Jokowi Akan Telepon Donald Trump Bahas Yerusalem?

Presiden AS Donald Trump resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Bagaimana tanggapan Jokowi?

oleh Lizsa Egeham diperbarui 07 Des 2017, 11:15 WIB
Diterbitkan 07 Des 2017, 11:15 WIB
KTT G20-Donald Trump-Jokowi
Presiden AS Donald Trump dan Presiden RI, Joko Widodo berbincang saat bertemu di sela-sela KTT G20 di Hamburg, Jerman, (8/7). Sejumlah pemimpin negara berkumpul dalam KTT G20 pada 7-8 Juli 2017. . (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Bogor - Indonesia bersikap tegas menolak keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Pengakuan itu akan disusul dengan pemindahan Kedutaan Besar AS di Tel Aviv ke wilayah pendudukan tersebut.

Apakah Presiden Joko Widodo akan telepon Trump terkait sikap tegas ini?

"Nanti setelah sidang OKI," kata Presiden di Istana Bogor, Kamis (7/12/2017).

Sidang OKI, kata Jokowi, diagendakan digelar pada 13 Desember 2017. Berbagai negara Islam yang tergabung dalam OKI akan mengikuti sidang tersebut membahas sikap Trump mengakui Yerusalem ibu kota Israel yang dikhawatirkan membuat instabilitas dunia.

Penyelenggaraan sidang OKI direncanakan akan digelar di Istambul, Turki.

Indonesia, kata Jokowi, tetap dalam pendirian sikapnya untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina dan memperjuangkan hak-hak Palestina.

Keputusan Donald Trump

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu waktu Washington secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusannya tersebut "bertentangan" dengan kebijakan luar negeri AS yang telah berjalan selama tujuh dekade.

Pengumuman Trump sekaligus menandai langkah awal pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

"Hari ini, akhirnya kita mengakui hal yang jelas: bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Ini tidak lebih dari sekadar pengakuan akan realitas. Ini juga hal yang tepat untuk dilakukan. Ini hal yang harus dilakukan," ujar Trump saat berpidato di Diplomatic Reception Room, Gedung Putih, seperti dimuat dalam New York Times.

Selama tujuh dekade, AS bersama dengan hampir seluruh negara lainnya di dunia menolak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sejak negara itu mendeklarasikan pendiriannya pada 1948. Sementara, menurut Trump, kebijakan penolakan tersebut membawa seluruh pihak "tidak mendekati kesepakatan damai antara Israel-Palestina".

"Akan menjadi kebodohan untuk mengasumsikan bahwa mengulang formula yang sama persis sekarang akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda atau lebih baik," ungkap Presiden ke-45 AS tersebut.

Pengakuan terhadap Yerusalem, menurut Trump, adalah "sebuah langkah terlambat untuk memajukan proses perdamaian".

Trump sebelumnya telah bersumpah akan menjadi perantara "kesepakatan akhir" antara Israel dan Palestina. Terkait hal ini, ia menegaskan bahwa dirinya tetap berkomitmen untuk melakukan hal tersebut mengingat "itu sangat penting bagi Israel dan Palestina".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya