Top 3 News: Letkol Untung, Si Pembawa Petaka Satuan Elite Tjakrabirawa

Top 3 news hari ini, Letkol Untung direkrut sebagian pasukan Tjakrabirawa atas isu liar akan adanya kup pada Presiden Sukarno saat pertemuan dewan jenderal 5 Oktober,.

oleh Maria FloraPramita TristiawatiMuhammad Radityo PriyasmoroIka Defianti diperbarui 01 Okt 2020, 07:17 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2020, 07:15 WIB
Edisi Khusus Tjakrabirawa
(Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Top 3 news hari ini, Tjakrabirawa merupakan pasukan elite dari empat angkatan bersenjata yang ditugaskan untuk melindungi Presiden Sukarno. 

Putusan untuk membentuk prajurit khusus tersebut atas usul Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Abdul Haris Nasution setelah sempat terjadi percobaan pembunuhan terhadap Sukarno di Istana Negara pada tahun 1962.

Adalah Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Letkol Untung Syamsuri, yang kemudian didapuk untuk memimpin pasukan Tjakrabirawa ini. 

Namun, di bawah kepemimpinannya, pasukan ini meninggalkan cerita kelam dalam catatan perjalanan sejarah Indonesia. Isu kup terhadap Presiden Sukarno pada 5 Oktober membawa pasukan Tjakrabirawa terlibat dalam gerakan 30 September hingga menewaskan 6 jenderal. 

Saat kudeta tersebut terjadi Jenderal Abdul Haris Nasution lolos dari penculikan. Menurut perwira tinggi asal Sumatera Utara ini, gagalnya PKI melakukan penculikan terhadap dirinya lantaran tidak memiliki alternatif lain.  

Sementara, berdasarkan buku AH Nasution Pencipta Perang Gerilya Indonesia oleh Tempo Publishing, sang jenderal yang akrab disapa Pak Nas ini sempat mendapat informasi tentang adanya orang yang membuntutinya.

Informasi tersebut didapat Jenderal Nasution setelah mengisi acara di Universitas Muhammadiyah.

Berita terpopuler lainnya yang tak kalah menuai sorotan di News Liputan6.com terkait aksi vandalisme yang dilakukan seorang mahasiswa dari salah satu universitas swasta di Jakarta.

S (18) merusak fasilitas sebuah musala yang tak jauh dari rumahnya di Kecamatan Pasar kemis Kabupaten Tangerang, Selasa, 29 September 2020. Menggunakan pilok berwarna hitam, remaja ini mencoret dinding dan lantai musala dengan nada provokatif. 

Atas perbuatannya, S telah ditetapkan sebagai tersangka.

Berikut deretan berita terpopuler di kanal News Liputan6.com, sepanjang Rabu, 30 September 2020:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


1. Letkol Untung, Si Pembawa Petaka Satuan Elite Tjakrabirawa

Edisi Khusus Dewan Jenderal
(Ist)

Presiden Sukarno sempat menolak niatan pembentukan satuan elite pengawal khusus untuk dirinya. Sebab, sang proklamator menilai keberadaan Komandan Detasemen Kawal Pribadi (DKP) untuk dirinya sudah dirasa cukup.

Namun munculnya percobaan pembunuhan yang sempat terjadi di Istana saat Idul Adha tahun 1962 terhadap dirinya, seperti dikutip dalam buku "H. Mangil Marto Widjojo: Kesaksian Tentang Sukarno 1945-1967", membuatnya akhirnya menerima usulan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Abdul Haris Nasution.

Nasution mengusulkan agar dibentuk resimen khusus untuk mengawal dan menjaga keselamatan presiden dan keluarganya, bernama Tjakrabirawa.

"Pada hari kelahiranku di 1962, dibentuklah pasukan Tjakrabirawa. Satu pasukan khusus dengan kekuatan 3.000 orang yang berasal dari keempat angkatan bersenjata. Tugas pasukan Tjakrabirawa adalah melindungi presiden," kata Soekarno dikutip dari buku Sukarno Penyambung Lidah Rakyat yang ditulis Cindy Adams.

Namun siapa sangka, lahirnya satuan yang terbentuk dari anggota terpilih di empat matra terbaik, yaitu Angkatan Darat, Batalyon Banteng Raiders, Angkatan Laut, Korps Komando Operasi (KKO), Angkatan Udara, Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan Polisi, Resimen Pelopor menjadi bala bagi tewasnya tujuh pahlawan revolusi pada Gerakan 30 September 1965. 

Adalah Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Letkol Untung Syamsuri, seorang digadang pembawa petaka bagi satuan ini.

Atas isu liar akan adanya kup pada Presiden Sukarno saat pertemuan dewan jenderal 5 Oktober, maka dia rekrut sebagian pasukan Tjakrabirawa menjadi anak buahnya untuk terlibat dalam gerakan 30 September.

 

Selengkapnya...


2. Remaja 18 Tahun yang Lakukan Vandalisme Musala di Tangerang Ditangkap Polisi

Ilustrasi borgol
Ilustrasi borgol

Remaja S yang berusia 18 tahun ditetapkan tersangka dalam aksi vandalisme dan perusakan fasilitas ibadah di musala Darussalam, Perumahan Villa Tangerang elok Kelurahan Kuta Jaya, Kecamatan Pasar kemis Kabupaten Tangerang, pada Selasa, 29 September 2020.

Diduga, S melakukan aksinya seorang diri. Kejadian tersebut bermula, ketika Polsek Pasar Kemis mendapat laporan dari warga sekitar pukul 16.00 Wib, bahwa musala Darusaam tersebut dicorat coret orang tak dikenal.

"Petugas langsung menuju ke TKP. Berdasarkan hasil olah TKP, pemeriksaan saksi-saksi dan alat bukti yang ada, langsung diamankan semua," tutur Kapolresta Tangerang Kombes Ade Ari syam Indardi, Rabu (30/9/2020).

Selang beberapa jam kemudian, polisi akhirnya berhasil meringkus terduga pelaku vandalisme bernama S yang masih berusia 18 tahun. Tersangka diamankan di rumahnya yang hanya berjarak 50 meter dari musala.

 

Selengkapnya...


3. Kegagalan Kudeta G30S dan Lolosnya Jenderal Besar Nasution dari Penculikan

Edisi Khusus Nasution
(Ist)

30 September 1965 malam, udara yang sangat panas membuat nyamuk berseliweran di kamar Abdul Haris Nasution. Sang Jenderal Besar pun tak bisa memejamkan mata.

Kala hari berganti, masih dini hari, Nasution dan istrinya, Yohana Sunarti, serta putri bungsu mereka, Ade Irma Suryani, dikejutkan oleh desingan senjata.

Sekitar pukul 03.30-04.00 WIB, pasukan berseragam Resimen Cakrabirawa (pasukan pengawal kepresidenan) datang tanpa diundang. Mereka dengan beringas memberondong siapa pun yang ditemuinya di rumah yang terletak di Jalan Teuku Umar, Gondangdia, Menteng, Kota Jakarta Pusat.

Mereka diperintah harus membawa Nasution dan enam jenderal TNI AD lainnya dalam keadaan hidup ataupun mati.

Petrik Matanasi dalam buku Untung Cakrabirawa dan G30S menyebutkan, ada satu setengah kompi yang dikerahkan ke rumah para jenderal di Menteng yang terbagi menjadi tujuh kelompok atau regu.

Menurut Agus Salim dalam bukunya, Tragedi Fajar: Perseteruan Tentara-PKI dan Peristiwa G 30S, hampir dua pleton sendiri yang dikerahkan untuk menyeret Nasution ke Lubang Buaya. Jumlah pasukan yang lebih banyak daripada penjemput enam jenderal lainnya.

 

Selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya