Pesawat Bom Air Malaysia Sudah Tiba, Singapura Datang Pagi Ini

Menurut Atase Udara Singapura di Jakarta, bantuan dikirim Sabtu pagi karena terkendala jarak pandang akibat kabut asap.

oleh Mevi Linawati diperbarui 10 Okt 2015, 08:14 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2015, 08:14 WIB
20150918-Bom Air Basarnas di Kebakaran Riau
Air dilepaskan ke lahan yang terbakar oleh helikopter yang dioperasikan Basarnas di Pelalawan, Provinsi Riau, Kamis (17/9/2015). Asap dari kebakaran hutan ini mengakibatkan aktivitas warga Riau dan sekitarnya terganggu (AFP Photo/Adek Berry)

Liputan6.com, Jakarta - Bantuan Malaysia untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Indonesia telah tiba di Pangkalan Udara (Lanud) Palembang, Sumatera Selatan, kemarin 9 Oktober 2015 petang. Bantuan dari negeri jiran ini berupa satu pesawat CL415 Bombardier, 1 pesawat Hercules C-130, 41 personel, dan logistik untuk water bombing.

"Setelah menurunkan barang pesawat Hercules dan 19 personel kru pesawat dan wartawan kembali ke Malaysia Jumat malam," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (10/10/2015) pagi.

Namun, bantuan Singapura ditunda hingga Sabtu pagi ini. Menurut Atase Udara Singapura di Jakarta, bantuan dikirim Sabtu pagi karena terkendala jarak pandang.

Sutopo menjelaskan, jarak pandang di Palembang hanya berkisar 800 meter. Jarak pandang ini sangat berpengaruh terhadap aktivitas bandara setempat yang mengisyaratkan 1.000 meter sebagai jarak pandang minimum.

Sementara itu Indeks Kualitas Udara (PM10) di Palembang masih menunjukkan kategori berbahaya pada Jumat kemarin 9 Oktober 2015 pukul 19.00 WIB. Warga setempat sangat terpapar kabut asap kebakaran lahan dan hutan. Tercatat lebih dari 83.000 warga menderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

"Satuan Tugas Pos Komando Tanggap Darurat Bencana Asap terus mengupayakan pemadaman, baik darat dan udara. Personel gabungan berjumlah 3.694 berjibaku memadamkan api dan asap hingga kini. Mereka terkonsentrasi di Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir, dan Banyuasin. Hutan dan lahan seluas 221.704 hektare areal terbakar di Sumsel," papar Sutopo.

Menurut Sutopo, luasnya wilayah terbakar dan lahan gambut merupakan tantangan dalam pemadaman api dan asap. Di samping itu, pemadaman juga terkendala oleh cuaca kering, awal potensial dan air yang terbatas, sedangkan perkiraan kemarau baru akan berakhir November 2015.

Adapun Satgas Penegakan Hukum melaporkan 34 kasus dengan rincian 24 orang dan 4 korporasi dengan status tersangka, dan 14 kasus pada tingkat penyidikan. Polisi dan petugas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terus memburu para pembakar lahan.

"Diperkirakan terus bertambah apalagi banyak lahan-lahan perkebunan perorangan dan swasta yang luas terbakar," pungkas Sutopo. (Ans/Vra)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya