Liputan6.com, Jakarta - Polisi sedang menyelidiki aktor intelektual di balik demonstrasi ricuh belasan organisasi masyarakat (ormas) di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Jumat 20 Mei kemarin. Rekaman closed circuit television (CCTV) yang terpasang di beberapa sudut gedung, serta rekaman gambar juru kamera media diharapkan dapat membantu aparat mengungkap provokator perpecahan tersebut.
"Kemarin kita tidak tangkap (pelaku kericuhan) dulu. Namun demikian, setelah kejadian kita punya CCTV, video, rekaman gambar media sehingga nanti siapa-siapa yang terlibat akan diketahui. Kita akan analisa itu," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono kepada Liputan6.com di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (21/5/2016).
Dia membeberkan, polisi tak langsung menangkap para pelaku saat kericuhan berlangsung karena tak ingin membuat suasana antara pihaknya dengan pendemo semakin panas. Namun, polisi juga tak akan membiarkan provokator bebas berkeliaran. Sikap tersebut merupakan hasil pertimbangan para perwira yang bertanggung jawab mengamankan agenda massa tersebut.
Advertisement
Baca Juga
"Terkait provokator, kita memang ada beberapa tindakan di lapangan. Ini tergantung Kasatwil (Kepala Satuan Wilayah) atau Kapolres. Kebetulan kemarin yang pimpin pengamanan ada Kabagops (Kepala Bagian Operasi), ada Kasat Brimob juga terlibat, Kapolsek Setiabudi juga dalam pengambilan keputusan," Awi menjelaskan.
Demonstrasi organisasi masyarakat dari berbagai elemen di depan Gedung KPK kemarin berakhir dengan situasi menegangkan. Penyampaian aspirasi dan tuntutan melengserkan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok diwarnai adegan lempar batu, telur busuk, dan merusak halte bus Transjakarta.
Pendemo juga kalap 'menghajar' sepeda motor dinas milik perwira Polsek Setiabudi lalu melemparnya ke dalam kali kecil. Data kepolisian mencatat adanya lima korban luka-luka akibat kericuhan tersebut, yaitu empat pendemo dan satu anggota Brimob.