Liputan6.com, Jakarta Demi menekan angka penyebaran Covid-19, pemerintah membuat kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk sektor pendidikan. Namun, kebijakan tersebut bukan pekerjaan mudah, perlu adanya kolaborasi antar guru dan murid agar kegiatan belajar mengajar sesuai dengan ketentuan.
Sama halnya yang dilakukan oleh sekolah SMP Lazuardi Al Falah, Depok. Sekolah yang merupakan bagian dari Global Islamic School ini memiliki strategi dan mekanisme pengajaran selama PJJ agar para murid tetap mendapatkan pelajaran dengan baik.
Baca Juga
Kepala sekolah, Irma Nurul Fatimah mengatakan bahwa agar murid tetap fokus belajar selama PJJ, SMP Lazuardi Al Falah menerapkan class time selama 30 menit. Selain itu saat tatap muka online juga tidak sampai 30 menit.
Advertisement
“Jadi jika setiap mata pelajaran dimulai dengan 30 menit tatap muka via online. Selebihnya para murid diimbau untuk independent learning dan pembelajaran pembimbing berkelompok. Dengan begitu, bisa membuat keseimbangan dalam kegiatan belajar mengajar, baik secara online maupun offline,” ujar Kepala sekolah, Irma Nurul Fatimah saat dihubungi Liputan6.com, Senin (3/8/2020).
Irma melanjutkan bahwa SMP Lazuardi Al Falah menerapkan metode Visible Thingking Routine yang bermanfaat agar para murid berpikir kritis.
“Dengan metode tersebut, kami mengajak anak untuk berpikir kritis,” tutur Irma.
Manfaat lainnya ialah bisa membangun mood para murid yang lagi ‘bete’ maupun tak semangat belajar. Nantinya, saat siang hari ditutup dengan metode coaching, yaitu para akan menggali kesulitan siswa dalam pembelajaran.
“Dengan sistem pembelajaran seperti itu bermanfaat pula untuk menjaga rasa bosan anak selama PJJ. Jadi tidak murni akademik melulu, tetap ada porsi agar anak terhindar dari stres dari pelajaran yang mereka kerjakan,” tutur Irma yang merupakan Google Educator Group (GEG) Leader Depok.
Dalam pembelajaran selama PJJ, Irma menuturkan bahwa sekolah SMP Lazuardi Al Falah, Depok mengadopsi kurikulum Cambridge untuk mata pelajaran science, english, dan math. Selebihnya sekolah tersebut mengikuti kurikulum 2013 untuk nasional.
“Dalam kurikulum Cambridge lebih mengedepankan tentang pemahaman dalam belajar. Lebih menganalisa grafik dan lebih banyak menekankan cara berpikir kritis. Ya, order thingking buat anak anak,” tutur Irma.
Walaupun begitu, menurut anggota Educator National Geographic Educator ini sekolah tetap mewajibkan mata pelajaran sesuai dengan Permendikbud Nomor 31 Tahun 2014. Mulai dari pendidikan agama, Pancasila, kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia.
“Kalau di sekolah ini, kami melihat minat bakat murid. Sebagai contoh, mata pelajaran musik di sini dipecah menjadi kurikulum aktivitas. Para murid akan belajar satu semester berbeda-beda, misalnya pada semester satu mereka belajar musik tradisional, lalu semester selanjutnya belajar ansambel, dan seterusnya. Jadi lebih dalam mengenai minat bakat pada murid,” ujar Irma.
Nantinya, saat mengikuti pembelajaran tersebut, lanjut Irma para murid akan diarahkan potensinya agar masuk club, seperti sains sampai IT. Dari situ akan disaring murid yang berbakat untuk mengikut kejuaran.
“Dengan pembelajaran seperti itu, anak akan mengeluarkan potensinya dan bisa diasah. Jadi mereka bisa lebih kreatif, dan memiliki kemampuan daya pikir yang kritis. Banyak sekolah yang mengejar nilai, kalau di sini lebih melihat kalau intelegensi bisa dilihat dari berbagai sisi,” imbuh Irma.
Bantuan untuk masyarakat
Sebelum pandemi, SMP Lazuardi AL Falah kerap membuat kegiatan di luar sekolah, salah satunya memberikan donasi kepada masyarakat yang disebut service learning. Dengan donasi itu, bisa dikolaborasikan dengan mata pelajaran yang ada.
“Tak hanya donasi semata, tetapi kami mengajarkan siswa mulai dari perencaan sampai aksinya. Sebagai contoh, apakah tepat mereka sudah tepat memberikan donasi berupa barang? Maka dari itu diperlukan wawancara sebelum memberikan donasi. Kami menerapkan hal itu kepada anak,” ujar Irma.
Dalam pengumpulan dana donasi, anak murid juga diajarkan untuk mengumpulkan dana sendiri. Biasanya mereka membuat kreatifitas agar bisa dijual dan uang yang terkumpul untuk membantu sesama.
“Karena kami sekolah Global, kami mengajarkan bagaimana menjadi warga dunia yang baik, menjaga keberagaman, dan mengetahui tentang dunia. Jadi, anak berpikir Mulitilevel Perspective,” ujar Irma.
Dengan penerapan pembelajaran seperti itu, Sejak 2013, SMP Lazuardi Al Falah telah melahirkan siswa dan siswa yang berbakat, misalnya pada tahun yang sama, salah satu anak muridnya menang juara satu bahasa Jerman tingkat Nasional. Selain itu, tahun 2014, para muridnya meraih juara dalam kompetisi karya ilmiah di Malaysia.
Mengenai pengajar, lanjut Irma bahwa SMP Lazuardi Al Falah memiliki kriteria tersendiri. Para calon guru harus memiliki passion mengajar anak-anak.
“Kami memiliki kriteria tersendiri dalam memilih guru di sini. Kalau masih ada guru yang beranggapan mengajar anak-anak buat pusing, itu langsung saya coret dan tidak masuk kriteria di sini,” tambah Irma.
Mengenai biaya di sekolah tersebut, Irma mengatakan bahwa per semester di sekolah Lazuardi Al Falah berkisar Rp 5 juta – Rp 8 juta. Hal itu sudah termasuk biaya lain-lain.
“Uang itu sudah termasuk kegiatan lainnya, seperti karya wisata. Selain itu, kami juga memberikan beasiswa bagi murid yang berprestasi. Dengan beasiswa 70-80 persen tetapi terbatas,” tutur Irma.
Hal yang sama juga dilakukan oleh sekolah Al Taqwa College di Hambalang, Kabupaten Bogor. Meski berstatus Sekolah SPK, Al Taqwa College tetap memberikan beasiswa kepada para peserta didiknya yang berprestasi.
"Sekolah kami berkomitmen untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk bergabung dan mendapatkan layanan pendidikan di sekolah kami, untuk itu kami juga menyediakan program beasiswa di antaranya adalah beasiswa untuk para Hafidz Quran dan juga anak yatim," ujar Vice Head of Primary Al Taqwa College, Abdul Hakim seperti dilansir merdeka.com, Rabu (29/7/2020).
Selain beasiswa, Al-Taqwa College Australia juga memberikan kesejahteraan para pendidik atau guru. Para guru di Al Taqwa College memperoleh berbagai fasilitas.
"Dalam hal kesejahteraan berupa salary yang didapat, insyaallah sesuai dengan ketentuan pemerintah daerah dan juga beberapa tunjangan semisal konsumsi dan transportasi. Guru-guru juga mendapatkan akses ke BPJS baik kesehatan maupun ketenagakerjaan, selain itu juga beberapa fasilitas seperti jemputan dan boarding room," terang Abdul Hakim.
(*)