Tangis Gus Mus, Para Muktamirin NU Melunak

Setelah menggelar pertemuan tersebut, pejabat Rais Aam KH Mustafa Bisri turun tangan dan menyampaikan hasil ‎pertemuan

oleh Dian Kurniawan diperbarui 03 Agu 2015, 20:14 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2015, 20:14 WIB
Pesan Gus Mus kepada Jokowi-JK
Gus Mus mengatakan ia menginginkan sosok sederhana dan gemar bekerja bisa menjadi tren di kalangan pemimpin nasional.

Liputan6.com, Jombang - Akibat belum ditemukannya sistem pemilihan Rais Aam yang menggunakan ‎metode Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) dan Voting hingga membuat ricuhnya sidang Pleno tadi malam dan diskorsing pada sore tadi.

Sekitar pukul 15.00 Wib, para kiai sepuh menggelar pertemuan tertutup dengan PBNU dan Syuriah PWNU se-Indonesia.

Setelah menggelar pertemuan tersebut, pejabat Rais Aam KH Mustafa Bisri turun tangan dan menyampaikan hasil ‎pertemuan dan keputusan yang telah diambil bersama Kiai Sepuh.

Kiai yang akrab disapa Gus Mus ini menyampaikan sambutan hingga membuat hati para muktam‎irin luluh dan menerima hasil keputusan para kiai sepuh.

Berikut adalah sambutan Gus Mus yang disampaikan kepada para muktamirin ‎dengan menangis terisak:

Ketika saya ikuti persidangan-persidangan yang sudah lalu, saya menangis karena NU yang selama ini dicitrakan sebagai organisasi keagamaan, panutan penuh dengan akhlakul karimah, yang sering mengkritik praktik-praktik tak terpuji dari pihak lain ternyata digambarkan di media massa begitu buruknya.

Saya malu kepada Allah, malu pada KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan para pendahulu kita. Lebih-lebih ketika saya disodori koran yang headlinenya 'Muktamar NU Gaduh, Muktamar Muhammadiyah Teduh'.

Saya mohon sekali lagi, kita membaca surat Al-Fatihah dengan ikhlas, dan mohon syafaat Nabi besar junjungan kita Muhammad SAW‎

Rais Aam yang membikin saya menjadi punya posisi seperti ini, KH Sahal Mahfud, mengapa beliau wafat sehingga saya memikul beban ini, saya pinjam telinga anda, doakan saya, ini terakhir saya menjabat jabatan yang tidak pantas bagi saya.

Tolong ‎dengarkanlah saya sebagai pemimpin tertinggi Anda.

Mohon dengarkan saya, dengan hormat. Kalau perlu saya akan mencium kaki-kaki anda semua agar mengikuti akhlakuk karimah, akhlak KH Hasyim Asy'ari dan pendahulu kita.

Saya panggil kiai sepuh, rata-rata mereka prihatin semua, prihatin yang sangat mendalam. Di tanah ini terbujur kiai-kiai kita, di sini NU didirikan apa kita mau meruntuhkan di sini juga, Naudzubillah, saya mohon dengan kerendahan hati Anda melepaskaan semuanya, dan memikirkan Allah dan pendiri kita.

Jadi, setelah mempelajari situasinya di sini, maka para kiai yang berkumpul sampai tadi siang, di samping keprihatinan juga mengusulkan beberapa poin yang perlu dijadikan pedoman pembahasan selanjutnya.

Cuma sedikit yang kita sepakati untuk solusi agar tidak sama dengan di Senayan.

Pertama, apabila ada pasal yang belum disepakati dalam muktamar tentang pemilihan Rais Aam, tak bisa melalui musyawarah mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para Rois Syuriah

Kalau nanti Anda-Anda tidak bisa disatukan lagi, maka saya dengan para kiai memberikan solusi, kalau bisa musyawarah kalau tak bisa pemungutan suara. Itu AD/ART kita. Karena ini urusan pemilihan Rais Aam, maka kiai-kiai akan memilih pemimpin kiai.

Dan tata tertib yang sudah disepakati perlu segara dilakukan. Kalau ini Anda tetap tidak terima, maka saya yang terima, karena saya hanya Mustafa Bisri, saya hanya orang yang ditimpa kecelakaan menjadi pengganti Kiai Sahal. Kalau tidak, lepaskan saya saja.

Doakan mudah-mudahan saya hanya sekian saja untuk jadi Rais Aam.

Saya sejak kemarin belum tidur, bukan apa-apa, karena memikirkan Anda-Anda sekalian. Saya mohon maaf kepada semua muktamirin terutama yang dari jauh dan tua-tua, teknis panitia yang mengecewakan Anda, maafkanlah mereka, maafkan saya. Itu kesalahan saya, mudah-mudahan Anda sudi memaafkan saya.

Selesai Gus Mus menyampaikan pernyataan, tak seorang pun dari muktamirin yang protes. Setelah pembacaan doa, sidang pleno dilanjutkan dengan menetapkan seluruh pasal dalam Tatib.

"Apakah  (tawaran Kiai Sepuh) bisa digantikan untuk pengganti pasal 19," tanya pimpinan sidang, Slamet Effendy ‎Yusuf.

"'Bisa," jawab muktamirin. Sidang tatib pun lalu berjalan lancar hingga selesai.‎‎ (Yus)



Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya