Merajut Silaturahmi Saat Idul Fitri Ala Jokowi

Merayakan Idul Fitri 2017 adalah kali pertama Presiden Jokowi melangsungkan halalbihalal di Istana Negara.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jun 2019, 14:06 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2019, 14:06 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang menggelar open house di Istana Negara, Rabu (6/5/2019)
Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang menggelar open house di Istana Negara, keluar untuk berfoto bersama warga, Rabu (6/5/2019) (Liputan6/Lizsa Egeham)

Liputan6.com, Jakarta - Selama tiga tahun berturut-turut Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyelenggarakan open house atau halalbihalal di Istana Kepresidenan. Tidak hanya terbuka bagi kalangan pejabat, namun juga rakyat biasa. 

Pada Hari Raya Idul Fitri 2017, Jokowi menggelar halalbihalal di Istana Negara. Pada 2018, halalbihahal dilangsungkan di Istana Bogor, sedangkan pada tahun ini kembali dilaksanakan d Istana Negara.

Halalbihalal 2017 adalah pertama kalinya Presiden Jokowi melangsungkan halalbihalal di Istana Negara. Karena pada Hari Raya Idul Fitri 2015, mantan Wali Kota Solo ini merayakannya di Banda Aceh. Sedangkan pada 2016 dilangsungkan di Padang, Sumatera Barat.

Selain Jokowi dan Ibu Negara Iriana, pada halalbihalal 2017, Presiden juga didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ibu Mufidah Kalla untuk menyambut para tamu. Saat itu masyarakat yang datang tidak terlalu banyak dan lebih di dominasi oleh pejabat negara hingga duta besar negara-negara sahabat.

Pada 2018, masyarakat yang datang di Istana Kepresidenan Bogor terlihat lebih antusias. 

Ketika itu, tamu yang cukup menciptakan kehebohan adalah Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Keduanya sempat diteriaki masyarakat. Mendengar sorakan itu, Anies dan Sandi hanya tersenyum dan bahkan menyalami beberapa warga yang berteriak sehingga suasana mencair dan malah saling bertukar tawa.

Dan pada 2019, halalbihalal di Istana Negara kembali digelar Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana. Jumlah masyarakat yang hadir membeludak, pada Selasa, 5 Juni kemarin. Mereka awalnya di Jalan Silang Monas Barat Laut, yang berlokasi tepat di depan Istana Merdeka.

Sementara itu, Sekretariat Kepresidenan mengungkap bahwa pihaknya telah menyediakan tenda dan panggung serta makanan ringan untuk warga. 

Masih banyaknya jumlah warga yang mengantre di halaman Istana membuat Jokowi mendatangi setiap tenda yang masih dipenuhi warga. Pertama adalah tenda di depan Istana Negara, di mana ada sekitar 200 warga. Selanjutnya tenda di depan Gedung Sekretariat Negara yang bisa menampung sekitar 400 warga. 

Sekitar 20 menit bersalaman dengan warga di tenda kedua, Presiden yang terus dijaga oleh Paspampres mendatangi tenda di sisi Barat Laut Monas menggunakan mobil golf. Di lokasi itu telah ada sekitar 2000 warga juga sudah menantikan Presiden Jokowi. 

"Pertama tama saya ingin mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin. Minal aidzin walfaidzin, saya mohon maaf karena yang di istana yang ngantre juga masih banyak, yang di sini jauh lebih banyak sehingga saya lebih baik datang ke sini, benar?, " kata Presiden Jokowi dari atas panggung.

Massa pun makin merengsek ke atas panggung.

"Karena sebentar lagi saya juga harus pulang kampung. Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar besarnya kepada bapak ibu yang sudah rela datang ke sini dan sekali lagi mohon maaf saya tidak bisa datang satu per satu," tambah Jokowi pada saat itu. 

Warga pun menyambut pernyataan Presiden dengan tepuk tangan dan teriakan.

"Ya begini saja, fotonya bareng-bareng saja saya ke situ. Itu yang bisa saya sampaikan, terima kasih," ucapnya seperti dikutip Antara

Setelah turun dari panggung, Presiden yang menaiki mobil golf masih terus dikejar warga yang memintanya untuk bersalaman. Sehingga jarak tenda di depan Monas yang hanya sekitar 400 meter tersebut harus ditempuh dalam waktu setengah jam karena mobil golf tersebut terus dihentikan massa.

Sementara itu, Nining (52) salah satu warga mengaku memang sengaja datang ke Monas untuk bersilaturahim dengan Presiden.

"Ini niat, kemarin ke GBK (Gelora Bung Karno), sekarang ke sini ketemu Pak Jokowi. Biasanya lihat di 'handphone', katanya Lebaran dibuka, ya saya ngejar. Saya datang dari pukul 08.00 WIB," kata Nining.

Antuasiasme yang sama juga ditunjukkan Diana (39). Dia mengaku sudah datang sejak pukul 08.00 WIB. 

"Tapi enggak bisa masuk Istana padahal sudah mengantre. Tapi ternyata enggak boleh lagi ke Istana. Makanya saya ngejar-ngejar Pak Presiden," kata Nining yang berkejaran dengan pihak keamanan di depan Istana Merdeka.

"Ya saya ini nerobos saja. Pokoknya sudah enggak tahu bagaimanalah, saya sudah salaman dengan Pak Presiden. Sudah puas. Terima kasih," cerita Nining. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Menyambung Relasi

Seorang warga sujud saat bersamalan dengan Jokowi dan Iriana
Seorang warga sujud saat bersamalan dengan Jokowi dan Iriana (Liputan6/Lizsa Egeham)

Tidak hanya masyarakat yang ingin bersilaturahim dengan Presiden, sejumlah pejabat negara juga mengakui bahwa momen Lebaran adalah saat yang pas untuk menyambung relasi yang tadinya berjarak karena perbedaan pilihan politik.

"Ya momentum lebaran ini harus dijadikan momentum menurunkan tensi politik, merajut kembali komunikasi. Hari Raya harus dijadikan momentum politik juga dalam arti menurunkan tensi, merajut kembali hubungan yang sempat retak, utamakan kepentingan bangsa," tutur Ketua DPR Bambang Soesatyo seusai bersalaman dengan Presiden Jokowi.

Sedangkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa Idul Fitri sejatinya menjadi momen saat manusia yang sudah terlatih mengendalikan hawa nafsu kembali ke jati diri kemanusiaannya.

"Sehingga selalu dalam tradisi masyarakat Indonesia saling memaafkan menjadi sesuatu yang lebih dikedepankan agar kita betul-betul suci kembali, bersih lagi tidak hanya di mata Tuhan tapi juga yang tidak kalah penting di mata sesama kita," imbuh Lukman Hakim.

Sedangkan wakil presiden terpilih KH Ma'ruf Amin yang juga ikut bersilaturahim di Istana Negara mengatakan bahwa Idul Fitri adalah saling memaafkan dan menjalin keutuhan bangsa.

"Pertama saya kira adalah kita syukuri hari yang bahagia ini. Kita bangun keutuhan persaudaraan, saling memaafkan, lupakan masa lalu, tidak ada perbedaan-perbedaan. Kita jalin keutuhan bangsa. Kita rajut ke depan, kita bangun Indonesia," kata Ma'ruf Amin yang datang bersama dengan istri dan anak-anaknya. 

Senada dengan mereka, Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Idul Fitri dapat menjadi momentum untuk rekonsiliasi.

"Tentunya dengan pemilu sudah selesai dan kita kembali harus merajut kebangsaan. Masyarakat ya saling berkomunikasi dan kembali menjalankan aktivitas sehari-hari, kita dorong lagi kegiatan-kegiatan positif pembangunan ke depan," kata Airlangga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya