Maju-Mundur Pembelian Heli AW 101 TNI AU

Sempat dibatalkan, Helikopter AW101 hampir dimiliki TNI AU. Namun, kembali mencuat pro dan kontra kepemilikan pun dibatalkan.

oleh Andrie Harianto diperbarui 29 Des 2016, 18:52 WIB
Diterbitkan 29 Des 2016, 18:52 WIB
Heli AW 101
Maiden Flight Helikopter Agusta Westland AW101 di Yeovil, Inggris (www.rotorblur.co.uk)

Liputan6.com, Jakarta - Pro dan kontra pembelian helikopter buatan Ingrris Agusta Westland AW 101 kembali mencuat. Setelah sempat dibatalkan pembeliannya,  berembus kabar heli angkut tersebut siap dikirim ke Indonesia untuk TNI Angkatan Udara.

"Yang jelas, saya sudah buat surat untuk pembatalan kontrak," ucap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di kantor Pengurus Pusat Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 28 Desember 2016.

Dia menuturkan, bahwa surat itu, sudah dibuat lama. Meskipun, dirinya tak merinci kapan pembuatan surat pembatalan pembelian heli AW 101.

"Sudah lama (buat surat pembatalan kontrak)," kata orang nomor satu di TNI ini.

Karenanya, dia menegaskan, pembelian heli AW 101, dipastikan tidak akan terjadi. "Sekarang tidak jadi (beli heli AW 101)," ujar dia.

Pembatalan seiring bocornya rencana TNI AU menerima delapan unit heli AW 101. Heli-heli tersebut tertangkap kamera tengah maiden flight atau uji coba penerbangan perdana di sebuah kota di Inggris, Yeovil.

Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Jemi Trisonjaya tidak menampik kabar tersebut. Namun Jemi membantah pihaknya telah membeli heli tersebut diam-diam.

"Perlu kami luruskan, tidak mungkin TNI AU membeli tidak ada persetujuan pemerintah," kata Jemi saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa 27 Desember 2016.

Jemi mengakui bahwa anggaran pembelian heli tersebut sempat mendapatkan bintang. Namun, sejalan dengan waktu, stakeholder terkait mencabut bintang tersebut.

"Komisi I DPR, Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian Pertahanan kan sudah mencopot bintang itu, dan ini TNI AU tidak sendiri, ada keikutsertaan stakeholder terkait, tidak bisa berdiri sendiri," Jemi menerangkan.

Menurut Jemi, heli yang dibeli bukan untuk VVIP seperti yang pernah menjadi perdebatan akhir 2015 lalu, tapi untuk mengangkut pasukan dan search and rescue (SAR).

"Ini untuk kebutuhan militer, bukan VVIP, untuk SAR, bencana, kita perlu heli yang menampung kapasita besar, yang mampu membawa pasukan, dan pasti sesuai dengan kebutuhan," kata Jemi.

Lalu, bagaimana dengan heli-heli buatan dalam negeri, yaitu buatan PT Dirgantara Indonesia?

"Kita mendukung sepenuhnya pengembangan heli PT Pindad. Tapi kan kita membutuhkan heli dengan kapasitas lebih besar," kata Jemi.

Kabar pembelian helikopter AW-101 sudah diketahui Presiden Jokowi. Dia belum mau berkomentar banyak sebelum mendengar penjelasan langsung dari Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

"Saya nanti akan tanyakan ke Kemenhan karena ini urusannya dari Kementerian Pertahanan," kata Jokowi usai meresmikan pos lintas batas negara Motaain, Belu, NTT, Rabu 28 Desember 2016.

Jokowi memang ingin industri pertahanan Indonesia terus maju dan berkembang. Pembelian alutsista juga harus mengutamakan produk dalam negeri.

"Sejak awal kalau dalam negeri bisa, ya dalam negeri. Kalau tidak, dari luar pun juga harus ada hitungannya, ada kalkulasinya," Jokowi memungkasi.

Mencuat Setahun Lalu

20161229-Helikopter-H215-PT-DI
Helikopter H215 Produksi PT Dirgantara Indonesia. (Indonesian-aerospace.com)

Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna, 2015 lalu, mengatakan, pembelian Helikopter tersebut bukanlah permintaan Presiden Jokowi. Hal itu sudah masuk dalam rencana strategi pihak TNI AU untuk meningkatkan profesionalisme anggotanya yang sudah masuk dalam alokasi anggaran atau pagu.

"Jangan ada kata-kata helikopter ini atas permintaan Presiden. Ini ya sudah sesuai rencana anggaran yang sudah disepakati," kata Agus di Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Kamis 26 November 2015.

Rencana pembelian heli sendiri sudah melalui kajianpanjang di internal TNI AU.

"Jangan dipolitisisasi. Ini rencana saya. Pembelian ini akan jadi tanggung jawab saya. Kalau gak dipakai presiden ya dipakai saya," tutur Agus kala itu.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, 2015 lalu, menegaskan bahwa pembelian helikopter AW 101 bukan dibatalkan.

"Jadi begini, bukan dibatalkan. Jadi Presiden menyatakan untuk menunda karena ada kesannya heli itu mahal harganya dan mewah, tapi dipakainya juga cuma VVIP," ucap Gatot di Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat 3 Desember 2015.

Namun, pernyataan ini bertolak belakang dengan ungkapan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Waktu itu Pram, sapaan Pramono, memutuskan menolak pembelian helikopter ‎Agusta Westland AW-101.

Penolakan itu lantaran helikopter Super Puma yang saat ini biasa digunakan oleh Jokowi dianggap masih layak terbang dan dapat digunakan untuk keperluan dinas kepresidenan.

"Dengan mempertimbangkan dan mendengar masukan, Presiden memutuskan untuk tidak menyetujui pembelian Helikopter Agusta Westland AW-101‎," ujar Pram.

5 Kehebatan AW 101

Heli Agusta Westland AW101
Maiden Flight Helikopter Agusta Westland AW101 di Yeovil, Inggris (www.rotorblur.co.uk)

Meski diwarnai sejumlah penolakan, terutama dari Presiden Jokowi, TNI Angkatan Udara (TNI AU) tetap membeli delapan unit membeli helikopter AugustaWestland 101 atau dikenal helikopter AW 101. Lalu, apa saja kehebatan capung besi ini?

1. Modular Desain

Desain modular memiliki struktur yang katanya tahan banting dan memiliki fitur toleransi kerusakan, termasuk lima pisau rotor, serta bingkai yang kokoh.

Badan heli itu terbuat dari konstruksi aluminium-lithium. Baling-baling aerodinamis yang dibangun dari karbon / kaca dengan Nomex honeycomb dan busa rohacell. Kontrol getaran aktif dari respon struktur (ACSR) menggunakan teknik getaran.

Helikopter bisa beroperasi pada temperatur mulai dari minus 40 derajat Celcius hingga lebih dari 50 derajat C.

Sistem perlindungan es memungkinkan unit tersebut beroperasi dalam kondisi suhu beku. Sementara sebuah mesin sistem inlet pemisah partikel memberikan perlindungan dalam lingkungan berpasir.

Ban flotasi tinggi dan gigi untuk pendaratan yang efisien membuat heli itu mampu mendarat di segala medan.

2. Kokpit Canggih

Kursi kru dalam kokpit dipersenjatai dan mampu bertahan dalam benturan di kecepatan 35 feet/second.

Flight control bisa dikendalikan oleh pilot dan kopilot, meskipun heli itu mampu dioperasikan oleh satu kru.

Display unit pilot disuplai oleh Northrop Grumman dari Jerman. Elektronik instrumen sistem termasuk di antaranya tampilan yang berwarna.

3. Anti-Serangan Misil

Versi AW101 untuk keperluan angkatan laut ini bisa dipersenjatai dengan dua misil anti-kapal atau lebih dari empat torpedo.

Persenjataan ini merupakan pilihan. Namun demikian, sayapnya bisa ditempeli pelontar roket.

4. Anti-Serangan

AW101 juga dilengkapi infrared jammers. Selain itu juga ditanamkan sistem peringatan jika diserang dengan misil.

Dengan kata lain, si penggunanya akan mengetahui jika mendapatkan serangan dari luar dengan senjata tersebut.

5. Kargo Besar

Khusus untuk keperluan militer, AW101 bisa membawa 30 orang dalam posisi duduk atau 45 tentara dengan perlengkapan tempur dengan posisi berdiri.

Ada ruangan kabin untuk tim medis dan 16 tandu. Berat yang bisa diangkut mencapai 3.050 kg, termasuk bisa membawa kendaraan besar seperti Land Rovers.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya