Langkah Sang Ulama Temani Akhir Hayat 2 Terpidana Mati

Hidup 6 jiwa yang 5 di antaranya kini mendekam di penjara dalam pulau tertutup Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah tinggal menghitung hari.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Jan 2015, 10:43 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2015, 10:43 WIB
2 ABK Indonesia Lolos Hukuman Mati di Malaysia
Sebelumnya, kedua ABK Indonesia itu didakwa menyelundupkan sabu seberat 7,6 kilogram di Pelabuhan Klang, Malaysia.

Liputan6.com, Jakarta - Hidup 6 jiwa yang 5 di antaranya kini mendekam di penjara dalam pulau tertutup Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, hanya tinggal menghitung hari. Dalam 2 hari ke depan, 18 Januari 2015, nyawa para terpidana mati kasus narkoba itu bakal berakhir lewat tembakan peluru eksekutor.

Menjelang hari eksekusi, KH Hasan Makarim, ulama asal Cilacap, Jawa Tengah, didatangkan ke Lembaga Pemasyarakatan Besi yang berada di pulau itu. Kamis, 15 Januari 2015, sekitar pukul 09.55 WIB, dengan terburu-buru Hasan berjalan menuju pos penjagaan Dermaga Wijayapura.

"Saya baru saja ditelepon supaya ke (Lapas) Besi," kata Hasan hari itu. Dia mengaku dimintai tolong untuk melakukan pendampingan kepada para terpidana mati di lapas tersebut.

Setelah 15 menit berada dalam pos, pria itu keluar. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cilacap itu mengaku tak ada kapal di dermaga yang bisa menyeberangkannya ke pulau itu.

"Saya akan lewat Dermaga Holcim karena di sini tidak ada kapal," ucap Hasan.

Hasan mengaku, hanya ada 2 orang yang bakal didampinginya menjelang hari eksekusi. Itu karena hanya ada 2 muslim di antara 5 terpidana mati tersebut. Keduanya, yakni Rani Andriani dan Namaona Denis yang berkewarganegaraan Nigeria. "Hanya dua yang Muslim," ujar dia.

Koordinator Pesantren Warga Binaan Pemasyarakatan se-Nusakambangan itu mengaku, belum mengetahui identitas keduanya. "Informasinya, salah satunya adalah wanita," imbuh Hasan sambil terus berjalan.

Sementara itu, Pendeta Titus AS juga mendengar kabar serupa. Dia mengaku diberitahu untuk tidak memberikan pembinaan rohani agama Kristen hingga hari Minggu, 18 Januari 2015.

"Jadi mulai hari ini, kegiatan pembinaan kerohanian untuk sementara off hingga pekan depan dan kami tidak bisa masuk ke Nusakambangan seperti biasanya. Hanya orang-orang tertentu yang punya izin khusus yang bisa masuk. Padahal, hari Sabtu ada pembinaan di 3 lapas," tutur Titus.

Namun, dia mengaku belum ada permintaan khusus untuk mendampingi para terpidana mati. "Tidak ada yang Kristen, Daniel dan Marco itu Katolik. Mungkin Kejaksaan Agung akan meminta Romo di sini (Cilacap) atau dari pusat untuk mendampingi mereka," tutur Titus.

Kelima terpidana mati yang berada di Nusakambangan itu, yakni Namaona Denis yang terlilit kasus kepemilikan 1 kilogram heroin dan Rani Andriani alias Mellisa Aprillia dalam kasus penyelundupan 3,5 kg. Kedua baru saja dipindah dari Tangerang pada 14 Januari 2015 kemarin dan kini menempati ruang isolasi di Lapas Besi, Nusakambangan.

Selain itu, Marco Archer Cardoso Moreira yang terlibat penyelundupan 13,4 kg kokain dan Ang Kim Soei dalam kasus kepemilikan 2 pabrik ekstasi diisolasi di Lapas Pasir Putih, Nusakambangan. Serta Daniel Enemuo alias Diarrassouba Mamadou dalam kasus penyelundupan 1,15 kg heroin diisolasi di Lapas Batu, Nusakambangan. (Ant/Ndy/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya