Liputan6.com, Jakarta - Baru beberapa hari Ali Mochtar Ngabalin ditunjuk sebagai Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP), tapi berbagai aksi sudah dia lakukan untuk membela Presiden Jokowi.
Padahal sebelumnya, Ali Mochtar Ngabalin berada di barisan yang kerap mengkritik pemerintah. Bahkan dia sempat aktif dalam aksi 212 pada Desember 2016. Aksi itu adalah unjuk rasa besar-besaran terhadap Gubernur DKI Jakarta kala itu, Basuki Tjahaja Purnama.
Berikut beberapa aksi Ali Mochtar Ngabalin yang kini keras bela Jokowi.
Advertisement
1. Peringatkan Amien Rais
Ali Mochtar Ngabalin pernah meminta politikus senior PAN, Amien Rais, menjaga ucapannya tentang Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Menurut Ngabalin, sebagai seorang tokoh, seharusnya Amien Rais tidak melontarkan fitnah dan pernyataan yang terkesan mengadu domba rakyat, meski berbeda pilihan politik.
"Jangan, jaga lisanmu sebagai tokoh," kata Ngabalin di gedung Bina Graha, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/5/2018).
Ngabalin berpendapat, Amien Rais sepatutnya juga tidak menghakimi seseorang layaknya Tuhan. Apalagi, ujar dia, Amien mengatakan Jokowi akan dilengserkan Allah pada 2019.
"Allah itu putusannya adalah gaib. Tidak ada orang Indonesia menentukan kegaibannya. Man jadda wa jadda, siapa berusaha dia dapat. Nanti Allah yang mengubah nasib suatu kaum kalau kaum mau berubah. Jangan Anda bertindak seperti Allah kemudian menurunkan takdir berbuat semaumu," ucap politikus Partai Golkar ini.
Diberitakan, Amien Rais mengatakan bahwa Jokowi akan dilengserkan oleh Allah sebagai presiden. Hal itu diungkapkan ketika berpidato di acara Rapat Koordinasi Nasional Persaudaraan Alumni 212 di Aula Sarbini, Taman Bunga Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, pada Selasa, 29 Mei 2018.
Amien menyebutkan banyak kekeliruan langkah yang sudah dilakukan Jokowi hingga menciptakan blunder.
Advertisement
2. Lagu 2019 Ganti Presiden
Beberapa waktu lalu sempat ramai adanya tagar 2019 ganti presiden. Para relawan Jokowi pun membuat tagar balasan dengan berbagai kalimat yang tetap mendukung Jokowi. Setelah itu rupaya kalimat 2019 ganti presiden juga dibuat judul lagu. Inti dari lirik lagu tersebut sebagian rakyat ingin ganti presiden karena selama ini mengalami kesulitan, terlebih pada ekonomi.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai jika lagu tersebut sangat bagus. Menurutnya lagu 2019 ganti presiden merefleksikan kenyataan rakyat sehari-hari. "Permintaannya juga 2019 ganti preisden itu konstitusional bagian dari hak berpenadapat yang dijamin konstitusi kita. Saya merasakan lagu itu memang luar biasa, saya rasa lagu ini harus dinyanyikan kayak 'We Are the World'," katanya.
Ngabalin menanggapi lirik lagu 2019 ganti presiden yang disebut Fadli Zon bagus. Menurutnya lirik lagu akan jauh lebih bagus bila diikuti oleh latar-latar yang bisa memberikan inspirasi kepada rakyat.
Di mana dia menilai pada lagu tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Menurutnya, lirik tersebut penuh fitnah dan membuat sebagian rakyat sakit hati.
"Jokowi itu kan tiga tahun mau masuk 4 tahun tinggal 1 tahun. Kalau Anda merasakan kelaparan, kesulitan, seperti apa gambarannya? Emang dia baru datang melakukan suatu tindakan kebijakan yang bisa merugikan rakyat?"
3. Debat soal BPIP
Beberapa waktu lalu, publik dikejutkan dengan gaji pengurus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang tembus di atas Rp 100 juta. Hal ini dipermasalahkan oleh beberapa kalangan.
Meski begitu politikus PKS Mardani Ali Sera mengatakan terlepas dari persoalan gaji, kehadiran BPIP cukup bagus. Namun dia menilai selama ini permasalahan ada di Presiden Jokowi. Di mana Jokowi melihat masalah tidak pada fundamentalnya melainkan hanya pada permukaannya.
"Mestinya presiden beresin bagaimana ekonomi koperasi kita. BPIP bagus, problemnya bagaimana pengelolaan negara. Karena kalau seperti itu terus, 2019 ganti presiden," katanya.
Mendengar pernyataan politikus PKS, Mardani Ali Sera, Ngabalin dengan lantang mengatakan jika selama ini Jokowi menjalankan tugasnya sebagai presiden. Meskipun banyak pihak yang mengkritik dan menyerang, kata Ngabalin, Jokowi tetap fokus melayani rakyat.
"Presiden sedang melaksanakan tugas mulia, karena itu mulai dari tuduhan mulai dari pelanggaran dan tidak keberpihakan kepada rakyat semuanya hampir tidak terdengar. Istana dan presiden sedang sibuk dan fokus dengan pekerjaannya dalam rangka melayani rakyat," katanya.
Advertisement