BMKG: Warga Pesisir Lebak Tak Perlu Takut Melaut

Kekuatannya semakin melemah dan kira-kira selama satu mimggu setelah gempa utama, kondisi akan kembali stabil.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 27 Jan 2018, 19:53 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2018, 19:53 WIB
Gempa Banten
Sejak 23 Januari hingga 26 Januari 2018, ada 49 gempa susulan mengguncang wilayah selatan Banten, akibat subduksi lempeng Indo-Australia. (Foto: BMKG Klas I Serang/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga di sekitar Lebak, Banten, tidak perlu takut melaut pascagempa selama tiga hari berturut-turut. Sebab, hingga kini BMKG tidak mengeluarkan peringatan tsunami.

"Gempa utama saja tidak memicu tsunami, jadi masyarakat tidak perlu takut melaut," ujar Sutioyono, Kepala Bidang Data dan Informasi, BMKG Wilayah II, Ciputat, Sabtu (27/1/2018). Menurutnya, pola gempa bumi yang terjadi di Banten sama saja seperti pola gempa pada umumnya. Seperti pada gempa di awal berkekuatan 6.4 SR, yang kemudian akan diikuti dengan gempa susulan yang kekuatannya lebih kecil.

Kekuatannya semakin melemah dan kira-kira selama satu mimggu setelah gempa utama, kondisi akan kembali stabil. BMKG pun menghitung, dari gempa utama hingga hari ini, sudah terjadi 55 kali gempa.

"Dan itu semakin melemah, berkurang dan menurun. Nanti juga akan stabil," kata Sutioyono.

Masyarakat pun diimbau untuk tidak langsung mrmpercayai kabar ataupun info yang tersebar di berbagai media sosial. Lebih baik masyarakat menanyakan langsung ke BMKG atau mengakses laman BMKG.


Penyebab Gempa Banten

Gempa Banten kembali menggoyang wilayah Jakarta dan sekitarnya. Lindu berkekuatan 5,1 SR ini berpusat di laut pada jarak 72 km arah barat daya Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, pada kedalaman 26 km.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa kali ini masih dalam runutan gempa susulan di Banten, pada Selasa, 23 Januari 2018.

"Gempa bumi selatan Lebak Banten ini termasuk dalam klasifikasi gempa berkedalaman dangkal," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Moch Riyadi, kepada wartawan, Jakarta, Jumat (26/1/2018).

Dia menambahkan, gempa tersebut terjadi lantaran adanya aktivitas di dasar laut, yaitu gerakan lempeng Indo-Australia.

"Akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempang Eurasia," ujar dia.

Dalam sepekan ini, Banten telah tiga kali diguncang gempa. Lindu pertama terjadi pada Selasa, 23 Januari 2018. Kala itu kekuatannya cukup besar, yaitu 6,1 SR.

Getaran gempa juga sangat terasa di wilayah Jakarta dan sejumlah daerah di Jawa Barat. Warga Jakarta yang sedang beraktivitas di dalam gedung bertingkat dan rumah berhamburan keluar. Mereka menjadi tempat yang aman.

Selain itu, gempa juga telah mengakibatkan ratusan rumah hancur dan rusak. Bahkan sejumlah orang terluka akibat tertimpa material bangunan.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya