Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 25 warga yang menamakan diri Komunitas Kretek memperingati Hari Antitembakau Sedunia yang jatuh tiap 31 Mei di kawasan SCBD, Jakarta. Mereka mengenakan kaus merah sambil masing-masing memegang sebuah papan bertuliskan satu huruf.
Bilamana mereka berdiri sejajar, huruf-huruf berwarna merah yang tertera di papan hijau akan membentuk rangkaian kata "#TERIMA KASIH TEMBAKAU".
"Selama ini regulasi pemerintah, misalnya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2014, itu semua poin-poinnya mengadopsi Framework Convention on Tobbaco Control (FCTC), sebuah traktat internasional yang membatasi penggunaan tembakau," ujar Koordinator lapangan Komunitas Kretek, Jibal kepada Liputan6.com di kawasan SCBD, Jakarta, Selasa (31/5/2016).
Dia mengatakan, selama ini Badan Kesehatan Dunia (WHO), telah menjadi alat kepentingan rezim kesehatan. Ada industri farmasi di balik agenda mereka.
Jibal menerangkan, aksi komunitasnya hari ini sebagai bentuk apresiasi terhadap industri tembakau di Indonesia, karena memberi kelangsungan hidup bagi masyarakat luas yang mengais rejeki dari tembakau.
Baca Juga
Aksi ini diselenggarakan di lima titik Ibu Kota yakni Bundaran Tugu Tani, Patung Kuda Arjuna Wijaya, Perempatan Pancoran, taman depan Stasiun Kota, dan taman dekat Bursa Efek Jakarta SCBD.
"Aksi kami di 5 titik Jakarta merupakan aksi apresiatif kami, baik perokok dan pedagang asongan rokok terhadap anugerah tembakau Indonesia," ujar Jibal.
Dia menilai, penelitian mengenai rokok berbahaya bagi kesehatan, bahkan berpotensi menimbulkan penyakit mematikan jika dikonsumsi dalam jangka waktu panjang, adalah subjektif karena dibiayai industri farmasi untuk memunculkan stigma tentang rokok.
"Junk science itu penelitian yang didanai kepentingan industri farmasi. Kenapa mereka cuma menstigmatisasi rokok? Kenapa bukan panganan sebangsa aneka daging bakar? Contoh deh, junk food misalnya, bukankah juga ada hasil penelitian tentang dampak buruknya? Tetapi kenapa demikian gencar mereka menstigmatisasi rokok?" kata Jibal.
Ia yakin, hingga saat ini tak ada penelitian objektif yang membuktikan rokok menyebabkan kematian. Ia menantang peneliti laboratorium untuk meneliti ulang dampak rokok bagi kesehatan manusia.