Ahok dan Sabotase Banjir Istana

Ahok mengatakan banjir di Jakarta tidak akan terjadi bila tidak ada sabotase. Apalagi di kawasan Istana Presiden.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 26 Feb 2016, 20:00 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2016, 20:00 WIB
Jakarta Banjir
Banjir di depan Istana Kepresidenan, Jakarta. (twitter.com/@Nur_al_ihsan)

Liputan6.com, Jakarta - Kejadian setahun lalu kembali terulang. Kawasan Istana Merdeka di Jalan Medan Merdeka Utara terendam lagi akibat genangan banjir. Kejadian ini lagi-lagi membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok naik pitam. Sebab, tahun lalu dia mengatakan banjir di Jakarta tidak akan terjadi bila tidak ada sabotase. Apalagi ini di kawasan Ring 1.

"Banjir di Jakarta kecuali ada sabotase semua tanggul. Kalau tidak ada sabotase saya jamin Jakarta tidak ada banjir yang menyeluruh seperti dulu," kata pria yang akrab disapa Ahok itu di Balai Kota Jakarta, Rabu 18 Februari 2015.

Sebagai pembenaran atas ucapannya itu, Ahok mengaku menemukan 'biang kerok' banjir di jalan utama Ibu Kota seperti Jalan Sudirman, Thamrin, Medan Merdeka, dan kawasan depan Istana Merdeka. Bukti itu didapat saat petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) menangani banjir.

Ahok mengambil ponsel pintarnya dan menunjukkan beberapa foto hasil pengerjaan petugas PPSU. Dari situ diketahui, banyak bekas kulit kabel yang menumpuk di saluran air, sehingga mengganggu drainase.

Penampakan Istana Negara yang terkepung banjir akibat hujan yang mengguyur sejak malam, Jakarta, Senin (9/2/2015).(Antara Foto/Fanny Octavianus)

"Gila nih. Siapa yang masukin kulit kabel listrik gitu banyak dalam got? Sama kayak kasus Fatmawati," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Jumat (26/2/2016).

Foto tumpukan kabel itu ditemukan di saluran depan kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Ahok tak habis pikir kulit kabel itu menumpuk di satu lokasi yang sama.

Incar Dana Darurat

Mantan Bupati Belitung Timur itu curiga, ada pihak yang sengaja menggunakan banjir untuk memainkan isu Istana Merdeka tenggelam. Padahal tidak mungkin Istana Merdeka tergenang atau banjir.

"Ada orang main isu sama saya, Istana tenggelam. Istana mana mungkin tenggelem. Saya curiga kenapa orang ngomong Istana tenggelam, Istana tergenang, ketemulah ini. Ini 1 truk loh, ini persis di samping sini kantor ESDM," beber Ahok.

Ahok yakin ada orang yang sengaja menaruh kulit kabel di lokasi itu, agar air tidak bisa mengalir dan meluap tepat di Istana Merdeka.

"Siapa yang iseng ini? Ini bukan sisa, sama juga dengan underpass. Kita lagi awasin, underpass itu enggak ada ceritanya tenggelam, karena pompa kita ada cadangan," ucap Ahok.

Sejumlah kendaraan nekat melintasi jalan di depan istana Negara yang terendam banjir, Jakarta, Senin (9/2/2015).(Antara Foto/Fanny Octavianus)

Ahok menduga ada oknum yang sengaja membuat Jakarta banjir. Dengan begitu ada dana yang dikeluarkan khusus untuk siaga darurat.

"Apa permainan, apa tidak, apa sabotase, saya enggak tahu. Langsung minta saya siaga darurat, pusat duit Rp 50 miliar, enggak seneng sama saya bilang puncak banjir Imlek, enggak banjir. Lurah perhatiin dulunya banjir, sekarang enggak. Aneh, iri amat sama Jakarta, aneh banget," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa 9 Februari 2016.

'Sabotase' Setahun Lalu

Kejadian ini sama persis dengan tahun lalu. Awal Februari 2015, kawasan Istana kebanjiran. Ahok pun mengaku bingung dengan kondisi ini. Menurut dia, tidak ada alasan Istana atau Monas terendam banjir. Sebab, kondisi saluran air di sekitar wilayah itu sangat baik.

"Nggak ada alasan Monas-Istana terendam. Ini (Balai Kota) juga terendam kan semalam, masuk ini. Makanya saya nggak tahu," ujar Ahok di Balai Kota, Senin 9 Februari 2015.

Menurut dia, saluran air di Pluit dan Manggarai sangat rendah. Masjid Istiqlal juga seharusnya selalu dalam posisi rendah. Kalau pun mulai tinggi air bisa dialihkan ke Gajah Mada-Hayam Wuruk yang posisi airnya juga rendah.

Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan formula antisipasi penanganan banjir dari dimulai dari lingkungan perumahan sebagai satuan warga paling kecil. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

"Tadi saya terbangun jam 02.00 WIB karena hujan langsung cek CCTV, ternyata CCTV Istiqlal mati. Saya curiga terendam nih, pasti istana terendam. Saya nggak tahu sabotase atau sengaja, saya nggak berani menduga," ungkap Ahok.

Tak perlu menunggu lama, Ahok kemudian mendapat informasi tentang penyebab terendamnya kawasan Istana. Ternyata, muara masalah dari pemadaman listrik yang dilakukan PLN, sehingga pompa air tak bisa bekerja.

"Kenapa naik terus, sejak pukul 07.00 WIB PLN matikan lampu di situ. Pompa nggak bisa jalan. Kalau pompa nggak jalan hujan terus ya naik dong air. Pertanyaanya, kenapa PLN matikan lampu. Alasannya takut kesetrum, orang saya tanya udah banjir belum di situ," ujar Ahok geram.

Genset yang Terbatas

Ahok sudah heran sejak dalam perjalanan. Awalnya, dia bingung dengan kondisi Waduk Pluit yang airnya cukup tinggi. Setelah melihat kawasan Sawah Besar di Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk kering, termasuk Istana Negara.

Memasuki siang hari, dirinya masih berpikir seluruh pompa di Waduk Pluit bekerja. Ternyata memasuki siang Istana justru terendam. Dari 12 pompa hanya 2 yang berfungsi karena listrik mati.

"Sekarang Waduk Pluit kenapa 12 pompa besar kenapa airnya begitu tinggi. Hujan berapa besar kayak kemarin dengan 12 pompa, ada nggak Waduk Pluit naik. Logika saya, saya mau tanya, matiin listrik di Waduk Pluit belum banjir kok. Buat apa. Kalau mati, genset kita hanya bisa 2 pompa. Ya kalau 2 pompa ya tenggelam dong," tutur Ahok.

Kendaraan Bajaj saat melintasi di depan istana Negara yang terendam banjir, Jakarta, Senin (9/2/2015).(Antara Foto/Fanny Octavianus)

Mendengar hal itu, Ahok langsung ke menghubungi General Manager PLN. Dia ingin tahu alasan utama PLN justru mematikan listrik saat hujan besar padahal kondisi sedang tidak banjir.

"Pokoknya yang saya pingin tahu kenapa listrik di Waduk Pluit dimatikan. Waduk Pluit ini vital ini, bisa sampai sini (Istana-Balaikota). Saya sudah Whats App GM nya (PLN) saya protes kenapa musti pompa dimatiin. Belum ada jawaban paling jawabannya sama takut kesetrum," jelas dia.

"Jadi Istana banjir saat ini karena listrik di Waduk Pluit mati. Kenapa mati? Tanya sama PLN," tegas Ahok.

Sudah 2 tahun berturut-turut Ahok menemukan adanya 'sabotase' yang membuat kawasan Istana kebanjiran. Jika tahun depan kejadian serupa kembali terulang, entah temuan sabotase apa lagi yang akan menjadi biang kerok banjir di kediaman Presiden itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya