Hindari Hoaks dan Misinformasi, Dewan Pers Minta Jurnalis Sampaikan berita Kredibel Terkait Pandemi Corona

Nuh berpesan kepada insan pers untuk tetap menjaga kredibilitas informasi yang disajikan pada masyarakat

oleh Yopi Makdori diperbarui 12 Okt 2020, 16:14 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2020, 16:14 WIB
Mohammad Nuh Resmi Menjadi Ketua Dewan Pers Periode 2019-2022
Ketua Dewan Pers periode 2019-2022, Mohammad Nuh. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh menilai temuan vaksin tak akan menyelesaikan pandemi Covid-19 secara instan. Menurutnya,  masih ada beberapa masalah sebelum imbas pandemi corona berakhir.

"Seakan-akan vaksin itu menjadi satu-satunya (solusi), oleh karena itu kawan-kawan media harus memberikan edukasi. Apakah jika tersedia vaksin akan selesai segalanya? Belum, masih ada yang namanya kurva efektivitas sama coverage," tutur M Nuh dalam bincang bersama Liputan6.com, Senin (12/10/2020).

Menurut dia, efektivitas penggunaan vaksin akan naik jika cakupan orang yang dapat mengakses vaksin tersebut juga naik. Jika vaksin sudah ditemukan tapi coverage atau cakupannya belum menyentuh banyak orang, maka belum bisa mengentaskan masalah pandemi.

"Kalau si vaksin ada tapi coverage-nya belum menyentuh titik maksimalnya, ya belum efektif. Nah ini adalah bagian dari how to educated the peoples itu. Supaya apa? Supaya dia gak serta merta kecewa di belakangnya,” kata dia.

Nuh pun berpesan kepada insan pers untuk tetap menjaga kredibilitas informasi yang disajikan pada masyarakat. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu menilai, pers harus menjaga itu dalam situasi apa pun, termasuk di tengah masa pandemi Covid-19.

"Dalam kondisi kaya apa pun, berita yang disajikan harus tetap menjaga kredibilitasnya. Oleh karena itu harus dihindari betul terjadinya misinformasi atau malinformasi, jangan sampai terjadi itu," pesan M. Nuh.

Pasalnya, jika sampai terjadi seperti itu, menurut Nuh dapat menimbulkan keburukan di tengah masyarakat.

"Oleh karena itu di tengah situasi pandemi yang secara fisik serba terbatas, justru informasinya kena miss information, malinformation maupun diss information. Oleh karena itu taruhan besar bagi kawan-kawan jurnalis," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Bangkitkan Optimisme Publik

Nuh menyadari, di satu sisi jurnalis dihadapkan pada keterbatasan secara fisik untuk mengakses informasi primer imbas pandemi ini. Tapi di sisi lain, mereka juga dituntut untuk menyajikan informasi yang kredibel.

Menurut Nuh, dalam kondisi seperti ini maka insan pers dalam pemberitaannya mesti berpijak pada tujuan membangkitkan optimisme publik.

"Jangan sampai kita kena atau terjebak yang namanya keputusasaan, jangan sampai. Atau jangan sampai pesimisme. Justru kita dorong optimisme publik itu," pesannya.

Insan media juga dituntut untuk bisa membangkitkan empati publik. Di mana publik bisa bergerak secara konkret untuk ikut membantu pemerintah dalam menangani pandemi.

"Oleh karena itu kawan-kawan media harus terus menerus melakukan edukasi publik," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya