Liputan6.com, Jakarta - Hentakan kaki dan suara senapan ribuan Prajurit Marinir TNI AL menggema di Markas Brigif 2-Marinir Cilandak, Jakarta Selatan.
Para prajurit korps baret Ungu ini kemudian membentuk formasi di depan Tank. Sambil menyanyikan yel-yel khas pasukan marinir, beberapa orang dari mereka mengangkat orang nomor 1 di Indonesia Joko Widodo (Jokowi) ke tengah pasukan yang berbaris.
Raut Jokowi tampak serius. Namun ia ikut bertepuk tangan, larut dalam semangat ribuan prajurit setelah mendengar arahan darinya.
Advertisement
Dari atas Tank BMP-3V Amfibi berlabel Indonesia 1, memerintahkan prajurit Marinir untuk selalu berada di baris terdepan bila ada kekuatan yang ingin memecah belah bangsa.
Dia juga memerintahkan marinir harus siap menghadapi pihak yang akan mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.
"Sebagai tentara nasional, prajurit Korps Marinir harus menjadi kekuatan perekat kemajemukan dan pantang menyerah dalam menjaga NKRI," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan, dengan negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan golongan, rentan dengan perpecahan. Karena itu, setiap warga harus saling menghormati.
"Di negara kita, kita ingin yang mayoritas melindungi yang minoritas. Yang minoritas menghormati mayoritas. Saling menghargai, saling menghormati," jelas Jokowi .
Kunjungan Jokowi ke markas Marinir ini merupakan rangkaian safari pasukan Jokowi ke tiap kesatuan di TNI dan Polri.
Selepas demo 4 November, Jokowi memang terus berkonsolidasi dengan berbagai pihak. Tak terkecuali dengan prajurit TNI dan anggota kepolisian.
Senin lalu, Jokowi mendadak mengumpulkan ribuan prajurit TNI lintas matra di Mabes TNI AD. Kemudian Selasa, Jokowi memberi arahan kepada para perwira TNI dan anggota kepolisian yang ikut mengamankan aksi 4 November di PTIK.
Konsolidasi ini berlanjut dengan menyambangi Mako Kopassus Cijantung pada Kamis, 10 November. Dan terakhir, Jokowi menyambangi dua pasukan langsung, yaitu Mako Brimob Polri Kelapa Dua dan Markas Korps Marinir di Cilandak, Jakarta Selatan.
Pastikan Loyalitas
Kunjungan Jokowi ke tiap unit kesatuan TNI-Polri ini membawa misi besar. Safari pasukan ke markas dan satuan-satuan prajurit TNI dan Polri dalam sepekan ini untuk memastikan loyalitas kepada negara.
"Dalam ketatanegaraan kita, saya ingin memastikan semuanya loyal pada negara, setia pada Pancasila, pada UUD, pada Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada kebhinekaan kita," tegas Jokowi.
Dengan melihat langsung kondisi prajurit, Jokowi mengaku dapat merasakan langsung seberapa kuat prajurit yang dimiliki Indonesia saat ini.
Jokowi juga mengatakan langkah tersebut bisa membuat dirinya lebih dekat dengan para prajurit di TNI maupun Polri.
"Kalau sudah bertemu dan dekat seperti ini, bisa kita rasakan prajurit kita siap. Memastikan itu saja," tegas Jokowi.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan safari Presiden Jokowi ke markas Kopassus, Marinir, dan Brimob Polri untuk menginspeksi prajurit dan mengecek kesiapan menghadapi momen-momen penting, seperti pilkada serentak.
Ia menampik konsolidasi Jokowi ke markas TNI-Polri sebagai bentuk kekhawatiran akan adanya demo lanjutan terkait kasus dugaan penistaan gubernur nonaktif DKI Jakarta Ahok.
"Saya kira kekhawatiran tidak ada. Beliau panglima tertinggi, itu menginspeksi pasukan," ujar Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (11/11/2016) seperti dilansir Antara.
Safari Jokowi Bertemu Ulama
Tak hanya bertemu para pajurit di TNI-Polri, Jokowi juga bersafari dengan para pimpinan ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah dan LDII. Tak hanya itu, Jokowi bahkan mengundang para pimpinan pondok pesantren di istana.
Berbeda dengan safari pasukan Jokowi ke TNI-Polri, silaturahmi Jokowi dengan para pemuka ormas Islam dan ulama untuk meyakinkan bahwa kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur nonaktif DKI JAkarta BAsuki Tjahaja Purnama akan ditangani secara profesional.
Bahkan, dalam kunjungannya ke Kantor PP Muhammadiyah, scara tegas Jokowi mengaku tidak akan melindungi Ahok yang selama ini dikenal dekat dengannya.
"Saya tekankan bahwa, saya, sekali lagi ini juga perlu rakyat tahu, tidak akan melindungi saudara Basuki Tjahaja Purnama karena sudah masuk pada proses hukum," tegas Jokowi, Selasa, 8 Oktober 2016.
Jokowi meyakinkan semua pihak, pemerintah akan tegas memproses hukum kasus Ahok. Jokowi tidak akan menutup-nutupi kasus ini.
"Saya menegaskan tadi bahwa proses hukum terhadap saudara Basuki Tjahaja Purnama akan dilakukan dengan tegas dan transparan," Jokowi kembali menegaskan.
Selain memastikan proses hukum berjalan transparan, Jokowi juga meminta para ulama maupun pemuka ormas untuk memberikan dakwah yang sejuk terhadap masyarakat.
Jokowi berharap aksi unjuk rasa gabungan yang kabarnya kembali akan dilakukan pada 25 November mendatang tidak dilakukan.
"Kita harapkan sudah tidak ada," kata Jokowi.
Sejauh ini, tidak ada dampak signifikan dari untuk rasa yang menuntut proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok atas dugaan penistaan agama. Kondisi ekonomi yang dikhawatirkan terganggu pun terlihat stabil saja.
"Saya kira stabilitas ekonomi bisa kita lihat, pasar stabil, indeks juga stabil, saya kira ndak. Sehari-hari dilihat saja di pasar, di pertokoan, keramaian juga," imbuh Jokowi.
Inginkan Dakwah Sejuk
Berbagai pertemuan juga terus dilakukan oleh Jokowi dengan para ulama dan ormas Islam. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar kondisi tetap sejuk.
"Kita terus akan melakukan pertemuan-pertemuan untuk memberikan penjelasan-penjelasan, sehingga bisa mendinginkan suasana, menyejukkan suasana. Seperti itu saja, pertemuannya akan memiliki gol seperti itu," tutur Jokowi.
Terkait langkah Jokowi bertemu ulama dan pimpinan ormas Islam, Juru bicara Presiden Johan Budi mengatakan hal tersebut dilakukan lantaran Jokowi menginginkan agar persoalan kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok dapat diselesaikan secara baik dan bersama-sama.
"Yang dilakukan Presiden, dalam rangka mari bersama-sama untuk mengatasi persoalan yang kemarin sempat mencuat ke publik. Jadi konteksnya adalah Presiden ingin minta saran, masukan dari tokoh yang hadir tadi, apa yang bisa dilakukan bersama-sama," kata Johan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 10 November 2016.
Baik Jokowi maupun ulama yang ditemui selama seminggu memanfaatkan momen ini untuk saling mengutarakan pendapat dan masukan.
Setelah mendengarkan masukan dan pandangan itu, Jokowi punya gambaran sebenarnya terkait demo 4 November dan kasus Ahok yang tengah hangat diperbincangkan.
"Konteksnya Presiden ingin mendengar secara langsung, bukan laporan dari bawahannya. Apa sih yang sebenarnya terjadi, melalui tokoh-tokoh yang cukup banyak, yang punya umat," Johan menandaskan. .