SBY: Akhiri Konflik di Suriah, Dukung Kemerdekaan Palestina

SBY juga menyuarakan pentingnya menumpas kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 23 Apr 2015, 13:48 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2015, 13:48 WIB
Wajah Sedih SBY Saat Tinggalkan IStana Negara
Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono melambaikan tangan di dekat gerbang Istana Negara, Jakarta, Senin (20/10/2014) (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyuarakan perdamaian di Yaman dalam pidatonya di Konferensi Parlemen Asia Afrika. Kakek 2 cucu yang akrab disapa SBY itu merasa prihatin dengan konflik yang terjadi di Timur Tengah tersebut.

Tak cuma membahas soal kondisi di Yaman. SBY juga menyuarakan pentingnya menumpas kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS.

"Kita harus mengakhiri konflik di Suriah. Kita dukung kemerdekaan Palestina. Kita harus damaikan juga Yaman. Penyebaran ISIS juga harus kita tekan seminim mungkin," tegas SBY dalam Konferensi Parlemen Asia-Afrika, di gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Kamis (23/4/2015).

Asia-Afrika, menurut dia, perlu menjadi garda terdepan untuk menyukseskan perdamaian di seluruh duunia. Ketua Umum Partai Demokrat itu mengatakan, Indonesia bisa menjadi contoh nyata dari perdamaian.

"Di Indonesia, gerakan separatisme juga sudah berhasil diminimalkan. Bisa kita lihat Indonesia dan Timor Leste menjadi 2 negara yang bertetangga dan berhubungan baik‎," ujar SBY.

Selain isu perdamaian, SBY juga meminta negara-negara Asia-Afrika fokus memberantas kemiskinan. Ia menyampaikan, masalah kemiskinan masih belum bisa teratasi dengan baik, walau persentase kemiskinan terus menurun setiap tahun.

"Yang pertama muncul di benak saya adalah kemiskinan. Kemiskinan telah ditekan dari 80 persen pada 1950 menjadi 20 persen. Namun, kemiskinan masih menjadi masalah yang menganggu di Asia-Afrika," tutur SBY.

Menurut SBY, kemiskinan pun berdampak pada aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat tidak mampu membiayai kesehatannya ketika mereka sakit, mereka juga tidak mampu membeli makanan dan minuman.

"Di Asia-Afrika, 700 juta orang hidup di bawah 1 dolar dalam sehari. Banyak yang meninggal karena HIV/AIDS, malaria, dan TBC. Banyak yang mengalami krisis air dan makanan," ucap dia.

Chair of Global Green Growth Institute itu mengatakan, solusi untuk mengatasi kemiskinan adalah dengan mengembangkan ekonomi di negara Asia-Afrika. Pengembangan ini dianggap dapat dengan mudah tercapai, sebab situasi saat ini telah mengalami banyak kemajuan sejak 60 tahun terakhir.

"Negara-Negara di Asia Afrika sudah mempunyai banyak sumber daya untuk dikembangkan. Negara-negara di Asia Afrika saat ini tidak hanya menjadi pasar bagi negara lain, tapi juga bisa memproduksi kebutuhannya sendiri," pungkas SBY. (Ndy/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya