Kata Wiranto soal Penembakan Misterius di Era Orba

Menurut Wiranto, apa yang terjadi di masa lalu biar jadi masa lalu. Kondisi tersebut sulit dikaitkan dengan zaman kekinian.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 22 Sep 2017, 14:35 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2017, 14:35 WIB
20161214-DKPP Gelar Refleksi dan Evaluasi Akhir Tahun-Jakarta
Menko Polhukam Wiranto memberikan sambutan pada kegiatan Outlok 2017 atau Refleksi Akhir Tahun yang diselenggarakan oleh DKPP di Jakarta, Rabu (14/12). Dalam kegiatan itu dilakukan proyeksi kinerja‎ DKPP tahun 2017. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menko Polhukam Wiranto angkat bicara soal penembakan misterius atau petrus, operasi rahasia pemerintahan Orde Baru Soeharto untuk pemberangus orang-orang dianggap mengganggu keamanan di era 80-an.

Menurut  Wiranto, apa yang terjadi di masa lalu biar jadi masa lalu. Kondisi tersebut sulit dikaitkan dengan zaman kekinian.

"Kita tidak bisa menilai satu misi dari institusi dengan waktu berbeda, zaman berbeda, situasi politik berbeda, hukum berbeda. Oleh karena itu kita menjaga jangan sampai kita menjustifikasi, menilai kegiatan para pendahulu kita dengan waktu berbeda," terang Wiranto di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (21/9/2017).

Wiranto menyatakan, mencari siapa yang harus diadili dan siapa yang mengadili terkait kasus ini adalah hal yang sulit diwujudkan.

"Gimana mungkin kita harus mengadili petrus? saat ini kita dituntut oleh aktivis HAM untuk membongkar itu. Saya katakan, yang memerintahkan, yang diperintahkan sudah meninggal, yang ditembak sudah meninggal, gimana ngusutnya? Silakan ngusut nggak ada jawaban juga," ujar Wiranto.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Ditiru Duterte

Menurut Wiranto, aksi petrus menjadi keberhasilan pada zamannya. Bahkan, aksi serupa kini ditiru oleh Presiden Filipina Rodrigo Duterte kala menghabisi para bandar narkoba tanpa jalur pengadilan.

"Saat itu dipuji kegiatan itu (petrus). Bahkan kemarin saat Wapres Kalla ketemu Duterte, Wapres muji Duterte berani melawan suatu kebiasaan internasional soal pelanggaran HAM berat. Tapi Duterte menjawab, saya belajar dari presiden Anda (Soeharto) saya terapkan di Filipina," kata Wiranto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya