Kala Pandemi Corona Covid-19 Jadikan Sepeda Primadona

Restorasi sepeda mini menjadi minion merupakan yang banyak dipilih pelanggan.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jul 2020, 07:54 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2020, 06:48 WIB
FOTO: Bersepeda, Olahraga yang Kian Tren di Tengah Pandemi COVID-19
Warga berolahraga sepeda santai di trotoar yang dilengkapi jalur sepeda di kawasan Danau Sunter, Jakarta, Selasa (23/6/2020). Di masa pandemi COVID-19, berolahraga sepeda mulai digemari dan menjadi tren masyarakat beberapa kota besar di Indonesia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Sudah dua tahun Momo menerima jasa mengecat dan merakit sepeda. Namun, selama dua bulan belakangan ini pada Mei dan Juni, ia merasa kewalahan.

Ruang depan sampai ruang belakang bengkel miliknya Momo Virus Paint (MVP) di Desa Ledug, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dipadati oleh rangka-rangka besi sepeda. Sepeda-sepeda itu menunggu antrean untuk dijamah.

"Lima rangka sepeda itu baru selesai saya cat," kata Momo sembari mengarahkan jari telunjuknya ke atas lemari kayu.

Momo bercerita, hampir setiap hari menerima tiga sampai enam sepeda ataupun rangka sepeda. Jasa yang seringkali diterimanya adalah restorasi sepeda mini menjadi minion.

"Sepeda mungil yang khas dengan frame lengkung atau letter U memang tengah digandrungi oleh banyak kalangan," ujar Momo.

Biasanya, frame lengkung itu diminta agar dicat dengan warna-warna cerah. Selain itu, bagian-bagian sepeda diperbaharui seperti misalnya group set gigi mulai dari tuas rem, tuas pemindah gigi sampai pemindah rantai.

"Perakitan lengkap, sebab panjangnya antrean, membutuhkan waktu dua pekan. Kalau hanya cat rangka saja, kurang lebih 3 hari selesai," kata Momo.

"Rangka sepeda itu sudah dua bulan di sini. Pemiliknya belum dapat suku cadang yang cocok karena mulai langka di pasaran," lanjut Momo sembari menunjuk salah satu rangka sepeda yang tergeletak di lantai.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Suku Cadang

FOTO: Sepeda Bambu Buatan Indonesia Tembus Pasar Asia
Perajin menyelesaikan perakitan sepeda bambu Jatnika di Workshop Perajin Bambu Indonesia, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Minggu (5/7/2020). Harga sepeda bambu Jatnika tergantung jenis serta tingkat kerumitan pembuatan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Padatnya antrean memaksa Momo untuk mengubah pola pemberian jasa. Dulu, dirinya bersedia membantu pelanggan mencari suku cadang.

Akan tetapi, kini Momo menyarankan pelanggannya untuk mencari suku cadang sendiri. Pasalnya, kata dia, harga suku cadang cepat berubah seiring maraknya pembelian sepeda.

"Harga suku cadang enggak stabil. Stok juga sering kosong. Saya enggak mau risiko dengan pelanggan," jelas Momo.

Amrizal, mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman yang jadi salah satu pelanggan Momo, memahami lamanya pengerjaan perakitan itu. Ia pun mesti bersabar selama 2 bulan untuk merakit sepeda minion.

Amrizal bercerita mesti berburu suku cadang dari satu toko ke toko lain di perkotaan Purwokerto. Bahkan, ia mesti menyisir toko-toko daring. Satu bulan lebih, perburuannya selesai.

Kisah perburuan ini berawal dari rangka bekas sepeda mini merek Phoenix yang ia dapatkan seharga Rp 250 ribu di layanan jejaring sosial.

Amrizal pun memulai merancang minion yang diidamkan. Rangka yang telah pudar itu dicat ulang. Suku cadang dilengkapi satu demi satu. Tak terasa, biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 4,5 juta.

"Baru saya pakai dua kali sepeda ini, dari rumah ke bengkel. Kesulitannya memang cari suku cadangnya. Tapi lucu juga, saya baru beli ban Rp 250 ribu. Langsung ada yang nawar Rp 500 ribu. Tapi saya enggak mau jual lagi karena susah dapatnya," kata Amrizal.

Bersepeda, bagi Amrizal sudah menjadi bagian kegemaran di lingkungan keluarganya. Sejak sekolah menengah pertama, ia akrab dengan sepeda.

Untuk ketertarikannya pada sepeda minion memang baru. Tak dipungkiri, keputusannya merakit sepeda minion karena kerap melihat foto-foto di aplikasi berbagi foto dan video.

Bentuk minion yang mungil, memantik Amrizal ingin memiliki sepeda mini ini. Tapi, ia ingin sepedanya agak berbeda dengan tampilan minion lain yang cenderung cerah. Amrizal justru memilih warna cenderung gelap untuk frame sepedanya.

"Saya sendiri malah belum foto dengan sepeda ini," kata Amrizal.

 

Solusi Kejenuhan

PSBB Masa Transisi, CFD Jakarta Ditiadakan
Warga berolahraga menggunakan sepeda di Bunderan HI Jakarta, Minggu (7/6/2020). Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) masih belom diberlakukan, sampai dengan waktu yang belum ditentukan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Di Kabupaten Banyumas, sebagaimana juga di sejumlah daerah lain, bersepeda memang tengah digemari warga sebagai aktivitas olahraga luar ruang sejak masa kenormalan baru pandemi Covid-19.

Tak sulit menemui orang-orang dewasa sampai anak-anak mengayuh sepeda di jalanan permukiman maupun pinggiran jalan raya. Baik itu pagi, siang, sore atau malam hari.

Firdany, penghobi sepeda yang akrab disapa Cungkring, gemar memodifikasi sepeda mini. Empat sepeda mini bekas yang ia restorasi jadi minion telah terjual di kisaran harga masing-masing Rp 3 juta.

Menurutnya, sepeda minion digemari karena menuntut kreatifitas modifikasi yang unik serta estetik. Tantangannya, restorasi dan modifikasi tanpa mengorbankan nilai fungsi sepeda.

"Modifikasinya juga bisa dengan biaya rendah. Misalnya dengan menyisihkan uang Rp1 juta sudah bisa jadi minion. Jadi wajar saja jika saat ini paling digemari. Karena beli sepeda baru, dengan model yang cocok, harganya bisa lebih dari Rp 1 juta," kata Firdany saat ditemui di kediamannya di Purwokerto Utara.

Dany punya pendapat, maraknya kegemaran bersepeda karena olahraga luar ruang ini adalah aktivitas yang menjawab kejenuhan setelah sekian lama mesti berada dalam rumah akibat pandemi Covid-19.

Bersepeda di satu sisi jadi ajang rekreasi bersama keluarga atau kawan terdekat. Disisi lain juga aktivitas yang terkesan berkaitan dengan menjaga kebugaran.

"Meski akhir-akhir ini, terasa juga bersepeda itu jadi ajang panjat sosial di media sosial. Sulit jadinya membedakan bersepeda sebagai kebugaran atau citra diri akhir-akhir ini," kata Firdany.

Di aplikasi berbagi pesan foto dan video misalnya, tak sulit menemukan foto seseorang yang berpose bersama sepeda di suatu tempat.

Tak sulit pula, mendapati potongan video yang memperlihatkan aktivitas mengayuh sepeda baik kelompok maupun perorangan.

Bahkan, bersepeda juga seakan jadi kegemaran massal tokoh-tokoh publik baik selebriti, pejabat pemerintah maupun tokoh politik.

"Saya ada teman, yang sulit dapat izin keluar rumah oleh orang tuanya karena pandemi ini. Tapi kalau bersepeda, dia diizinin. Jadi bersepeda menolong dia bisa nongkrong bersama teman-temannya," kata Dany.

 

Reporter : Abdul Aziz

Sumber : Merdeka

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya