Gunung Agung Meletus, Wisatawan Tetap Berdatangan ke Pulau Bali

Aktivitas di Bandara Ngurah Rai juga berjalan normal. Tidak ada imbauan apa pun terkait kondisi Gunung Agung.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 22 Nov 2017, 09:16 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2017, 09:16 WIB
Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. (Dewi/Liputan6.com)
Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali. (Dewi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Gunung Agung di Karangasem, Bali, meletus Selasa sore, 21 November 2017, tanpa disertai tanda-tanda adanya peningkatan kegempaan. Namun, aktivitas para pelancong yang ada di Pulau Bali tampak biasa saja.

Pantauan Liputan6.com, Rabu pagi, dari pintu kedatangan domestik masih terlihat para wisatawan yang datang ke Bali, baik secara pribadi maupun menggunakan jasa travel.

Bukan hanya para wisatawan, aktivitas di Bandara Ngurah Rai juga berjalan normal. Tidak ada imbauan apa pun terkait kondisi Gunung Agung.

Sebut saja Suryati (24), warga Jakarta yang sudah jauh-jauh hari merencanakan liburan bersama ibundanya. Dia menuturkan, awalnya sedikit cemas saat mendengar kabar kondisi di Bali. Namun, saat menginjakkan kaki di bandara, dia yakin tidak terjadi hal yang mengkhawatirkan.

"Awalnya kaget, karena sudah beli tiket ya coba beranikan saja. Tapi kayaknya aman-aman saja pas lihat sebentar," ucap Suryati di Bandara Ngurah Rai, Rabu (22/11/2017).

Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, membenarkan telah terjadi letusan. Meski begitu, kondisi Pulau Dewata saat ini dinyatakan aman.

"Kondisi Bali aman. Bandara Internasional Ngurah Rai normal. Pariwisata aman, kecuali radius berbahaya di 6-7,5 km dari puncak Gunung Agung," kata Sutopo.

Menurut dia, letusan Gunung Agung tersebut berjenis freatik. Letusan freatik terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi.

"Pascaletusan freatik kondisi masih normal. Tidak ada peningkatan lonjakan kegempaan," tegas Sutopo.

Magma Akan Keluar

Sementara itu, Kepala Subbidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana, menjelaskan, tremor yang terus-menerus merupakan upaya magma menerobos sumbat lava di perut Gunung Agung yang terbentuk imbas dari letusan tahun 1963.

Menurutnya, magma kini tengah berada di permukaan dan terus berupaya keluar dengan cara menghancurkan sumbat atau leher lava.

Jika akhirnya sumbat lava berhasil dibongkar, dapat dipastikan leleran lava akan keluar dari puncak gunung setinggi 3.142 Mdpl tersebut. Tak hanya leleran lava, suara letusan juga akan terdengar bersamaan dengan jebolnya sumbat lava.‎

"Nanti kalau sudah terbongkar, kemungkinan di areal puncak nanti akan terang karena lava segar keluar, suara juga akan terdengar," ujar Devy.

Hanya saja, dia mengaku tak bisa memastikan kapan hal itu terjadi. Ia berharap jika pada akhirnya sumbat lava dapat terbongkar, letusan Gunung Agung yang terjadi tidak terlalu besar.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya