Fadli Zon Tantang Kader PSI Diskusi soal Kicauannya di Medsos

Kicauan Fadli Zon sempat memancing kontroversi. Banyak kalangan menanggapinya.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 02 Apr 2018, 19:45 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2018, 19:45 WIB
Fadli Zon: Pemerintah Jangan Abaikan Hak Masyarakat Kendeng
Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon prihatin dengan aksi cor kaki jilid kedua yang dilakukan oleh sejumlah petani dari Pegunungan Kendeng.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR Fadli Zon, menanggapi kecaman Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terhadap kicauannya di akun media sosial Twitter. Ia menegaskan siap memberikan penjelasan. Bahkan, Fadli mengajak kader PSI berdiskusi.

"Jadi kalau butuh penjelasan saya ajak diskusi. Tapi satu rombongan," ucap Fadli di Gedung MK, Jakarta, Senin (2/4/2018).

Sebelumnya, PSI mempersoalkan pernyataan Fadli yang menyebut, "Indonesia membutuhkan pemimpin seperti Vladimir Putin dan bukan pemimpin yang banyak ngutang, enggak planga-plongo".

Fadli meminta kader PSI membaca baik-baik apa yang disampaikan di Twitter. Dengan begitu, menurut dia, maksud pesannnya dapat dimengerti.

"Belajar dulu bahasa Indonesia. Lihat Twitter saya dengan baik, baca. Yang saya maksud seperti apa," pungkas Fadli.

Lukai Rakyat

Fadli Zon
Saat ini isu seputar sistem pemilu masih menjadi perdebatan hangat di Pansus Pemilu DPR RI

Ketua DPP PSI Tsamara Amany mengatakan, pihaknya menganggap kicauan itu melukai hati rakyat Indonesia yang mendukung Jokowi. Menurut dia, sejumlah lembaga survei juga menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Indonesia menyatakan puas dengan kinerja Jokowi.

"Menggambarkan Presiden yang didukung mayoritas rakyat sebagai ‘planga-plongo’ pada dasarnya adalah penghinaan yang sama sekali tidak pantas," kata Tsamara kepada wartawan, Jumat (30/3/2018).

Tsamara berujar, Fadli Zon selayaknya menyadari bahwa Vladimir Putin bukanlah tipe pemimpin yang populer di negara-negara demokrasi. Dia pun merujuk pada penelitian Gallup International 2017 yang menilai Putin tak cocok memimpin di negara demokrasi.

"Popularitas Putin, terutama hanya tinggi di negara Rusia dan negara-negara eks-komunis, negara komunis seperti Vietnam, serta negara-negara yang masih belajar berdemokrasi. Di negara-negara demokratis, popularitas Putin sangat rendah. Putin dikenal di dunia demokratis sebagai pemimpin diktator, fasis dan membiarkan korupsi terorganisasi," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya