Liputan6.com, Jakarta - Pada Rabu, 21 Februari, dunia sedang merayakan Hari Bahasa Ibu Internasional. Tepat pada 17 November 1999, UNESCO menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Peringatan hari tersebut pertama kali dilakukan pada 21 Februari 2000.
Namun, siapa yang sangka kalau penetapan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional dilatari peristiwa berdarah sebuah gerakan sosial di India?
Advertisement
Baca Juga
Seperti dilansir dari www.timeanddate.com, sekitar tahun 1947 di India, Provinsi Bengali dibagi menurut agama mayoritas penduduknya. Bagian barat menjadi bagian dari India dan bagian timur menjadi sebuah provinsi Pakistan yang dikenal sebagai Bengali Timur, yang kemudian dikenal sebagai Pakistan Timur. Namun ternyata, ada gesekan ekonomi, budaya, dan bahasa antara Pakistan Timur dan Barat.
Ketegangan ini tampak jelas pada 1948 ketika pemerintah Pakistan menyatakan bahwa bahasa Urdu adalah satu-satunya bahasa nasional. Kebijakan politik bahasa ini dianggap meminggirkan bahasa Bengali. Hal ini memicu protes di antara mayoritas penutur Bengali di wilayah Bangladesh (Pakistan Timur).
Mereka menuntut pemerintah agar bahasa Bengali disejajarkan dengan bahasa Urdu sebagai bahasa resmi.
Demonstrasi Berdarah
Namun, keinginan masyarakat Bangladesh ini terganjal politikus Pakistan Barat karena dianggap sebagai penentangan nasionalisme Pakistan. Jalan demonstrasi pun dipilih masyarakat, meski pemerintah melarangnya.
Pada 21 Februari 1952, para siswa di Universitas Dhaka dan aktivis lainnya menggelar demonstrasi. Unjuk rasa kemudian berjalan ricuh. Polisi menembaki demonstran dan menewaskan empat mahasiswa.
Peristiwa ini justru membuat masyarakat Bangladesh semakin marah dan ketegangan politik makin menjadi. Pada akhirnya, pemerintah Pakistan mengakomodasi tuntutan masyarakat Bangladesh dengan menetapkan bahasa Bengali sebagai bahasa resmi sejajar dengan bahasa Urdu.
Tewasnya para mahasiswa dalam memperjuangkan hak untuk menggunakan bahasa ibu mereka sekarang diingat sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.
Namun, perjuangan tak berhenti di situ. Usai 1952, pergerakan bahasa di Bangladesh menjadi "benih" perpecahan negara Pakistan. Meski keinginan menjadikan bahasa Bengali sebagai bahasa nasional sudah dipenuhi, masyarakat Bangladesh bertekad memerdekakan diri dari negara Pakistan.
Karena itulah, pada 1971, rakyat Bangladesh mendirikan negara sendiri yang terpisah dari negara Pakistan. Mereka mengukuhkan bahasa Bengali sebagai bahasa resmi Bangladesh.Â
Â
Â
Advertisement
Shaheed Minar
Sekarang, di Kota Dhaka, Bangladesh, dibangun Shaheed Minar atau Monumen Martir. Monumen ini dibangun untuk memberikan penghormatan dan mengenang perjuangan masyarakat Bangladesh dan para mahasiswa yang tewas menyejajarkan bahasanya pada 21 Februari 1952.
Ada tiga versi monumen Shaheed Minar. Versi pertama dibangun pada 22-23 Februari 1952. Namun, polisi dan tentara menghancurkannya dalam beberapa hari. Konstruksi versi kedua dimulai pada November 1957. Namun, pemberlakuan darurat militer menghentikan pekerjaan konstruksi. Monumen itu pun hancur selama Perang Pembebasan Bangladesh pada 1971.
Versi ketiga dari Shaheed Minar dibangun dengan rencana serupa sebagai versi kedua. Terdiri dari empat bingkai marmer berdiri dan bingkai marmer ganda yang lebih besar dengan bagian atas yang miring. Bingkainya terbuat dari marmer dan berdiri di atas panggung, yang tingginya sekitar empat meter (14 kaki) di atas tanah.
Keempat frame tersebut mewakili keempat pria yang meninggal pada 21 Februari 1952, dan bingkai ganda mewakili ibu dan negara mereka.
Tak hanya di Bangladesh, replika dari Shaheed Minar juga dibangun di beberapa negara di mana orang-orang dari Bangladesh menetap, seperti Inggris dan Australia.