Saat Keluarga Korban AirAsia Lelah Menunggu Hasil Identifikasi

Keluarga korban AirAsia menilai Basarnas lambat dalam menangani tragedi AirAsia.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 04 Jan 2015, 18:21 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2015, 18:21 WIB
keluarga korban
Keluarga korban terus menanti perkembangan kabar penumpang AirAsia QZ8501 di Surabaya. (Liputan6.com/Moch Harun Syah)

Liputan6.com, Surabaya - Keluarga korban mengaku kecewa dengan Basarnas dalam menangani tragedi AirAsia QZ8501. Tim SAR tersebut dinilai lambat dalam mengevakuasi jenazah.

"Tetap buat kita lambat sekalipun AirAsia cepat ditemukan," kata salah satu keluarga korban, Ongkoh Gunawan ditemui di samping Posko Ruang Tunggu Keluarga Korban di Mapolda Jawa Timur, Minggu (4/1/2015).

Dia menuturkan, adik kandungnya, Sherly Ong dan suami Kusuma Chandra serta keponakannya, Kho Vera Chandra (19) menjadi penumpang pesawat jurusan Surabaya-Singapura. Hingga kini, orang yang dicintainya itu belum juga ditemukan.

Dengan nada bicara tinggi, dia mengaku sangat lelah menunggu kepastian kabar keluarganya itu. Stres pun ia rasakan dalam penantian ini. Menurut dia, pemerintah terlalu bersikap reaktif ketimbang antsipatif. Jika telah mengorbankan jiwa, baru masalah itu ditanggapi.

"Kalau sudah begini barulah saling makan. Saling tuduh, saling menyalahkan," kesal Ongkoh.

Dia meminta pemerintah tegas dalam menyikapi peristiwa ini. Pejabat terkait harus bertanggung jawab dengan berani mengundurkan diri. Hal itu, kata Ongkoh, seperti di China yang menterinya mengundurkan diri saat terjadi kecelakaan.

"Pecat dong yang bertugas, terutama itu pihak bandaranya," tegas Ongkoh.

Berharap Mukjizat Datang

Ongkoh menuturkan, kepergian sang adik ke Singapura selain untuk berlibur, juga ingin medical check-up atau melakukan cek kesehatan di negara tersebut. Sebelum sang adik terbang, ia telah memperingatkannya agar tidak menggunakan pesawat itu.

"Jadi mau ke Singapura medical check-up. Saya bilang jangan naik AirAsia kan mau check-up takut telat. Pengalaman saya, AirAsia suka delay. Kan kalau sudah janjian sama dokter gimana?" ungkap Ongkoh.

Namun begitu, sang adik tetap memilih AirAsia. Hal ini lantaran tiket sudah dibeli sejak jauh hari. Mendengar sang adik keukeuh menggunakan pesawat itu, istri Ongkoh tiba-tiba marah besar.

"Saya juga heran saat itu istri saya marah bukan main. Saya bilang sudahlah jangan marah-marah sudah dibeli tiketnya. Saya tanya kenapa marah, istri saya juga nggak bisa jelaskan," tambah Ongkoh.

Ongkoh dan keluarga mengaku sedikit lega dengan adanya titik terang pencarian AirAsia tersebut. Dia berharap orang yang dicintainya segera ditemukan untuk selanjutnya dimakamkan.

"Kita maunya cepat biar bisa pemakaman dan lakukan ritual. Pemakaman Buddha," harap Ongkoh.

Untuk menunggu kepastian kabar keluarganya, ia dan keluarga telah 7 hari berada di posko Crisis Center Surabaya. Dia berharap ada mukjizat setelah keluarganya tak dapat dihubungi pascapesawat tersebut hilang kontak.

"Saya SMS ketiganya, SMS kalian di mana tolong kasih kabar, kita semua nunggu ini. Masih berharap mukjizat, kalau lihat dari sebagian jenazah ada yang utuh," tutur Ongkoh.

Memasuki hari kedelapan pencarian korban AirAsia, tim SAR gabungan telah berhasil mengevakuasi 34 jenazah dari perairan Karimata, Kalimantan Tengah. Namun dari jumlah itu, belum ada satu pun yang terkonfirmasi sebagai anggota keluarganya. (Ali/Ans)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya