BNPT Bantu Pembebasan 10 WNI Sandera Abu Sayyaf

BNPT bertugas memberikan informasi terkait jaringan Abu Sayyaf di Filipina.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 12 Apr 2016, 11:36 WIB
Diterbitkan 12 Apr 2016, 11:36 WIB
20160316-Jokowi-Lantik-Bakamla-dan-BNP-Jakarta-FF
Irjen Tito Karnavian saat disumpah jabatan menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (16/3). Tito dilantik menjadi Kepala BNPT dari jabatan sebelumnya Kapolda Metro Jaya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) diminta oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla bergabung dalam tim pembebasan 10 WNI sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Hal tersebut diungkap oleh Komjen Tito Karnavian.

Menurut dia, BNPT bertugas memberikan informasi terkait jaringan Abu Sayyaf di Filipina.

"Prinsip dari BNPT adalah membantu pertama memahami jaringan Abu Sayyaf," ungkap Tito di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (12/4/2016).

Menurut dia, BNPT sudah mulai mencari informasi terkait kekuatan jaringan Abu Sayyaf. Informasi tersebut digali dari sejumlah tahanan kasus terorisme yang ditahan di Indonesia.

"Informasi tersebut kami teruskan kepada tim yang dipimpin oleh Bapak Wakil Presiden, sehingga kita tidak melakukan operasi-operasi lain," kata Tito.

Pada Jumat 8 April, mantan pendeta Italia yang sudah 6 bulan disandera oleh kelompok Abu Sayyaf dibebaskan. Sebanyak 12 sandera asing lainnya, termasuk 2 warga Kanada dan Norwegia juga dilaporkan disandera di Filipina.

Hampir semua orang yang diduga disandera kelompok Abu Sayyaf berada di perkemahan di Pulau Jolo, dekat Pulau Basilan.

Kelompok Abu Sayyaf terbentuk pada awal 1990-an dengan sokongan dana dari militan Al Qaeda. Grup radikal tersebut juga disebut-sebut sebagai otak sejumlah serangan bom mematikan di Filipina, termasuk dugaan menculik warga negara Indonesia (WNI) dengan meminta tebusan sekitar Rp 14,2 miliar.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya