Ini Cara Unik Amankan 64 Titik Rawan Kebakaran Hutan di Riau

Sejak Gubernur Riau menetapkan Riau Siaga Darurat Asap, aparat melakukan patroli darat dan udara.

oleh Rochmanuddin diperbarui 21 Jul 2016, 23:47 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2016, 23:47 WIB
kebakaran hutan riau
(M Syukur/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Teten Masduki bersama Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman hari ini menggelar pertemuan.

Pertemuan yang juga dihadiri jajaran Badan Restorasi Gambut, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini, dalam rangka membahas Siaga Darurat Karhutla Provinsi Riau, yang berlangsung di di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.

Dalam pertemuan ini BNPB mencatat, ada 64 titik rawan kebakaran di Riau. Guna mengamankan kerawanan tersebut, pemerintah menggunakan cara yang cukup unik, yang melibatkan banyak pihak.

"Ada 64 titik kuat di Riau yang rawan dibakar, sehingga dibentuk kekuatan untuk menjaga wilayah tersebut yang berisi satgas gabungan antara lain TNI, polisi, BPBD, Manggala Agni, masyarakat, dunia usaha dan sebagainya," kata Danrem Riau Brigjen Nurendi dalam keterangan tertulis, Kamis (21/7/2016).

"Strateginya, di antara 64 titik tersebut dijadikan tempat latihan militer yakni tempat latihan menembak TNI dengan peluru tajam, selain untuk latihan juga untuk menjaga agar tidak ada yang membakar hutan dan lahan dengan sengaja," sambung dia.
 
Nurendi mengatakan, sejak Gubernur Riau menetapkan Riau Siaga Darurat Asap, jajarannya telah melakukan patroli darat dan udara.

"Jika terlihat kebakaran hutan dan lahan langsung dilaporkan ke satgas untuk melakukan pemadaman segera dengan peralatan seadanya. Serta sosialisasi kepada masyarakat langsung dari pintu ke pintu," ungkap dia.

Selain itu, lanjut Nurendi, pihaknya mendinginkan lahan gambut, water bombing, membuka pos pelayanan kesehatan di kecamatan dan kabupaten.

"Rencana kontinjensi sudah kami lakukan dan sudah didokumentasikan dalam bentuk buku, serta menjadi rekomendasi Menko Polhukam untuk penanganan karhutla (kebakaran hutan dan lahan) di provinsi lain," tandas dia.

Sementara, Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Teten Masduki mengatakan, sejak pertama kali Willem Rampangilei dilantik menjadi kepala BNPB, prioritas utama mengatasi kebakaran hutan dan lahan.

"Alhamdulillah, berdasarkan analisis Kantor Staf Presiden, tahun ini hotspot (titik panas) kebakaran hutan dan lahan berkurang 60%" ucap dia.

Teten menjelaskan, sesuai instruksi presiden, ada tiga hal yang harus dilakukan, antara lain pencegahan kebakaran hutan dan lahan, penegakkan hukum, dan pemberdayaan masyarakat.

"Jika terlihat ada api, segera padamkan sehingga kebakaran tidak meluas," tandas Teten.

Senada dengan Teten, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama berani mengukir sejarah Riau tanpa asap.

"Maka dari itu diperlukannya partisipasi masyarakat dan dunia usaha. Mari bersama kita cegah kebakaran hutan dan lahan di Riau," pungkas Arsyadjuliandi.

Modifikasi Cuaca

Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, tujuan Teten ke Riau untuk melihat langsung tindakan yang sudah dilakukan daerah, dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan.

"Serta mendapatkan informasi dari sumbernya, sehingga Presiden mendapat masukan yang tepat dan daerah dapat maksimal sebaik-baiknya dalam mengatasi penanganan kebakaran hutan dan lahan," kata Willem.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, untuk mencegah dan memadamkan kebakaran hutan dan lahan di Riau, BNPB mengoperasikan dua helikopter MI-171 water bombing, dua pesawat Air Tractor water bombing.

"Serta operasi hujan buatan atau teknologi modifikasi cuaca bersama BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi)," kata dia.

Menurut Sutopo, setiap hari heli dan pesawat melakukan penerbangan untuk mengecek dan berpatroli dari udara, serta pemadaman dengan menjatuhkan ribuan liter air.

Saat api masih kecil, kata dia, langsung dipadamkan dari satgas udara dan darat. Hujan buatan juga dilakukan dengan menebarkan garam (NaCl) ke dalam awan-awan potensial di atmosfer.

"Dengan adanya kondisi anomali cuaca dan hangatnya perairan laut di Indonesia, maka awan-awan potensial jenis cumulus dan cumulonimbus tersedia cukup banyak, sehingga mudah disemai menjadi hujan," pungkas Sutopo.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya