Pengamat: Indonesia Telah Jadi Contoh Kerentanan Serangan Siber

Ibarat gadis cantik, Indonesia adalah pengekspor informasi menuju dunia Barat yang membawa jutaan data penduduk beserta aktivitasnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Nov 2019, 18:43 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2019, 18:43 WIB
Ilustrasi Keamanan Siber, Enkripsi. Kredit: Pixabay/geralt-9301
Ilustrasi Keamanan Siber, Enkripsi. Kredit: Pixabay/geralt-9301

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Lembaga Penelitian, Pengadian Masyarakat dan Publikasi Universitas Bhayangkara Jaya Djuni Thamrin menyatakan, Indonesia telah menjadi contoh sebagai pusat sekaligus gravity kerentanan dunia maya yang secara global dapat menjadi sasaran empuk serangan siber.

"Sebagai pengguna smartphone terbanyak di dunia, Indonesia, mempunyai server dengan tingkat keamanan yang masih terbatas," ujarnya melalui keterangan tertulis, Jumat (29/11/2019).

Beberapa negara di Asia telah berada di puncak transformasi digital, yang juga telah terbukti dapat mendorong kemajuan infrastruktur dan teknologi baru untuk meningkatkan kemampuan ekonomi.

Bersamaan dengan perkembangan positif tersebut terletak pula kebutuhan nyata untuk melindungi output dan aset yang dihasilkan dari revolusi teknologi tersebut.

"Ibarat gadis cantik, Indonesia adalah pengekspor informasi menuju dunia Barat yang membawa jutaan data penduduk beserta aktivitasnya," ujarnya.

Hal itu berarti semua rahasia dan kecenderungan dan pola konsumtif rakyat Indonesia secara mudah bisa dibaca oleh pemilik modal di dunia Barat. Sehingga proses eksploitasi baru dengan mudah bisa dijalankan oleh Barat.

Indonesia juga pengguna internet dengan jumlah tertinggi di dunia, dengan lebih dari 80 juta pengguna aktif mengakses layanan online dari beberapa perangkat.

 

Gelar Seminar

Menyikapi sejumlah kondisi tersebut, Djuni menambahkan pihaknya akan mneggelar seminar Internasional tentang "New Security Challange: Fac ing Cyber Threats from Multidisiplinary Approach" dengan pembicara dari mancanegara. 

Isu-isu tersebut yang akan di seminarkan dengan para pembicara seperti, Prof. Dr. Abu Bakar Munir dari University Malaya, Malaysia, Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional Universitas Bhayangkara Prof. Dr. Hermawan Sulistyo.

Selaiin itu ada juga Tamra. H Greig dari US embassy deputy principal officer, Dr. Jiow Hee Jhee dari Singapore Institute of Technology, dan sejumlah pembicara lain.

Seminar Internasional ini akan dihadiri oleh 400 peserta dari dalam dan luar negeri. Kegiatan akan bertempat di gedung Tanoto Universitas Bhayangkara Jaya jalan Perjuangan Bekasi.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya