Liputan6.com, Jakarta Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet naik signifikan mencapai 500-600 dalam sehari.
Hal ini berpotensi membuat RSD Wisma Atlet memasuki fase krisis atau kolaps apabila tak ada kebijakan yang lebih ketat.
Baca Juga
"Ya kalau sehari gini terus 500 600, semua fasilitas kesehatan kolaps lah. Seminggu ini tinggi 500 (sampai) 600," kata Koordinator Humas dan Komandan Lapangan Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Letkol TNI Arifin kepada Liputan6.com, Selasa (15/6/2021).
Advertisement
"Bisa juga kalau memang masif, nanti seminggu ke depan positivity rate-nya tinggi, harus ada kebijakan yang diambil," sambungnya.
Untuk itu, dia menyarankan pemerintah untuk mengambil kebijakan yang dapat menekan laju penyebaran Covid-19. Misalnya, dengan menerapkan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat yang diberlakukan awal pandemi.
"Kalau memang diperlukan dan merasa kondisi lapangan tidak memungkinkan dan saking banyak angka positifnya, itu rumah sakit di PIK sudah penuh. Jadi sbg indikatorlah, bisa diliat sbnrnya mana yang paling efektif," jelasnya.
Arifin mengatakan berdasarkan grafik, angka penyebaran Covid-19 cenderung turun saat PSBB ketat diberlakukan. Sebaliknya, angka kasus positif langsung melonjak naik saat PSBB mulai dikendorkan dan masa libur panjang berlangsung.
Â
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Perlu Penanganan Hulu ke Hilir
Hingga kini, kata dia, belum ada tanda-tanda pasien di Wisma Atlet akan menurun. Pasalnya, tracing atau penulusuran kontak di Puskesmas masih banyak.
"Kalau saran kami, masih macet-macet gini berarti kan ada kebijakan (PSBB ketat) itu dilaksanakan," ucapnya.
Menurut dia, kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia terjadi karena tingginya mobilitas masyarakat. Oleh sebab itu, diperlukan penanganan dari hulu untuk membatasi pergerakan masyarakat sehingga angka penyebaran Covid-19 berkurang.
"Kalau hulunya dikendalikan ya segera turun. Itu intinya. Tugas saya, sembuhkan pasien yang disini negatif. Kemudian yang hulu jg dikendalikan bagaimana menurunkan mobilisasi oramg. Kita nanti ketemu titik temunya, dan angka yang masuk sedikit," tutur Arifin.
Advertisement