Novel Baswedan: Saya Melihat Banyak Keanehan dari Awal Persidangan

Novel Baswedan mencoba berpikir positif, bahwa hal tersebut dikarenakan fakta-fakta yang ada belum diketahui seluruhnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jun 2020, 02:07 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2020, 02:07 WIB
WP KPK Silaturahmi Idul Fitri ke Rumah Novel Baswedan
Penyidik KPK Novel Baswedan saat memberi keterangan pers di sela silaturahmi dengan WP KPK di kediamannya di Kelapa Gading, Jakarta, Minggu (17/6). Silaturahmi digelar dalam rangka Idul Fitri. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengungkapkan sejumlah kejanggalan yang dia temukan dalam proses hukum kasusnya. Menurut dia ada sejumlah keanehan yang dapat dilihat dalam proses yang seharusnya berjalan obyektif tersebut.

"Ketika proses ini berjalan, persidangan, diawali dengan dakwaan saya melihat keanehan sudah mulai banyak. pertama disampaikan seolah-olah airnya itu air Aki, seolah-olah pelakunya hanya dua orang, seolah-olah tidak ada waktu sehari dua sebelumnya ada melakukan pengamatan dan lain-lain," kata dia, dalam webinar, Selasa (16/6/2020).

Menyaksikan hal tersebut, Novel mencoba berpikir positif, bahwa hal tersebut dikarenakan fakta-fakta yang ada belum diketahui seluruhnya. Karena itu, dia kemudian mencoba untuk memberikan bukti-bukti yang dia miliki.

"Ketika itu baru dakwaan saya masih berpikir positif jangan-jangan memang faktanya tidak diketahui. sehingga ketika saya memberikan keterangan saya membawa bukti-bukti sendiri, saya membawa fakta-fakta yang lengkap," ujar dia.

Kejanggalan dalam proses persidangan dirinya makin kentara ketika saksi-saksi kunci tidak diperiksa. "Ternyata saksi-saksi kunci tidak diperiksa di pengadilan, ternyata saksi-saksi kunci tidak masuk dalam berkas perkara."

Menurut dia, ada sejumlah pihak yang merupakan saksi kunci dalam kasus. Mereka itulah yang mengetahui serangan yang dia terima. Mulai dari tahap perencanaan hingga eksekusi.

"Sebelum saya diserang, tetangga di depan rumah saya itu mengamati ada beberapa kendaraan yang beberapa hari intens melakukan pengamatan ke rumah saya. Beberapa di antaranya turut mengambil gambar dan melakukan pengamatan dengan terang. Saksi mengamati dan mengetahui itu semua tidak diperiksa," terang dia.

Beberapa hari sebelum serangan dilancarkan, lanjut Novel, orang diyakini sebagai pelaku sempat melakukan pengamatan di lapangan. Pengamatan dilakukan setiap waktu subuh. "Setidaknya mulai dari H-2. setiap pengamatan selesai dilakukan, pelaku ini datang ke suatu warung, pesan minum, mungkin ada rokok, di sana. Orang ini melihat langsung pelakunya. Tapi tidak diperiksa," ujar Novel Baswedan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Saksi Kunci Tidak Diperiksa

Selain itu, ada juga tetangganya yang bisa memberikan banyak informasi perihal serangan yang dia terima juga tidak diperiksa. "Termasuk juga bertemu atau bertatap muka langsung dengan pelaku, (pada) H-1 yang menolong saya ke rumah sakit, tidak diperiksa. dan beberapa saksi penting lain," paparnya.

"Lalu kalau semua saksi-saksi itu tidak diperiksa, maunya apa. Apakah dengan itu untuk menguatkan pelakunya hanya dua orang. Ini berbahaya," imbuhnya.

Selain tidak diperiksanya para saksi kunci, kejanggalan lain yang ditemukan Novel, yakni adanya bukti yang tidak dimasukkan ke dalam berkas perkara. Tak hanya itu, ada juga bukti penting dalam kasusnya yang diubah.

"Ternyata ada beberapa bukti yang tidak dimasukkan di dalam perkara. Tidak diperiksa di persidangan dan ada bukti yang penting, berubah. Contohnya baju saya yang saya gunakan di bagian depannya digunting. Hilang. Ketika faktanya seperti itu, bahkan saya berpikir jangan-jangan ada upaya untuk mengubah atau menutupi sesuatu," tandasnya.

Reporter: Wilfridus

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya