Liputan6.com, Jakarta - Pilkada Jawa Barat akan dimulai Januari 2018. Mesin partai politik mulai bekerja, begitu juga bakal calon. Suhu politik pun memanas.
Partai politik mulai berlomba-lomba meminang bakal calon pasangannya. Mereka secara terbuka mendeklarasikan bakal calonnya.
Partai Nasdem mencuri start dengan mendeklarasikan dukungan pada Wali Kota Bandung Ridwan Kamil awal 2017. Disusul, Partai Golkar yang menggaungkan sosok Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Advertisement
Mendekati akhir 2017, dua partai Islam pun mulai terang-terangan memperkenalkan bakal calon pasangannya untuk Pilkada Jabar 2018. Keduanya adalah PKB dan PPP, yang menyokong Ridwan Kamil.
Dukungan tiga partai ini pun membuat Ridwan Kamil mesem-mesem. Syarat maju sebagai calon gubernur sudah terpenuhi. Dengan gabungan Partai Nasdem, PKB, dan PPP, maka Ridwan Kamil sudah mengantongi 21 suara.
Belum lagi hasil sejumlah survei, yang menyebutkan tingkat elektabilitas pria yang akrab disapa Kang Emil itu menempati urutan teratas.
Tapi Ridwan Kamil tak mau jemawa. Sebab, dukungan partai hanya baru sekadar syarat dia maju di Pilkada Jabar 2018.
"Saya enggak mau takabur, saya ngaca diri. Survei itu hanya satu referensi, yang benar kan kinerja ya, hasil kerja politik kan?" kata dia kepada Liputan6.com jelang acara talk show Buka Talks di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Kamis 26 Oktober 2017.
Bagi Ridwan Kamil, kerja nyata lah kunci kemenangan di Pilkada Jabar. Seperti turun ke bawah untuk meraih suara dukungan masyarakat Jabar.
"Membangun jaringan, kepala desa saya galang, guru ngaji saya galang, tokoh ormas dan sebagianya," dia mencontohkan.
Drama Partai Golkar
Selang beberapa hari setelah PPP memberi dukungan pada Ridwan Kamil, Partai Golkar memulai drama baru. Partai pimpinan Setya Novanto itu membuat kejutan, dengan menyatakan dukungan kepada Kamil sebagai cagub di Pilkada Jabar 2018.
Golkar lebih memilih calon di luar partai, ketimbang menyokong kadernya di Jabar, Dedi Mulyadi yang kini menjabat Bupati Purwakarta.
Golkar menyandingkan kader mudanya Daniel Muttaqin Syafruddin dengan Ridwan Kamil, sebagai bakal calon wakil gubernur Jabar. Daniel kini bekerja sebagai anggota Komisi V DPR RI, dari daerah pemilihan (dapil) Indramayu, Jabar.
Daniel adalah putra dari tokoh sekaligus politikus Partai Golkar Indramayu, Irianto MS Syafiuddin dan Anna Sophanah yang kini menjabat Bupati Indramayu.
Daniel pernah aktif di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan menjabat sebagai Komisaris Utama di PT Cimanuk Cemerlang dan PT Fajar Primaswara.
Sekjen Partai Golkar Idrus Marham mengatakan alasan dukungan kepada pasangan Ridwan Kamil-Daniel Muttaqin. Pertama, keputusan ini berdasarkan kajian mendalam di internal partai.
Alasan kedua, Golkar telah mempertimbangkan hasil survei dan menyelaraskan keinginan partai, agar memenangkan Pilkada Jabar 2018.
"Sesuai hasil rapat tim pilkada pusat, maka DPP Partai Golkar telah menetapkan calon gubernur adalah saudara Ridwan Kamil, dan saudara Daniel Muttaqin sebagai calon wakil gubernur untuk Pilkada Jawa Barat," ujar Idrus di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat 27 Oktober 2017.
Idrus juga menyebutkan partainya sudah berdiskusi secara internal, perihal Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, yang sudah lama ancang-ancang akan maju Pilkada Jabar.
"Ketua harian sudah melakukan komunikasi dengan saudara Dedi, untuk memberikan penjelasan segera, setelah kita melakukan konsultasi dengan ketua umum," kata dia
Sementara, alasan Golkar memilih Daniel, karena dia merupakan kader muda yang berprestasi di Partai Beringin.
"Daniel Muttaqien adalah seorang kader dari anak muda dan juga punya prestasi, punya kerja-kerja politik yang sangat luar biasa, sehingga kami memproyeksikan akan mendapat respons yang baik tidak hanya di kelompok politisi, masyarakat, tetapi juga di kelompok kaum muda," tandas Idrus.
Dukungan pada Ridwan Kamil seakan menegaskan perpecahan di internal Partai Golkar belum tuntas. Bahkan, elite Golkar seperti Nurul Arifin pun terkejut mendengar kabar itu.
Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini Partai Golkar itu sempat menelepon Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham, untuk mengkonfirmasi kebenaran berita yang sudah beredar di media tersebut.
"Iya sebenarnya sih saya berharap masih ada perubahan. Tetapi ternyata setelah saya konfirmasi, Pak Sekjen sudah melakukan press conference yang menyatakan, rekomendasi Partai Golkar ke Ridwan Kamil sebagai calon Gubernur dan Daniel Muttaqien sebagai calon Wakil Gubernur," ujar Nurul usai Safari Budaya di Kelurahan Antapani, Kota Bandung, Jumat 27 Oktober malam.
Keputusan tersebut, menurut Nurul, tidak sesuai harapannya sebagai pengurus DPP Partai Golkar. Menurut dia, kader internal harus tetap diutamakan untuk menghadapi kontestasi politik.
Apalagi, kata Nurul, sebagai Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi dianggap berhasil menaikkan elektabilitas partai berlambang pohon beringin tersebut.
Sementara, Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Jawa I DPP Partai Golkar Agun Gunandjar Sudarsa mengatakan, rekomendasi yang diberikan partainya kepada Ridwan Kamil dan Daniel Muttaqien belum final.
Agun menyebut, berbagai kemungkinan masih terjadi sebelum penetapan pasangan calon yang didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum Jawa Barat.
"Masih ada kemungkinan-kemungkinan, karena (rekomendasi) yang kemarin disampaikan itu bukan dokumen yang secara definitif akan disampaikan ke KPU Jawa Barat," ungkap Agun saat dikonfirmasi, Sabtu 28 Oktober 2017.
Bagi Dedi Mulyadi sendiri, drama politik di partainya seperti sambaran petir, meski sebelumnya sudah ada selentingan partainya akan mendukung Kang Emil.
Dedi kaget. Dia tak mau memberikan komentar banyak soal dukungan Golkar pada Ridwan Kamil. Dia baru bersedia memberi tanggapan pada Senin 30 Oktober mendatang.
"Mau nanya itu ya (Ridwan Kamil-Muttaqien). Senin saya konferensi pers," ucap Dedi kepada Liputan6.com, Jumat 27 Oktober 2017.
Dedi Mulyadi juga enggan mengomentari namanya tidak disebut. Dia malah berkelakar.
"Kalau sekarang tanggung mau ngomong. Besok sudah Sabtu, Minggu. Wacananya bukan politik, wacana rekreasi. Senin aja," Dedi Mulyadi menambahkan.
Advertisement
Golkar Bunuh Diri?
Pengamat Politik Universitas Jayabaya Igor Dirgantara menilai, Golkar telah melakukan kesalahan besar pada Pilkada Jabar 2018. Golkar bakal blunder karena tidak mengusung Dedi Mulyadi.
"Saya pikir langkah Golkar ini blunder besar ya, pertama Golkar partai kader. Oleh karena itu, selayaknya dia mengusung kadernya sendiri. Kader yang potensial itu Dedi Mulyadi," kata Igor kepada Liputan6.com di Jakarta, Sabtu 28 Oktober 2017.
Menurut Igor, Golkar seharusnya belajar dari pengalaman Pilkada DKI Jakarta yang kalah, saat mengusung pasangan Basuki Tjahaja Purnama- Djarot Saiful Hidayat.
"Pada Pilkada DKI Jakarta kemarin, alih-alih mengusung kadernya sendiri, Golkar malah mendukung figur yang populer seperti Ahok. Namun kenyataannya, Ahok kalah juga kan," ujar dia.
Seharusnya, kata Igor, Golkar mengusung kadernya sendiri, terlebih lagi partai ini punya kader terbaik di Jabar yang telah bekerja keras untuk meningkatkan elektabilitas partai.
"Golkar sangat tidak mendengarkan aspirasi dari kader, ini ironis. Suara Golkar suara rakyat, tapi tidak pernah mendengarkan suara rakyat Jabar itu sendiri. Seharusnya kan disurvei, kalau misalnya hasil survei menetapkan Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar elektabilitasnya tinggi, tapi di tiga besar selalu ada nama Dedi Mulyadi," papar dia.
Igor menambahkan, survei elektabilitas dan popularitas juga tergantung pada siapa responden yang diambil.
"Saya yakin semua pemilih Golkar akan memilih Dedi Mulyadi, bukan kader yang lain. Seharusnya Golkar lebih memperhatikan aspirasi kadernya di Jawa Barat, baik tingkat DPD I maupun DPD II," Igor menandaskan.
Pemanasan PDIP dan Partai Lain
Meningkatnya konstelasi politik di Jabar, membuat PDIP tak mau kalah untuk memanaskan mesin partainya. Partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu mulai mendekati Dedi Mulyadi.
PDIP mengundang Dedi Mulyadi dalam acara Curah Gagasan di Hotel Horison, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu 25 Oktober lalu.
Usai memberikan sambutan, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto memuji-muji Dedi Mulyadi. Bahkan, Dedi disebut-sebut memiliki kedekatan khusus dengan Megawati.
"Kami memiliki kedekatan. Tetapi pindah tidaknya seseorang dari partai politik, itu merupakan pilihan pribadi. PDIP tidak ada niatan mendorong orang yang memiliki pilihan partai untuk pindah," ujar Hasto.
Hasto melihat gagasan yang disampaikan Dedi Mulyadi sangat dibutuhkan masyarakat Jabar. Kendati, ia juga mengonfirmasi, seluruh tokoh yang diundang memiliki kesempatan politik yang sama untuk diusung PDIP di Pilkada Jabar 2018.
Hasto juga menyanjung Dedi Mulyadi yang menurutnya punya semangat membangun kebudayaan dan membumikan gotong-royong.
"Gotong royong itu tumbuh dalam kehidupan masyarakat Jabar," kata Hasto di DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 28 Oktober 2017.
Tak hanya itu, menurut Hasto, Dedi Mulyadi sempat menyinggung sistem logistik yang mampu memproduksi makanan dalam jangka waktu 50- 100 tahun.
"Sehingga PDIP terkesan dengan apa yang ditawarkan tersebut, tapi keputusan belum diambil. Kita akan lihat berbagai kemungkinan kombinasi yang ada," kata dia.
Namun, kata Hasto, PDIP belum memutuskan siapa yang bakal diusung pada Pilkada Jabar. Dia berharap partainya dapat mengusung calon yang dapat membawa harapan baru bagi Jabar yang bertumpu pada kebudayaan.
Tak hanya Dedi Mulyadi, PDIP juga tengah melakukan penjajakan dengan Dedy Mizwar. PDIP mengundang Wakil Gubernur Jawa Barat itu ke DPW Jawa Barat, membahas Pilkada Jabar 2018.
"Ya bapak Deddy Mizwar kami sudah undang, bahkan minggu depan kami juga rencananya mengundang bapak Deddy Mizwar ke DPW Partai. Untuk melakukan pembahasan lebih lanjut," ujar Hasto.
Kendati, PDIP belum memutuskan siapa yang bakal dicalonkan di Pilkada Jabar. PDIP akan memutuskan calon untuk Pilkada Jabar setelah pengumuman calon di Bali, Maluku, dan Papua.
Menurut Hasto, tak masalah jika partainya berkomunikasi dengan tokoh Jawa Barat, meskipun Deddy Mizwar sudah diusung PKS. Dia menegaskan, peratainya belum memutuskan siapa yang bakal diusung di Pilkada Jabar 2018.
Selain PDIP dan Golkar, PKS dan Partai Gerindra yang masih setia berkoalisi juga mulai pasang kuda-kuda untuk Pilkada Jabar 2018. Kedua partai disebut-sebut sudah mencalonkan bakal calon pasangannya, meski tidak terlalu digembar-gembor.
Keduanya maminangkan Deddy Mizwar-Ahmad Syaikhu (Demiz-Syaikhu) di Pilkada Jabar 2018, meski belakangan ada desas-desus Gerindra mencabut pasangan itu.
Partai Nasdem yang mengusung Ridwan Kamil paling awal, juga mulai ikut memanaskan mesin partai untuk Pilkada Jabar 2018. Nasdem mempersilakan Wali Kota Bandung itu mencari calon pasangannya.
PPP dan PKB juga tidak mau ketinggalan meramaikan suhu politik di Jabar. PKB telah mengajukan tiga calon untuk memasangkan dengan Ridwan Kamil.
Ketiganya yaitu Ketua DPW PKB Jabar Syaiful Huda, Sekretaris Fraksi PKB di DPR PKB Cucun Ahmad Syamsurijal, dan Anggota Dewan Syuro PKB Maman Imanulhaq.
Bahkan, PKB menolak bakal calon wakil gubernur yang diusung PPP untuk mendampingi Ridwan Kamil di Pilkada Jabar 2018, yakni Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement