Liputan6.com, Jakarta - Sebagai warga asli, banyak warga Betawi yang ingin putra daerah menjadi pemimpin atau gubernur di kampungnya sendiri. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut ternyata tidak mudah. Dalam sejarah kepemimpinan Jakarta, tak banyak putra Betawi yang menjadi gubernur.
Sejarah mencatat hanya ada satu putra Betawi yang pernah menjabat sebagai orang nomor satu di Ibu Kota, yaitu Fauzi Bowo. Pria yang akrab disapa Foke itu memimpin Jakarta periode 2007 - 2012 melalui pemilihan kepala daerah secara langsung.
Foke sempat kembali mencalonkan di periode berikutnya, tetapi gagal melawan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama atau Jokowi-Ahok.
Advertisement
Putra Betawi yang nyaris menjadi gubernur DKI Jakarta sebenarnya pernah ada di masa gubernur penunjukan langsung. Tokoh militer putra Betawi, Letjen (purn) HM Sanif atau Bang Sanif sempat ditunjuk penguasa Orde Baru, Presiden Soeharto untuk menduduki posisi Gubernur DKI Jakarta di 1992.
Presiden Soeharto waktu itu sudah menyetujui tokoh Betawi tersebut memimpin Jakarta dalam lima tahun ke depan. Soeharto setuju setelah melihat kemampuan yang dimiliki Sanif.
Namun, Bang Sanif akhirnya gagal jadi gubernur karena lbu Negara, Tien Soeharto atau Ibu Tien, tidak setuju. Alhasil, Soeharto pun akhirnya menunjuk Soerjadi Soedirja untuk jabatan tersebut.
Pengamat muda Betawi Aziz Kahfia menyatakan, Sanif urung jadi gubernur DKI Jakarta karena Ibu Tien mendapat masukan dia galak terhadap istrinya.
"Ada isu yang masuk ke Ibu Tien bahwa Bang Sanif ada kasus KDRT," ujar Aziz, Selasa, 2 Mei 2017.
Isu tersebut didengar pihak Istana sehingga menjadi bahan pertimbangan. Akhirnya, Sanif urung ditunjuk sebagai gubernur DKI Jakarta.
Panutan Warga Betawi
Meski begitu, nama Babe Sanif tetap dikenang sebagai pahlawan bagi warga Betawi. Dia sukses membuka jalan anak Betawi untuk menjadi tuan di kampung sendiri. Semangat dan keberanian jenderal jago perang ini diakui oleh LB Moerdani. Dia dikenal sebagai tokoh yang jago gelut.
Pada masa Babe Sanif menjabat sebagai Ketua umum Bamus Betawi (1991-1996), dia memberikan pencerahan kepada kaum muda Betawi. Moto kebetawian yang disuarakannya adalah Bemorak, singkatan dari Betawi Moral Penggerak.
Lahir di Kramat, Jakarta Pusat, 16 Agustus 1928, Sanif dikenal sebagai salah satu tokoh militer Indonesia.
Berbagai macam jabatan strategis pernah dia emban. Di antaranya, menjadi Panglima Divisi Infanteri 2/Kostrad (1976-1977), Komandan Pussenif (1977–1979), Panglima Kodam XII/Tanjungpura (1979–1980), Panglima Kodam II/Bukit Barisan (1980–1981), dan terakhir ia ditarik ke Mabes ABRI pada 1983 untuk diangkat menjadi Asisten Operasi Panglima ABRI. Pangkat militer aktif terakhirnya adalah letnan jenderal.
Lahir dari pasangan Niming dan Samiah, keluarga Sanif dikenal sebagai keluarga pejuang. Pamannya merupakan pejuang BKR Laut. Kakak-kakaknya, Lili Suherli dan Siti Jumenah, merupakan pejuang zaman revolusi.
Sanif meninggal pada 8 Mei 2015 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, Jawa Barat.
Advertisement