BNPB Dorong Mitigasi Bencana Lewat Aplikasi inaRISK

BMKG menjelaskan, semua data terkait kebencanaan masuk dalam inaRISK.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 31 Jan 2019, 19:43 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2019, 19:43 WIB
Gunung Agung
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho memberi keterangan terkait erupsi Gunung Agung, Jakarta, Senin (27/11). Tingkat erupsi Gunung Agung saat ini meningkat dari fase freatik ke magmatik. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB, Sutopo Purwo Nugroho memperkirakan, akan terjadi sekitar 2.500 bencana alam di Indonesia pada tahun 2019.

“Jadi 2019 itu saya sudah katakan diprediksi ada lebih 2.500 kejadian bencana yang ada di Indonesia, baik kecil maupun besar. Itu berdasarkan data history yang ada. Karena tren kejadian bencana meningkat signifikan,” ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Karena itu, Deputi 1 Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Bernadus Wisnu Widjaja mengimbau, pemahaman karakteristik bencana menjadi penting bagi masyarakat.

“Dan ini tugas kita bersama untuk mengedukasi, yang simpel saja,” tukas Wisnu.

Ia pun mendorong masyarakat untuk memanfaatkan aplikasi inaRISK guna mengetahui kemungkinan bencana yang ada di daerahnya masing-masing.

“Jadi semua data terkait kebencanaan masuk ke inaRISK. Ini menjadi tujuan kita membuat early warning. Jadi data dari BMKG saat ini sudah server to server. Jadi apa pun yang diubah oleh BMKG langsung masuk ke kami di early warning (inaRISK), inaRisk mudah dibawa ke mana-mana,” jelas Wisnu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Diperbarui Setiap 3 Jam

Sutopo BNPB Jelaskan Penanganan Darurat Longsor Sukabumi
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho memberikan keterangan pers di Kantor BNPB, Jakarta, Rabu (2/1). Tim SAR masih melakukan pencarian korban dengan cara manual. (Liputan6.com/JohanTallo)

Ia mengatakan, aplikasi ini pun diperbarui setiap 3 jam dan sudah terdapat 10 macam bencana yang disatukan.

Ke depannya, peta yang ada dalam aplikasi ini juga akan diintegrasikan dengan jumlah sekolah dan rumah yang ada. Sehingga ketika terjadi bencana akan mudah bagi BNPB untuk mengambil keputusan.

“Saya kira ini konsep industri 4.0, semua bisa akses. Kita tahu daerah mana yang rawan banjir dan mana yang rawan longsor. Dimana Anda buka aplikasi inaRISK, dapat tahu ancaman bencana di lokasi itu. Jadi jangan khawatir, sistem ini berintegrasi,” tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya