Keluarga Minta Jenazah Anak Buah Santoso di Poso Dipulangkan

Sesuai rencana, jasad almarhum akan dikebumikan di kampung halamannya di Dusun Uweralulu, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso.

oleh Dio Pratama diperbarui 22 Agu 2015, 16:50 WIB
Diterbitkan 22 Agu 2015, 16:50 WIB
Liputan6.com/Dio Pratama
Nur Ifa (26), istri almarhum Abu Urwah alias Bado alias Osama (32) anggota kelompok sipil bersenjata yang tewas dalam baku tembak di Poso. (Liputan6.com/Dio Pratama)

Liputan6.com, Palu - Keluarga almarhum Abu Urwah alias Bado alias Osama (32) akhirnya mau diajak bertemu sejumlah wartawan di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (22/8/2015). Dalam pertemuan yang dijembatani oleh Tim Pengacara Muslim (TPM) itu, keluarga mendesak agar jenazah almarhum bisa segera dipulangkan pihak Rumah Sakit (RS) Bhayangkara dan Polda.

"Karena saya sudah yakin kalau jenazah itu adalah suami saya, makanya saya meminta kepada pihak RS dan Polda untuk segera memulangkan jenazah almarhum suami saya, supaya bisa langsung dimakamkan," aku istri almarhum, Nur Ifah (26).

Sesuai rencana, jasad almarhum akan dikebumikan di kampung halamannya di Dusun Uweralulu, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso.

"Kami akan makamkan jenazah almarhum di sana. Karena di sana (Uweralulu) sudah banyak keluarga besar yang menunggu untuk memakamkan," terang Nur.

Nur mengaku kaget setelah mengetahui kalau suaminya yang tewas dalam baku tembak di Pengunungan Auma, Desa Trimulya, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Rabu 19 Agustus lalu. Padahal sebelumnya, dia sudah 3 tahun terakhir tidak pernak ketemu dengan suaminya tersebut.

"Saya tahu kalau suami saya yang meninggal dunia, setelah diberitahu polisi di Polres Poso. Makanya langsung ke Palu dan mengecek jenazah almarhum. Setelah melihat secara langsung dan melihat ciri fisik berupa tahi lalat yang ada di bagian kanan leher jenazah, saya yakin kalau itu adalah suami saya," ungkap dia.

Nur tidak tahu-menahu kalau suaminya terlibat dalam kelompok sipil bersenjata. Pasalnya, sejak ditinggalkan 3 tahun silam, Nur tidak pernah bertemu dengan almarhum. Apa lagi, mengetahui aktivitas almarhum di luar rumah itu, seperti apa.

"Beliau (almarhum) orangnya pendiam dan sangat tertutup. Sejak keluar rumah 3 tahun lalu itu, saya tidak tahu dia kemana dan mau bikin apa," tegas Nur Ifah.

Aktivitas sehari-hari almarhum sebelum meninggalkan rumah, kata Nur, adalah sebagai petani kakao di perkebunan miliknya di Uweralulu. Nur yang saat itu ditinggal tidak pernah berkomunikasi sedikit pun kepada almarhum.

Namun sebelum almarhum meninggal dunia, Nur sudah mengetahui kalau suaminya masuk dalam DPO kasus terorisme di Sulteng, khususnya di Poso setelah melihat poster DPO yang dipajang di sejumlah jalan umum di Poso.

"Waktu lihat nama dan foto suami saya di DPO 2012 lalu, saya dan keluarga sangat kaget. Saat itu saya dan keluarga tenang-tenang saja, karena memang kami tidak tahu apa lagi ikut terlibat dengan kelompok DPO tersebut," jelas dia.

Karena masuk DPO, Nur mengaku pula sering didatangi oleh polisi dari Densus 88 Antiteror, Polres Poso, dan Polda Sulteng.

"Sejak 2012 itu nama suaminya saya masuk DPO, polisi sangat sering ke rumah untuk bertanya-tanya. Tapi saya tidak bisa menjawab apa-apa, karena memang saya tidak tahu tentang suami saya," ujar Nur.

Pernikahan Nur dan Abu Urwan terjadi 2008 silam, di mana dalam pernikahan itu Nur dan Abu Urwah dikaruniai 2 orang anak. Saat ini, Nur hanya tinggal bertiga bersama anak-anaknya di sebuah rumah sederhana di Uweralulu.

Bahkan untuk menafkahi 2 anaknya, Nur terpaksa bertani seorang diri di perkebunan miliknya.

"Hasil dari kebun kakao kami cukuplah buat biaya hidup sehari-hari keluarga. Dulu waktu almarhum masih ada, saya hanya di rumah saja. Sekarang terpaksa harus bekerja juga,"  imbuh Nur.

Sementara itu, Anggota TPM Sulteng Akbar Pangarise menambahkan, pihaknya akan terus mendampingi keluarga almarhum, hingga jenazah almarhum bisa segera dipulangkan untuk dimakamkan di kampung halamannya.

"Selain itu, kami juga akan memberikan bantuan hukum jika di jasad almarhum ditemukan bekas tindakan kekerasan," tukas Akbar.

Sebelumnya, istri, anak, kerabat, dan TPM Sulteng, menyambangi RS Bhayangkara di Palu. Kunjungan itu, untuk memastikan jenazah tersebut adalah bagian dari keluarganya. Bahkan, untuk mengikuti proses itu, Nur diambil sample DNAnya.

"Berdasarkan informasi dari RS dan Polda, jenazah almarhum belum bisa segera dipulangkan karena masih menunggu hasil DNA yang akan deketahui Senin atau Selasa nanti. Namun pihak keluarga tidak bisa menunggu terlalu lama lagi, karena ingin segera memakamkan almarhum," tandas dia.

Sampai saat ini, jenazah almarhum masih disemayamkan di kamar jenazah RS Bhayangkara.

Seperti diberitakan sebelumnya, Abu Urwah tewas setelah terkena tembakan tim gabungan Densus 88 Antoteror dan Brmimob Polda Sulteng, saat baku tembak terjadi di Pegunungan Auma, Desa Trimulya, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Rabu 19 Agustus sekitar pukul 15.30 WITA.

Dalam baku tembak itu, ikut gugur seorang anggota Brimob bernama Ajun Komisaris Polisi (AKP) Anumerta Bryan Theophany Tatontos. Jenazah perwira itu telah dipulangkan untuk dimakamkan di kampung halamannya di Manado, Sulawesi Utara, Jumat 21 Agustus 2015. (Ron/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya