Liputan6.com, Jakarta - Entah sudah berapa kali Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri terlibat perseteruan seperti sekarang ini. Bahkan, ada analogi yang sangat terkenal untuk menggambarkan perselisihan ini, yaitu cicak vs buaya.
Inisiator Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pemilu Bersih Adhie M Massardi mengatakan, dirinya yang dulu mencetuskan cicak vs buaya pada akhir 2009 lalu melihat kasus saat ini tak jauh beda. Dia bahkan masih ingat bagaimana perseteruan ini mencuat.
"Peristiwa ini mengingatkan cicak vs buaya. Ini fotokopi cicak vs buaya pada akhir 2009," kata Adhie di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (25/1/2015).
Adhie menceritakan bagaimana kasus cicak vs buaya ini muncul. Kala itu, KPK berhasil menyadap membicaraan antara Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji dengan Robert Tantular. Pembicaraan itu berisi permintaan permohonan rekomendasi pencairan dana di Bank Century yang kala itu sedang bermasalah. Sebagai imbalannya, Susno akan mendapat jatah Rp 10 miliar.
"Ini yang terkenal dan istana goncang. KPK dianggap sudah mencium adanya upaya bailout Century. Sehingga ada yang mengira KPK sudah tahu. Padahal, saat saya tanya Bibit dan Chandra kala itu, dulu mereka memang hanya ingin menyelidiki kasus Susno tanpa mengetahui ada rencana lain yang lebih besar," ungkap Adhie.
Tak ubahnya seperti sekarang ini, kisruh yang terjadi sebenarnya merupakan masalah personal, bukan institusi. Hanya saja, saat ini rasa kebanggaan terhadap korps dan institusi sudah luntur.
"Sekarang ini tidak ada kebanggaan korps. Ketika kebanggaan institusi hilang terjadi saat ini," ujar dia.
Adhie juga mempertanyakan nama calon tunggal Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan yang muncul begitu saja tanpa melihat aspek lainnya. Dia juga menyalahkan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) yang meloloskan calon Kapolri yang kini mengalami penundaan pengangkatan itu.
"Siapa Budi Gunawan? Kenapa Kompolnas merekomendasi hal itu? Seluruh anggota Kompolnas mengundurkan diri karena menyesatkan presiden untuk calon Kapolri," tandas Adhie.
Jumat 23 Januari lalu, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditangkap Bareskrim Polri saat mengantar sang anak bungsu ke sekolah. Tak hanya Bambang yang disasar Bareskrim Polri, kini giliran Wakil Ketua KPK lainnya, Adnan Pandu Praja.
Adnan dilaporkan ke Bareskrim Polri dengan tuduhan perampasan saham sebuah perusahaan hak pengelolaan hutan di Kalimantan Timur pada 2006 silam, saat Adnan menjadi kuasa hukum PT Desy Timber. Laporan terhadap Adnan Pandu Praja ini dilakukan PT Desy Timber di tengah panasnya hubungan Polri dengan KPK. (Rmn)
Perseteruan KPK-Polri Fotokopi Cicak Vs Buaya 2009
Inisiator Gerakan Masyarakat Sipil untuk Pemilu Bersih Adhie M Massardi menceritakan bagaimana kasus cicak vs buaya ini muncul.
diperbarui 26 Jan 2015, 05:13 WIBDiterbitkan 26 Jan 2015, 05:13 WIB
Puluhan pegiat Antikorupsi mengenakan topeng Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto saat menggelar aksi di Gedung KPK, Jakarta, Sabtu (24/1/2015). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Kisah Karomah Syekh Subakir Berjalan di Atas Air, Keajaiban yang Menggetarkan
Perbedaan Pohon Palem dan Kelapa: Karakteristik Unik dan Manfaatnya
Mengenal Ciri-Ciri Bulan: Karakteristik dan Fenomena Unik Satelit Alami Bumi
KPK Sita Mata Uang Asing Rp300 Juta hingga Tas Mewah di Kasus Korupsi Investasi PT Taspen
Pelatih Timnas Indonesia Patrick Kluivert Terkesan Sambutan dan Keramahan Suporter
IBL 2025: Pelita Jaya Rusak Debut Arki Wisnu Bersama Dewa United
Reaksi Miliarder Terobsesi Awet Muda Dibandingkan dengan Influencer 58 Tahun yang Terlihat 20 Tahun Lebih Muda
Sepekan, 7 Tersangka Pengedar Narkoba di Banyuwangi Berhasil Diringkus Polisi
Perbedaan Zakat Fitrah dan Zakat Mal: Panduan Lengkap
Perbedaan Meteoroid Meteor dan Meteorit: Fenomena Luar Angkasa yang Menakjubkan
Ciri Ciri Bayi Diare yang Perlu Diwaspadai Orang Tua
Di Konser Raya 3 Dekade Indosiar, Raffi Ahmad Jabarkan Tugasnya sebagai Utusan Khusus Presiden