Liputan6.com, Jakarta - Tim Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Metro Jaya berhasil mengidentifikasi 17 dari 18 korban tewas kecelakaan KRL dan Metro Mini ‎di pintu perlintasan kereta api Tubagus Angke, Tambora, Jakarta Barat, Minggu 6 Desember 2015 pagi.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak mengatakan, 17 korban yang berhasil diidentifikasi itu telah dipulangkan. Tinggal 1 korban lagi yang belum diketahui identitasnya.
"Saat ini sudah teridentifikasi 17 korban. 16 Korban sudah diambil keluarga semalam. 1 Lagi teridentifikasi tadi pagi dan diambil keluarga dari Tegal," ujar Musyafak di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (7/12/2015).
Advertisement
Baca Juga
Ciri-ciri Mr X yang saat ini masih berada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pihaknya juga telah membuka posko antemortem di RSCM untuk menerima aduan dari masyarakat terkait korban kecelakaan KRL Vs Metro Mini ini. Juga untuk mencocokkan data korban dan keluarga.
"Tinggal 1 korban, ciri-cirinya tinggi badan 162 centimeter, laki-laki, usia antara 20-30 tahun. Ada tanda khusus yang khas di tubuh korban, tapi tidak saya sampaikan di sini untuk menghindari pengakuan orang atau kelompok tertentu, terkait pengurusan asuransi dan sebagainya," terang dia.
Kondisi yang parah akibat kecelakaan tersebut diduga turut menyulitkan proses identifikasi. ‎Apalagi evakuasi korban di lokasi kejadian tidak prosedural sehingga mengakibatkan barang-barang korban tercecer.
‎"Kalau melihat lokasi dan kondisi fisik korban memang parah. Bus sudah tak berbentuk. Memang ada luka memar dan lecet di beberapa tempat," papar Musyafak.
"Pelaksanaan penanganan tidak ada kendala, hanya penanganan di TKP tidak sesuai prosedur, sehingga menyulitkan identifikasi. Ada KTP yang pisah dengan korban dan sebagainya. Korban juga tidak langsung dibawa ke RSCM. Ini barangkali bisa merusak status kemurnian atau keaslian identitas korban. Karena saat di RSCM, mungkin korban pakaiannya sudah lepas," sambung dia.
Proses identifikasi, dia menambahkan, sudah sesuai standar internasional. "Kita gunakan identifikasi dengan sistem pemeriksaan sidik jari. Kalau korban memiliki e-KTP, maka langsung keluar nama, alamat, termasuk nama orangtuanya siapa," jelas dia.
‎Namun hingga saat ini, belum ada lagi pihak yang mengaku kehilangan ‎keluarga ke posko antemortem RSCM. Dia berharap, pihak yang merasa kehilangan anggota keluarga sesuai ciri-ciri di atas agar segera mendatangi RSCM, Salemba, Jakarta Pusat.
"Korban belum teridentifikasi bukan karena kesulitan dalam pemeriksaan, tapi karena belum ada aduan masyarakat melaporkan ke kami," terang Musyafak.