Teman Sekolah Ungkap Alasan Pelaku Bom Surabaya Libatkan Anak Kandungnya

Pelaku bom bunuh diri di gereja Surabaya merupakan satu keluarga yang melibatkan pasangan suami-istri dan anak-anaknya.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Mei 2018, 07:45 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2018, 07:45 WIB
Pasca-Ledakan Bom di Gereja Santa Maria
Keluarga Pengebom Bunuh Diri 3 Gereja di Surabaya

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada Minggu, 13 Mei lalu, menyita perhatian masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Masyarakat pun mengutuk peristiwa yang menewaskan belasan orang itu.

Pelaku bom bunuh diri itu merupakan satu keluarga yang melibatkan pasangan suami-istri dan anak-anaknya.

Masyarakat menganggap pelibatan anak-anak sebagai pelaku bom bunuh diri tak bisa diterima akal sehat. Sangat tidak masuk akal karena seorang ayah dan ibu tega menghancurkan anaknya dengan bom.

Namun menurut Ahmad Faiz Zainuddin, tak mengherankan bila Dita Oeprianto, pelaku bom gereja di Surabaya, mengajak anak-anaknya menjadi "pengantin" bom bunuh diri.

Dita, kata Faiz yang merupakan adik kelas Dita di SMA 5 Surabaya, telah terdoktrinasi bahwa bom bunuh diri termasuk jihad dan imbalannya surga.

"Jadi, ini bukan tidak masuk akal," ujar Faiz dalam diskusi di The Wahid Institute, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (15/5/2018).

Dita dan Faiz sempat berada dalam satu grup pengajian. Faiz pun menceritakan pengalamannya bersama Dita saat mengikuti pengajian yang mengajak pada gerakan radikalisme.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Masuk Surga Sendirian

Pasca-Ledakan Bom di Gereja Santa Maria
Puing-puing terlihat di halaman Gereja Santa Maria pascaledakan bom, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5). Dua orang tewas dan 13 orang menderita luka akibat ledakan di Gereja Santa Maria. (AP/Trisnadi)

Menurut Faiz, karena telah terdoktrin, tidak mungkin Dita meninggalkan anak-anaknya dan masuk surga sendirian.

"Dia pasti tak mau masuk surga sendirian. Nanti bagaimana anak-anaknya kalau ditinggal sendirian di dunia yang sudah dianggap kejam ini. Kemudian anak-anaknya akan dicap sebagai anak teroris," kata dia.

Faiz menceritakan, dulu ia sering mengikuti berbagai kajian agama, mulai dari yang pahamnya fundamental, radikal, sampai liberal.

Saat satu pengajian dengan Dita, Faiz merasa tidak betah dan memilih keluar. Meski demikian, dia mengaku tetap memantau perkembangan teman-temannya.

Saat mengetahui pelaku bom bunuh diri di Surabaya adalah Dita, Faiz mengaku terkejut. Itulah yang mendasari dia membuat tulisan tentang temannya itu di Facebook yang kemudian menjadi viral.

Menurut dia, paham radikal tak serta-merta melahirkan gerakan terorisme, tapi dampaknya bisa muncul puluhan tahun kemudian, sebagaimana yang dialami kakak kelasnya itu.

Reporter: Hari Ariyanti

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya