Liputan6.com, Pekanbaru - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menghadiri peringatan Hari Anak Nasional 2017 di Pekanbaru, Riau. Ia menghibur anak-anak dengan beberapa trik sulap yang ia pelajari beberapa hari sebelumnya.
Selain memamerkan pertunjukan sulap, Jokowi juga menyelipkan pesan tentang perilaku bullying alias perisakan di kalangan pelajar yang marak terjadi akhir-akhir ini.
"Tugasnya anak-anak harus belajar yang keras, tidak boleh ada yang mem-bully, mencela, cemooh," nasihat Jokowi yang didampingi Ibu Negara Iriana Jokowi, seperti dilansir Antara, Minggu (23/7/2017).
Advertisement
Kepada anak-anak, Jokowi mengajak agar belajar saling menghargai dan saling membantu kepada teman. Jangan pernah menyakiti teman.
"Harus saling menghargai, bantu menolong. Kalau ada teman sakit ditengok, pas nengok jangan lupa bawa roti, bawa makanan biar cepat sembuh. Setuju kalau mencemooh, mengejek itu tidak boleh?" tanya Presiden kepada anak-anak.
"Setuju," jawab anak-anak, kompak.
Seperti biasa, pada kesempatan kali ini, Jokowi juga membagi-bagikan sepeda kepada anak-anak, dengan terlebih dulu memberikan kuis.
Kuis pertama Jokowi dimulai dari pertanyaan kepada seorang anak bernama Rafi Fadila, dari SDN 36 Pekanbaru, yang bercita-cita menjadi YouTuber kaya.
Mendengar tingkah lucu dan polos Rafi tersebut, Jokowi semakin bersemangat melontarkan pertanyaan.
"Boleh, termasuk menjadi petani yang sukses, jadi dokter yang baik, dan termasuk Youtuber, dengan giat belajar," kata Jokowi.
Tidak hanya Rafi, sejumlah pelajar lainnya juga berkesempatan mengikuti kuis dari Presiden. Mulai dari pernyataan tentang nama-nama provinsi, hingga pertanyaan terkait alat-alat pernapasan pada hewan.
"Saya bangga anak-anak mukanya cerah, tentu menggambarkan memiliki optimisme. Ada yang bisik-bisik, Pak minta selfie, berani sekali kan?" ujar Jokowi tersenyum.
Kekerasan Anak di Riau Tinggi
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yambise mengakui bahwa kasus kekerasan terhadap anak masih tinggi, khususnya di Riau.
"Ada hal lain yang menjadi masalah di seluruh Indonesia, khususnya di Riau. Riau tercatat terbesar nomor dua di Indonesia untuk kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), pernikahan dini anak, dan lebih miris lagi trafficking anak di Batam, termasuk Tanjung Pinang," ujar dia dalam sambutannya.
Yohanna berharap agar Forum Anak Nasional yang menjadi wadah pendahuluan peringatan Hari Anak Nasional (HAN) dapat bersama-sama pemerintah menyosialisakan kampanye anti-kekerasan terhadap anak-anak.
"Ibu Menteri tadi menanyakan langsung, apakah masih ada pernikahan usia muda? Anak-anak masih kecil dipaksakan untuk menikah, apakah anak-anak setuju menikah di usia muda?" tanya Yohana kepada anak-anak.
"Tidak," jawab anak-anak.
"Setelah itu masih ada kasus kekerasan terhadap anak, orangtua masih pukul anak tidak?" tanya Yohana, lagi.
"Masih," jawab anak-anak.
"Wah, ini berarti keluarga belum ramah anak, di sekolah guru-guru masih pukul anak tidak?" tanya Yohana.
"Masih," jawab anak-anak yang berjumlah sekitar 3.000 itu.
"Mana gurunya dipanggil ibu Menteri. Berhadapan dengan anak-anak tidak boleh ada kekerasan fisik, tidak boleh ada baku pukul, tidak boleh ada bullying anak-anak, diingatkan, jangan ada bullying anak," Yohana menegaskan.
Turut hadir dalam acara ini Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, dan Istri Wakil Presiden, Mufida Kalla.
Selain itu, Menteri Sekretariat Kabinet Pratikno, Kepala Badan Kreatif Indonesia Triawan Munaf, serta Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman dan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat beserta istri.
Saksikan video menarik di bawah ini: