karet Pasar Baru Barat, Jakarta, Sabtu (16/6). Ziarah kubur atau "nyekar" pada hari raya lebaran merupakan salah satu tradisi umat muslim untuk mendoakan sanak keluarga yang meninggal dunia. (Liputan6.com/Arya Manggala)... Selengkapnya

Tradisi nyekar memiliki beberapa tujuan utama. Pertama, sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada leluhur. Doa dipanjatkan agar mereka tenang di alam kubur dan mendapatkan tempat yang baik di akhirat. Kedua, sebagai pengingat akan kematian dan kehidupan akhirat. Ziarah kubur mendorong refleksi diri dan persiapan spiritual. Ketiga, sebagai momen silaturahmi keluarga. Nyekar memperkuat ikatan keluarga dan hubungan antar anggota keluarga.

Beberapa juga meyakini bahwa nyekar bisa menjadi sarana memohon doa restu dari leluhur, terutama saat menghadapi tantangan hidup. Namun, penting untuk diingat bahwa meminta pertolongan kepada arwah atau melakukan ritual di luar ajaran Islam harus dihindari. Hukum ziarah kubur dalam Islam diperbolehkan, bahkan dianjurkan, asalkan niatnya benar, yaitu untuk mendoakan dan mengingat kematian.

Tradisi nyekar telah mengalami perkembangan seiring waktu. Beberapa keluarga mungkin menyederhanakan prosesi, sementara yang lain masih mempertahankan tradisi secara lebih tradisional. Namun, inti dari tradisi ini tetap sama, yaitu sebagai bentuk penghormatan, doa, dan pengingat akan kematian. Tradisi ini juga telah mengalami akulturasi budaya, memadukan ajaran Islam dengan tradisi lokal.

Sejarah Nyekar

 Sejarah mencatat bahwa tradisi ziarah kubur telah ada jauh sebelum Islam masuk ke Nusantara. Pada masa awal Islam, Rasulullah SAW sempat melarang praktik ziarah kubur karena kekhawatiran akan terjadinya kesyirikan. Namun seiring dengan pemahaman Islam yang semakin kuat, beliau kemudian membolehkan dan bahkan menganjurkannya sebagai sarana mengingat akhirat.

Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:

قَدْ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْآخِرَةَ

Artinya: "Sesungguhnya aku dulu telah melarang kalian berziarah kubur. Maka (sekarang) ziarahlah karena akan bisa mengingatkan kepada akhirat."

Di Indonesia, tradisi ini mengalami perkembangan yang unik setelah masuknya Islam. Para wali songo dengan bijak memadukan nilai-nilai Islam dengan tradisi lokal yang sudah ada. Nyadran, sebagai salah satu bentuk tradisi ziarah kubur, biasanya dilaksanakan pada hari ke-10 bulan Rajab atau awal bulan Syaban.

Di masa sekarang, tradisi ini telah menjadi bagian integral dari persiapan menyambut Ramadhan. Masyarakat tidak hanya sekadar mengunjungi makam, tetapi juga membersihkannya, menaburkan bunga, dan yang terpenting adalah mendoakan para leluhur yang telah mendahului. 

Tata Cara Nyekar

Tradisi Nyekar Sebelum Lebaran, Ketahui Makna dan Sejarahnya
caption ziarah kubur ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Meskipun tidak ada aturan baku, umumnya nyekar meliputi membersihkan dan merapikan makam, menabur bunga atau meletakkan persembahan, berdoa bersama keluarga, dan membaca surat Yasin atau ayat-ayat Al-Quran lainnya. Proses ini dilakukan dengan penuh khidmat dan rasa hormat kepada para leluhur.

Di berbagai daerah, tata cara nyekar mungkin sedikit berbeda. Namun, esensi dari tradisi ini tetap sama, yaitu sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada orang yang telah meninggal. Hal ini menunjukkan kekayaan budaya dan keberagaman Indonesia dalam menjalankan tradisi keagamaan.

Perkembangan tradisi nyekar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan budaya. Modernisasi dan urbanisasi dapat mempengaruhi cara masyarakat menjalankan tradisi ini. Namun, inti dari tradisi nyekar tetap dipertahankan sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia.

Hukum Nyekar dalam Islam

 Dalam perspektif Islam, nyekar atau ziarah kubur memiliki landasan hukum yang jelas. Imam Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain menjelaskan beberapa keutamaan ziarah kubur, khususnya ziarah ke makam orang tua. Beliau menyebutkan bahwa siapa saja yang menziarahi makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jumat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan mencatatnya sebagai anak yang berbakti.

Lebih lanjut, terdapat hadits yang diriwayatkan dalam Al-Mu'jam al-Kabir lit Thabrani yang menyebutkan:

مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِي كُلِّ جُمْعَةٍ غُفِرَ لَهُ وَكُتِبَ بَرًّا

Artinya: "Barang siapa berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jumat, maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan dia dicatat sebagai anak yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya."

Namun perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa ketentuan khusus terkait ziarah kubur, terutama bagi kaum muslimah. Dalam kitab I'anatut Thalibin disebutkan bahwa ziarah kubur bagi wanita hukumnya makruh, mengingat kekhawatiran akan timbulnya kesedihan dan tangisan berlebihan yang tidak dianjurkan dalam Islam. 

Tradisi Nyekar di Berbagai Daerah

Tradisi serupa dengan nyekar juga ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dengan nama yang berbeda. Di Jawa Tengah, misalnya, dikenal tradisi nyadran, sementara di Jawa Timur ada tradisi ngosaran di Bangkalan, Madura, yang melibatkan gotong royong membersihkan pemakaman. Di Blitar dan sekitarnya, ada tradisi unggahan atau megengan, yaitu membawa nasi kotak untuk didoakan bersama.

Meskipun namanya berbeda, inti dari tradisi-tradisi ini tetap sama: mengunjungi makam leluhur, membersihkannya, berdoa, dan mempererat silaturahmi keluarga. Hal ini menunjukkan kekayaan budaya dan keberagaman Indonesia dalam menjalankan tradisi keagamaan menjelang bulan Ramadan.

Perbedaan ini menunjukkan kekayaan budaya dan adaptasi tradisi sesuai konteks lokal. Namun, esensi utama tetap sama, yaitu penghormatan kepada leluhur, refleksi diri, dan mempererat silaturahmi keluarga.

Dengan memahami makna dan tata caranya, tradisi nyekar dapat menjadi sarana untuk memperkuat keimanan, mempererat hubungan keluarga, dan mempersiapkan diri menghadapi kehidupan akhirat. Mari kita jaga dan lestarikan tradisi ini sebagai bagian dari identitas bangsa Indonesia.

Tradisi nyekar merupakan warisan budaya yang berharga dan perlu dilestarikan. Dengan memahami makna dan esensinya, kita dapat menjaga nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dan meneruskannya kepada generasi mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya