Gede Beratha dan Sejarah Panjang Balawista

Untuk melindungi dan menolong para wisatawan yang bisa saja terseret ombak, Gede Beratha membentuk Badan Penyelamat Wisata Tirta atau Balawista, 40 tahun lalu.

oleh Liputan6 diperbarui 08 Jan 2012, 12:35 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2012, 12:35 WIB
120108bsosok-balawista.jpg
Liputan6.com, Denpasar: Keindahan pantai dan laut di Pulau Bali telah menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Berbagai aktivitas bisa dilakukan di pantai-pantai yang indah itu, seperti berenang, jetski, atau berselancar di tengah gulungan ombak. Di tengah kesenangan menikmati aktivitas itu, soal keamanan bagi wisatawan ternyata juga menjadi prioritas.

Untuk melindungi dan menolong para wisatawan yang bisa saja terseret ombak, personel Badan Penyelamat Wisata Tirta atau Balawista pun siap diturunkan. Satuan penyelamat ini dibentuk oleh Gede Beratha, seorang wiraswatawan, pada 28 Oktober 1972, setelah bertemu Ketua Organisasi Penyelamat Pantai Australia, Kevin Weldon.

Pertemuan itu klop dengan apa yang dilihat Gede Beratha di pantai-pantai yang ada di Bali. "Cikal bakal berdirinya Balawista memang karena banyak kejadian di pantai, seperti wisatawan yang tenggelam," jelasnya. Pada awalnya, sebanyak 70-an pemuda dikumpulkan untuk kemudian dilatih sebagai penyelamat pantai dan semuanya sukarelawan.

Sejak muda hingga menginjak usia 73 tahun, Gede Beratha tetap semangat untuk mengembangkan Balawista ke sejumlah pantai di Tanah Air, mulai dari Aceh hingga Papua. Bahkan, Balawista membuatnya meninggalkan keluarga. "Istri saya terabaikan, karena saya sering mengutamakan tugas di pantai untuk mencari orang tenggelam," ujarnya.

Dalam menjalankan tugas kemanusiaan ini, personel Balawista kerap menghadapi para wisatawan yang nakal, yang tidak mau mengindahkan peraturan. Dijelaskan Beratha, seringkali dirinya bertengkar dengan wisatawan karena tidak patuh dengan aturan. "Misalnya mandi di tempat berbahaya, dengan dalih bahwa pantai tempat mereka berenang adalah pantai umum, jadi tak bisa dilarang," jelas Beratha.

Hingga kini Beratha terus melatih anggota Balawista sampai meraih sertifikat penyelamat pantai kelas dunia, seperti di Australia, Jerman, atau Amerika Serikat. Saat ini ratusan Balawista siaga di sejumlah pantai di Bali. Tak terhitung pula jumlah nyawa yang telah diselamatkan. Bagi Gede Beratha, menjadi Balawista bukan sekadar profesi, melainkan tugas kemanusiaan yang tidak bisa diukur dengan materi atau penghargaan.(ADO)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya