BNPB: Dalam Setahun, Indonesia Diguncang 6.000 Kali Gempa

Sutopo menjelaskan, terjadinya korban maupun bangunan yang rusak bukan karena faktor gempa.

oleh Muhammad Ali diperbarui 24 Jan 2018, 07:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2018, 07:00 WIB
Gunung Agung
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho memberi keterangan terkait erupsi Gunung Agung, Jakarta, Senin (27/11). Tingkat erupsi Gunung Agung saat ini meningkat dari fase freatik ke magmatik. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, Indonesia menjadi negara yang acap diguncang gempa. Bahkan dalam rentang setahun, jumlah kejadian gempa mencapai ribuan.

"Dalam setahun rata-rata kejadian gempa di Indonesia mencapai 6.000 kali," kata Sutopo dalam keterangannya, Selasa (23/1/2018).

Dia menjelaskan, gempa bumi 6,1 SR yang terjadi di Banten telah menimbulkan korban jiwa dan luka. Namun itu, kondisi tersebut bukan faktor gempanya. Menurutnya, hal itu karena bangunan yang tidak kuat dan roboh sehingga menimpa penghuni.

"Gempa adalah keniscayaan," dia menegaskan.

Sutopo menjelaskan, zona selatan Jawa khususnya dari segmen Pangandaran hingga Pacitan dan Banyuwangi adalah zona seismic gap. Lempeng Indo Australia dan Eurasia di selatan Jawa ini aktif bergerak rata-rata dengan kecepatan 6,6 cm per tahun.

"Ratusan tahun tanpa gempa besar sehingga energinya terkunci. Artinya ada potensi yang besar. Suatu saat bisa lepas energinya menjadi gempa dan membangkitkan tsunami. Kapan? Kita tidak tahu pasti," jelas dia.

 

Tetap Waspada

Hoax Tentang Letusan Gunung Agung, Ini Penjelasan BNPB
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho saat memberikan penjelasan di Gedung BNPB, Jakarta, Senin (25/9). Sebelumnya telah beredar berita hoax bahwa Gunung Agung sudah meletus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Untuk itu masyarakat diminta tetap waspada. Persiapan dan mitigasi menghadapi gempa harus ditingkatkan.

"Tata ruang, building code, kesiapsiagaan, dan lainnya harus ditingkatkan agar kita selalu siap menghadapi kondisi yang terburuk," pinta Sutopo.

Dia menegaskan, gempa tidak dapat diprediksi secara pasti. Ilmu pengetahuan belum mampu memprediksi secara pasti kapan, di mana, dan berapa besar gempa akan terjadi.

"Karena itu jika menerima informasi akan terjadi gempa bahkan dengan spesifik mengatakan besar, waktu dan lokasi itu adalah hoax. Jadi jangan ikut-ikutan menyebarkan di medsos," imbau Sutopo.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya