Cari Badan AirAsia, BPPT Kumpulkan Data Jenazah dan Serpihan

Ridwan menjelaskan, BPPT membawa sonar dengan kemampuan mendeteksi hingga kedalaman 500 meter dan bentang 200-300 meter.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 02 Jan 2015, 15:29 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2015, 15:29 WIB
Basarnas
Tim Basarnas di Kapal KN 224. (Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Liputan6.com, Pangkalan Bun - Tim SAR gabungan dihadapkan pada tugas baru, yakni menemukan badan pesawat. Berbagai armada dan teknologi mulai difungsikan untuk mencari posisi pasti pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak Minggu 28 Desember 2014.

Salah satu tim yang bertugas adalah KM Barunajaya milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kapal dengan teknologi sonar ini sangat dibutuhkan guna mengetahui keberadaan pesawat.

Deputi Kepala BPPT Bidang Pengembangan Ridwan Djamaluddin mengatakan, sebagai modal awal pencarian pesawat, pihaknya mulai mengumpulkan data dari lokasi penemuan serpihan dan jenazah korban. Dari situ, diharapkan ditemukan koordinat keberadaan pesawat.

"Dari objek yang ditemukan kita harus tahu bagaimana bisa membuat model terbaik, sumbernya dari mana. Itu yang kita lakukan sekarang. Jadi dari temuan yang banyak ditemukan itu kita buat model terbalik untuk menelusuri kembali ke belakang dari mana asal objek itu," jelas Ridwan di Posko Utama Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Jumat (2/1/2015).

Ridwan menjelaskan, BPPT membawa sonar dengan kemampuan mendeteksi hingga kedalaman 500 meter dan bentang 200-300 meter. Alat akan mengirim sinyal gelombang radio berbentuk citra yang nantinya akan dikonversi menjadi gambar.

Terkait pernyataan Basarnas tentang adanya bayangan besar yang diduga badan pesawat, Ridwan belum bisa berspekulasi. Dia ingin melihat dulu dari berbagai data yang ada saat ini.

"Semua peralatan punya positioning system yang bagus. Kalau soal melihat objek di bawah laut saya belum bisa mengkonfirmasinya. Kalau arah umum pencarian saya kira akan ada sampai ke arah barat laut menuju kontak terakhir," ungkap Ridwan.

Ridwan juga belum bisa memastikan apakah pesawat masih dalam keadaan utuh. Hal ini berkaitan dengan kondisi alam terutama arus dalam laut.

"Yang kami lakukan dengan menelusuri kembali dengan model hidrodinamika. Jadi kalau kira-kira pola arus, angin, kedalaman dasar laut itu ditelusuri kembali pola-polanya," tandas dia.

Pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura hilang kontak dari Air Traffic Controller (ATC) Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu 28 Desember 2014 sekitar pukul 06.17 WIB. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 itu tinggal landas dari Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur pukul 05.20 WIB, dan seharusnya tiba di Bandara Changi, Singapura, pukul 08.30 waktu setempat. (Mvi/Yus)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya