Kesejahteraan Pendidik Tak Disinggung Presiden

Presiden Jokowi telah menyampaikan Pidato Presiden RI mengenai RUU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2018.

oleh nofie tessar diperbarui 19 Agu 2017, 13:13 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2017, 13:13 WIB
Kesejahteraan Pendidik Tak Disinggung Presiden
Presiden Jokowi telah menyampaikan Pidato Presiden RI mengenai RUU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2018.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo telah menyampaikan Pidato Presiden RI mengenai RUU tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2018 beserta Nota Keuangannya, di depan Sidang Paripurna DPR. Namun, kesejahteraan pendidik belum tergambar dan tak disinggung oleh Presiden dalam pidatonya.

“Soal kesejahteraan pendidik dan guru, tidak tergambar dalam pidato Presiden. Padahal ini dinantikan. Karena tidak hanya infrastruktur, tapi juga tenaga pendidik juga penting dalam meningkatkan mutu pendidikan,” tegas Anggota Komisi X DPR Dwita Ria Gunadi, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2017).

Kemudian, masih kata Dwita, terkait pengangkatan guru. Dengan angka pensiun yang cukup tinggi, tidak diimbangi dengan jumlah penerimaan pendidik atau guru. Padahal, pengangkatan guru ini cukup diharapkan oleg guru-guru honorer. Pemerataan guru pun mendapat sorotan dari Dwita.

“Kita butuh banyak guru, untuk pemerataan di seluruh Indonesia. Guru penting sebagai tulang punggung pendidikan, karena guru memegang peranan penting dalam kualitas pendidikan,” kata politisi F-Gerindra itu.

Di HUT RI ke-72 ini, Dwita juga menyoroti masih tingginya angka putus sekolah, kendati angka partisipasi kasar cukup tinggi. Jika di perkotaan, menurutnya angka putus sekolah banyak terjadi di tingkat menengah dan atas. Sementara di pedesaan, paling banyak terjadi di tingkat dasar.

“Mereka tidak selesai menamatkan sekolah, misalnya dari SD ke SMP atau SMP ke SMA. Karena kalau ditanya, mereka lebih banyak alasan ekonomi, kemudian jarak tempuh. Itu banyak alasan yang menyebabkan angka putus sekolah, yang tidak kita harapkan,” keluh Dwita.

Selain itu, pemerintah masih punya pekerjaan rumah terkait sarana dan prasarana pendidikan. Temuannya di lapangan, masih banyak ditemukan sekolah yang rusak, mulai dari rusak ringan hingga rusak berat.

“Itu perlu perhatian khusus. Kita tidak tahu, tahun ke berapa semua ini bisa diselesaikan. Tahun besok, atau tahun-tahun mendatang. Yang kita harapkan bahwa penyelesaian itu secara serentak, tidak bisa separuh-paruh,” harap Dwita.

Di sisi lain, politisi asal dapil Lampung itu mengapresiasi masih dianggarkannya Kartu Indonesia Pintar (KIP). Ia berharap, dengan adanya KIP dapat mendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya dan mengurangi angka putus sekolah.

Sebelumnya dalam pidato yang disampaikan, Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah akan melanjutkan kebijakan pemberian KIP yang menjangkau 19,7 juta siswa, dan pemberian beasiswa bidikmisi kepada 401,5 ribu siswa, serta alokasi bantuan operasional sekolah yang menjangkau 262,1 ribu sekolah umum dan madrasah di seluruh penjuru Tanah Air.


(*)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya