Perseteruan KPK-Polri Fotokopi Cicak Vs Buaya 2009

Inisiator Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pemilu Bersih Adhie M Massardi menceritakan bagaimana kasus cicak vs buaya ini muncul.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 26 Jan 2015, 05:13 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2015, 05:13 WIB
Dukung KPK, Puluhan Orang Bertopeng Bambang Widjojanto
Puluhan pegiat Antikorupsi mengenakan topeng Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto saat menggelar aksi di Gedung KPK, Jakarta, Sabtu (24/1/2015). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Entah sudah berapa kali Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri terlibat perseteruan seperti sekarang ini. Bahkan, ada analogi yang sangat terkenal untuk menggambarkan perselisihan ini, yaitu cicak vs buaya.

Inisiator Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pemilu Bersih Adhie M Massardi mengatakan, dirinya yang dulu mencetuskan cicak vs buaya pada akhir 2009 lalu melihat kasus saat ini tak jauh beda. Dia bahkan masih ingat bagaimana perseteruan ini mencuat.

"Peristiwa ini mengingatkan cicak vs buaya. Ini fotokopi cicak vs buaya pada akhir 2009," kata Adhie di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (25/1/2015).

Adhie menceritakan bagaimana kasus cicak vs buaya ini muncul. Kala itu, KPK berhasil menyadap membicaraan antara Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji dengan Robert Tantular. Pembicaraan itu berisi permintaan permohonan rekomendasi pencairan dana di Bank Century yang kala itu sedang bermasalah. Sebagai imbalannya, Susno akan mendapat jatah Rp 10 miliar.

"Ini yang terkenal dan istana goncang. KPK dianggap sudah mencium adanya upaya bailout Century. Sehingga ada yang mengira KPK sudah tahu. Padahal, saat saya tanya Bibit dan Chandra kala itu, dulu mereka memang hanya ingin menyelidiki kasus Susno tanpa mengetahui ada rencana lain yang lebih besar," ungkap Adhie.

Tak ubahnya seperti sekarang ini, kisruh yang terjadi sebenarnya merupakan masalah personal, bukan institusi. Hanya saja, saat ini rasa kebanggaan terhadap korps dan institusi sudah luntur.

"Sekarang ini tidak ada kebanggaan korps. Ketika kebanggaan institusi hilang terjadi saat ini," ujar dia.

Adhie juga mempertanyakan nama calon tunggal Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan yang muncul begitu saja tanpa melihat aspek lainnya. Dia juga menyalahkan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang meloloskan calon Kapolri yang kini mengalami penundaan pengangkatan itu.

"Siapa Budi Gunawan? Kenapa Kompolnas merekomendasi hal itu? Seluruh anggota Kompolnas mengundurkan diri karena menyesatkan presiden untuk calon Kapolri," tandas Adhie.

Jumat 23 Januari lalu, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditangkap Bareskrim Polri saat mengantar sang anak bungsu ke sekolah. Tak hanya Bambang yang disasar Bareskrim Polri, kini giliran Wakil Ketua KPK lainnya, Adnan Pandu Praja.

Adnan dilaporkan ke Bareskrim Polri dengan tuduhan perampasan saham sebuah perusahaan hak pengelolaan hutan di Kalimantan Timur pada 2006 silam, saat Adnan menjadi kuasa hukum PT Desy Timber. Laporan terhadap Adnan Pandu Praja ini dilakukan PT Desy Timber di tengah panasnya hubungan Polri dengan KPK. (Rmn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya