Top 3: Kekhawatiran Menhan Bongkar Makam Korban 1965

Penilaian publik terhadap perubahan Jakarta di bawah Ahok menjadi salah satu berita yang menyita perhatian pembaca.

oleh Luqman RimadiTaufiqurrohmanOscar Ferri diperbarui 14 Mei 2016, 18:43 WIB
Diterbitkan 14 Mei 2016, 18:43 WIB
20160112-Suasana Rapim Kemhan RI Tahun 2016-Jakarta-Johan Tallo
Menhan Ryamizard Ryacudu saat menghadiri Rapim Kemhan RI Tahun 2016, Jakarta, Selasa (12/1/2016). Rapat membahas tentang meningkatkan sistem pertahanan negara dan kemandirian industri pertahanan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menhan Ryamizard Ryacudu tidak menginginkan negara ini kembali terpecah dan terjadi pertumpahan darah. Dia ingin negeri ini damai.

Oleh karenanya, ia tidak sepakat dengan perintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi agar mencari dan menggali kuburan massal korban peristiwa 1965.

Berita ini menjadi yang terpopuler dan paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal News, Sabtu petang (14/5/2016).

Dua berita lainnya yang tak kalah diburu adalah tentang pernyataan Luhut yang setuju dilakukan pembongkaran kuburan massal korban peristiwa 1965. Dan, tentang penilaian publik terhadap perubahan Jakarta di bawah Ahok.

Berikut berita populer dan terpopuler selengkapnya, yang terangkum dalam Top 3 News:

1. Menhan Khawatir Bongkar Makam Korban 1965 Ada Pertumpahan Darah

Mentri Pertahanan Ryamizard Ryacudu memberikan keterangan pers saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di Kompllek Parlemen Jakarta, Senin (21/9/2015). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal Purnawirawan TNI Ryamizard Ryacudu tak sepakat dengan perintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi€Ž, agar mencari dan menggali kuburan massal korban peristiwa 1965.

Ryamizard mengaku khawatir ada pihak-pihak yang tidak terima, jika kuburan €Žmassal korban peristiwa 1965 tersebut dibongkar.

"Justru itu. Bongkar-bongkar kuburan kalau semuanya marah, semuanya kena. Berkelahi, pertumpahan darah," ujar dia di Balai Kartini, Jakarta, Jumat 13 Mei 2016.

Ryamizard juga khawatir akan ada tragedi lebih besar dari peristiwa 1965, jika terus ada pihak yang menghasut-hasut. Karena itu, dia mengimbau semua pihak tidak terprovokasi.

Selengkapnya...

2. Luhut: Saya Tidak Mau Bangsa Ini Dituduh Bunuh 400 Ribu Orang

Menko Polhukam, Luhut Pandjaitan saat menggelar konferensi pers di Kantor Kemenkopolhukam,  Jakarta, Senin (12/10). Menurut Luhut, el nino menjadi tantangan utama mengatasi kebakaran lahan dan hutan pada tahun ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Berbeda dengan Menhan Jenderal Purnawirawan TNI Ryamizard Ryacudu, Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan justru berpendapat pembongkaran perlu dilakukan.

Tujuannya, untuk menghilangkan prasangka adanya tindak kejahatan, yang selama ini
ditujukan kepada negara.

"Saya enggak mau yang muda-muda ini dituduh, kita ini bangsa bunuh 400 ribu orang. Karena angka 400 ribu itu besar," ujar Luhut di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat 13 Mei 2016.

Luhut mengaku tidak percaya bila korban tragedi 1965 jumlahnya mencapai 400 ribu orang.

Selengkapnya...

3. Survei Cyrus Network: Publik Nilai Ahok Buat Perubahan di Jakarta

Managing Director Cyrus Network Eko Dafid Afianto mengatakan, pihaknya mendapati tingkat penilaian publik cukup tinggi terhadap perubahan Jakarta lebih baik di bawah Ahok.

"Sebanyak 76,2 persen menunjukkan perubahan," ucap Eko dalam jumpa pers hasil
rilis survei terbaru Cyrus Network 'Ahok, Teman Ahok, dan Portai Politik' di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 13 Mei 2016.

Survei ini dilakukan secara tatap muka dengan 1.000 responden, yang tersebar secara proporsional di seluruh kelurahan di Jakarta, dengan metode multistage random sampling.

Sementara kepuasan€Ž publik terhadap program kerja Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di sektor pembangunan dan pemeliharaan taman kota sebesar 7,5 persen.

Fasilitas pejalan kaki 6,9 pesen, pembangunan dan pemeliharaan jalan 7,1 persen, pengurusan dokumen kependudukan serta perizinan 7,6 persen.

Selengkapnya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya